x

596 80 28
                                    


Kadang Jessica kagum dengan perputaran hidup. Padahal ia seperti  baru kemarin merayakan kelulusan sekolah dan sekarang ia menjelma menjadi wanita dewasa dengan jabatan sebagai direktur. Tiga tahun sebelum menjadi direktur. Ia mengabiskan waktu empat tahun sebagai mahasiswa di ausy. Pulang dari kelulusan dengan gelar sarjana papa menyambutnya dengan perusahaan perkapalan milik keluarga. Setelah meninggalnya sang kakek dua bulan sebelum kepulangannya , Jessica mendapat wasiat untuk melanjutkan perusahaan ini, tempat yang ia pijaki sekarang. Jessica  awalnya menyerahkan wasiat itu pada Krystal tapi sayangnya sang adik menolak mentah-mentah dengan alasan 'aku nggak mau masa mudaku di habiskan di kantor. Mending kakak aja' dan akhirnya mau tidak mau ia mengambil alih wasiat itu.

Jessica memalingkan wajah mendengar getaran ponselnya di atas meja. Panggilan masuk dari sang sepupu yang dari tadi ia tunggu akhirnya muncul. Di gesernya tombol hijau di layar itu. baru saja membuka mulut rupanya sang sepupu lebih dulu menyapanya di sebrang sana.

"Hello.. bu direktur. Ada apa gerangan tiba-tiba nelpon saya?”

"Aku lagi nggak ada mood buat bercanda. Besok kamu harus pulang."

"Seperti biasa kamu emang nggak pinter basa-basi. Seenggaknya Tanya kabar, lagi dimana, udah makan, apalah yang buat hati aku seneng."

"Oke. Sekarang kamu lagi dimana?"

"Coba tebak?"

"Seohyun! Aku nggak ada waktu buat main tebak-tebakan sama kamu.  Lusa kamu harus pulang, papa kamu ngekang aku buat bujuk kamu pula--"

"Ayolah Jess, kamu nggak kangen aku? Kelulusan SMA tujuh tahun lalu kamu nggak pernah nemuin aku lagi. Sekarang setalah aku lagi seneng-seneng ngejelajah kamu baru minta aku pulang. Why?"

"Sorry untuk waktu itu. Aku buru-buru daftar beasiswa jadi aku nggak kepikiran yang lain. Dan hal ini murni karena papa kamu."

"What? Jadi kalo misal papa nggak minta kamu hubungin aku, kamu nggak bakal nelpon? Ih.jahat dasar emak tiri."

Jessica memejam sebentar. Ia berharap sambungan telpon ini tidak akan bertahan lama.

"Kamu harus hadir di pesta keluarga. Kalo nggak aku bakal bilang papa kamu."

"WTH! Sepenting apa sih pestanya sampai aku harus pulang? Udah ya aku sibu---"

"Oke, aku beneran telpon papa kamu."

"Jess kapan sih kamu nggak jadi orang ngebosenin kayak gini. Kita itu masih muda, seenggaknya sebelum kita mati kamu harus tau dunia luar. Jangan jadi orang kolot."

"Dari pada keliling dunia. Mending kamu pikirin karir."

"Ya, ya, ya. Karir, masa depan, pencapaian, terus apalagi selanjutnya? Menikah?"

Jessica mendesah kesal. Diliriknya pintu ruangan yang tiba-tiba terbuka. Amber-sang asisten masuk dengan setumpuk map di tangannya. Jessica mengerakkan dagu meminta sang asisten meletakkan map di atas meja kemudian mengibas tangan untuk segera keluar. Si asisten mundur teratur dan meneutup pintu rapat-rapat.

"Biar kutebak pasti pesta itu untuk menentukan tanggal pertunangan kalian? Seriously? Sama cowo lebay kaya dia,  siapa namanya? Tawon, rawon, miwon?"

"S-I-W-O-N."

"Segitu sayangnya kamu sama dia, emangnya nggak ada cowo lain apa selain si tawon itu?"

"Siwon!"

"Ya, ya. Tolong bilang kenapa kamu sekarang masih sama rawon? Tujuh tahun, ya ampun. Kakek aku main PUBG sehari aja udah bosen. Apalagi ini tuju taon. Jess jangan bilang kamu di pelet sama dia?"

One Last TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang