Part:14

310 25 2
                                    

"Nah, menurutmu apa yang harus kita lakukan sekarang? Disini tidak ada siapa-siapa loh.."

Aku.. Merinding.

"Kenapa? Takut?"

Cahaya di atas loteng sedikit meredup di mataku. Dia menjauhkan diri dengan mata melihatku dari ujung kaki hingga ujung rambut. Bersiul.

"Apa terlihat seperti aku benar-benar jahat ya jika begini?"

Masih bertanya? Heran aku menatapnya.

Dia berinsut ke ujung tempat tidur dengan tangan terangkat.

"Baiklah, karena aku Nick yang baik kau kukasih keringanan." Dia mendekat lagi, menarik tanganku sampai aku berdiri dan menyeretku ke luar kamar. Setelah menendang pintu hingga terbuka, membantingku keras-keras ke lantai.

"Lari.. Bebaskan dirimu, akan kuberi kau waktu 5 menit. Selebihnya kau akan kuseret paksa ke kamar lagi. Dan jika kedapatan tidak ada kata pulang lagi oke," Dia mengedipkan mata. Udara dingin lantai berbaur dengan rasa panas dari bekas cakalan yang masih terasa di tangan. Mataku melebar dan mulai menggeliat melepaskan diri .

Berkali-kali kakiku menendan pintu dan memutar tali yang mengikatku kebelakang punggung. Namun aku tidak pernah menguasai teknik melepaskan ikatan tali. Hanya Kakakku yang bisa dan untuk itu aku menyesal sekarang.

Udara malam membawa aroma kapur dan hujan, juga daun-daun kering. Saat ikatan tanganku berhasil terbuka di menit-menit terakhir aku sadar bahwa rumah ini terletak di tengah hutan penuh belukar kasar. Nick berada di belakang saat aku berlari ke jalan yang tidak berujung. Dapat kulihat wajahnya yang menyeramkan dan cambuk di tangan. Dia hanya berjalan untuk menyusulku dari belakang. Seolah sudah menguasai wilayah hutan hingga ke sisi terdalam.

Napasku naik turun di udara, suara Nick yang tertawa memecah kesunyian hutan. Ranting kecil dari pohon mencakarku saat menerobos dengan cepat. Aku tidak punya keberanian untuk bertahan di tempat gelap dan liar ini. Binatang reptil mungkin berada di salah satu pohon dan siap menerkamku kapan saja, sama mengenaskannya seperti yang akan dilakukan Nick padaku.

Tidak. Ketimbang mati di tangan Nick aku lebih rela berjuang hingga penghabisan darah, hingga tidak ada lagi yang bisa di selamatkan. Dengan begitu tidak ada yang perlu kusesalkan.

Dulu kupikir kejadian mengerikan seperti ini tidak akan terjadi pada hidupku, nyatanya memang terjadi, aku mungkin akan termasuk dalam salah satu korban dari seorang psikopat yang haus darah. Bukan cuma penghancur masa depan namun juga pencabut nyawa.

"Selena.."

Suara Nick memantul-mantul dari tiap sisi pohon, seakan dia ada dimana-mana. Aku kebingungan. Tubuhnya sudah tidak terlihat namun aku tau dia di dekat sini.

"Selena.. Kau ada dimana? Cukup dong bermain-mainnya sayang."

Aku terjerembab ke tanah. Lumpur dari bekas hujan barusan mengotori sebelah bagian dari tubuhku. Bajuku kotor, rambutku berantakan dan kakiku berdarah. Sekilas aku melihat lampu senter yang menyorot dan sekarang aku berada di antara tanaman beracun yang mengeluarkan darah dari moncong putiknya. Aku menutup mulut.

"Selena.. Dimana kau.." Suara serak khas milik Nick, tawanya melengking membuat lututku bergetar. Sudah tidak ada cahaya lampu, suara tapak tak terdengar lagi. Aku menghembuskan napas dan..

"Hy, Selena.. Rupanya kau disini."

Tenggorokanku tercekat saat dengan mudah dia muncul di balik pohon dengan seringai membelah bibirnya. Aku merasa sebuah tangan membantingku ke tanah dan tangan yang disatukan kebelakang. Dia mengikatku lagi dan membopong punggungnya dengan posisi terbalik.

MY BROTHER IS PSYCHOPATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang