Panti AB7

653 82 73
                                    

==================================================================

Jessica memasukkan buku materi pelajaran ke dalam tas. Setelah sepuluh menit di pakai mandi dan berbenah diri, ia keluar kamar menuruni tangga dan ikut bergabung bersama keluarganya di meja makan. Untunglah semalam Yuri mengantarnya dengan selamat, yah meski harus berakhir dengan perdebatan.

Dia mengaitkan tasnya di kursi meja makan, berhadapan dengan kedua orangtuanya yang sibuk memolesi selai ke roti tawar. Sedang di samping ia duduk, ada sang adik tengah melahap nasi gorengnya di atas piring. Dan di ujung meja makan, sang kakek tengah membaca Koran dengan kacamata beningnya di wajah.

"Selamat pagi." sapa Jessica menghilangkan keheningan di meja makan pagi itu. Si kakek yang tadinya sibuk membaca Koran, meletakkan kertas itu di samping piring sarapannya.

"Eh cucuku sudah bangun rupanya." Sambutnya hangat.

"Pagi juga onani." Si adik menjawabnya dengan mulut penuh nasi goreng.

"Kakak bukan onani Soojung." Jessica membenarkan. Si adik rupanya tak perduli. Dia kembali sibuk dengan sarapannya.

"Jadi siapa makhluk ghaib yang mengantarmu semalam?" Si kakek sepertinya memergoki cucunya di antar pulang oleh Yuri. Jessica gelapan, sementara kedua orangtuanya mengangkat wajahnya menunggu jawaban Jessica.

Bukan kakek Jessica namanya kalau tidak memata-matai cucunya sendiri. Jangankan Jessica bahkan putrinya sendiri yang baru menikah dulu ia intip dari jendela kamarnya untuk mengetahui si mantu jantan atau tidaknya. Anggaplah dia Si bocah tua yang tidak malu sama umur.

"Dia manusia kek, bukan makhluk ghaib."

Si kakek tertawa lebar. Kemudian tangan rentanya yang masih terlihat bugar, mengangkat cangkir kopi dan menyeruputnya pelan.

"Bawa dia ke sini."

"Buat apa, kek?"

"Buat kenal lah, masa sama calon mantu nggak di kenalkan ke keluarga."

"Kek, dia murid bimbangan aku. Aku bakal dapet baesiswa ke ausy kalo ngerubah dia ke jalan benar."

"Bah. Kamu kira dia sesat?"

Jessica merasa kesal. Dia menyesal telah menyetujui persyaratan beasiswa itu kalau tahu kakeknya mengintimidasinya di depan keluarga.

"Lagi pula, kamu kenapa ikut beasiswa? Padahal Kakek mampu membiayai pendidikanmu keluar negeri, kalau perlu ke planet ploto sekalian." Ucapnya sambil bergurau.

Si mantu dan anaknya rupanya tak banyak bicara. Mereka lebih memilih menyantap hidangannya dengan lahap.

"Aku setuju sama kakek. Mom sama Dad bisa ngebiayaain onani keluar negeri, nggak perlu ribet." Soojung yang menyelesaikan sarapannya dari tadi ikut bergabung dengan pembicaraan mereka.

"Soojung tidak sopan." Luna sang ibu memperingati putri bungsunya untuk tak ikut campur pembicaraan si kakek.

Kalau saja Jessica mau, tentu ia akan menggunakan kekayaan keluarganya untuk menempuh pendidikan keluar negeri. Tapi jika begitu, apa gunannya dia memiliki otak pintar kalau tidak di manfaatkan mengikuti beasiswa?

"Ngomong-ngomong itu makhluk siapa namanya?" tanya si kakek sekali lagi.

Jessica menghembuskan napas kasar dan menatap kakeknya jengkel.

"Kwon Yuri."

"Hah! Markonah."

"Kwon Yuri kek,"

"Ningsih?"

"KWON YURI KAKEK!!" Jessica sudah tidak tahan.

Dari pada dia mati karena darah tinggi mendadak Jessica memilih bangkit dari kursi tanpa menyentuh sarapannya karena kesal dengan si kakek.

One Last TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang