"El, Elle!!" digedornya pintu itu dengan gusar. "Aku tahu kamu didalem, buka pintunya El."
Pintu itu akhirnya terbuka memunculkan wajah kebingungan Elle. Gadis itu menemukan Jessica dengan wajah panic dan pakaian resminya yang berantakan.
"Dimana Yul? Kamu lagi sama dia kan?" Jessica menerobos masuk membuka pintu lebar-lebar tanpa peduli si penghuni yang terdorong hampir jatuh.
"Maksud kamu apa sih Jess, dia nggak ada disini."
"Nggak usah bohong El, kamu pasti nyembunyiin dia."
Elle mengikuti Jessica masih dengan tatapan bingungnya. Gadis itu masuk ke dalam kamar, lalu kamar mandi, kemudian berakhir di dapur dan berbalik dengan ekpresi marah.
"Gimana, nggak ada kan?" Elle mendorong kursi dan duduk disana selagi matanya mengawasi Jessica dengan kebingungannya
"Lagian ngapain sih kamu dateng-dateng marah-marah nyariin Yul. Dia bukan anak kecil nggak perlu di awasin."
Gadis itu mengerutkan kening sambil menggigiti bibir bawahnya. Kentara sekali pemilik apartment yang di sewanya itu sedang khawatir.
Jessica berdecak kesal. Di ambilnya ponsel di dalam saku, selagi menghubungi Mark, wanita itu masih berdiri disana mengawasi lirikan Elle yang penasaran. Tidak mungkin ia memberi tahu Elle tentang hubungannya dengan Yuri. Apalagi bercerita tentang kepergian Yuri selama tujuh tahun pada gadis yang baru ia kenali selama sebulan itu. Tidak akan pernah!
Elle menangkap hentakan kaki Jessica yang kesal. Wanita itu mengecek ponselnya yang tak kunjung di jawab di sebrang sana. Wajahnya sesekali mendongak menatapnya kemudian menunduk lagi pada layar ponsel.
"Masih nggak di angkat sama Yul? Jangan terlalu di khawatirin mungkin dia lagi keluar atau jalan-jalan."
Masalahnya tak segampang ucapan Elle, kalau bukan dia takut Yuri pergi lagi ia tak mungkin sekhawatir sekarang. Dua hari tidak mengabari Yuri dan pulang ke apartment, jadi wajar saat pulang-pulangnya tidak menemukan Yuri, perasaan was-wasnya muncul.
Sial Mark! Kemana pria keparat itu. bisa-bisanya mengabaikan telponnya. Sudah dibilang untuk menjaga Yuri malah menghilang tak memberinya informasi.
"Jess tenang, dia pasti balik. Nih, minum dulu."
Jessica melirik sekilas pada Elle yang menyodorkan segelas air putih. Kemudian di letakkannya ponsel sialan itu ke atas pantry sambil bersedekap dan memicing pada wanita itu. Tanpa berminat menerima gelas di tangan Elle.
"Kemarin, kenapa kamu nggak nelfon aku kalau apartment kamu bocor?"
Tatapan itu Jessica hafal. Tatapan yang seakan ingin mengatakan kamu-tahu-dari-siapa.
"Kamu tahu—"
Dugaannya betul. "Yul cerita sama aku. Lain kali langsung hubungin aku, supaya aku minta tukang memperbaiki plafonnya. Ngomong-ngomong sampai kapan kamu disini?" sialan! Dia seperti wanita posesif yang tidak mau Yuri di dekati siapapun. Dia dapat melihat Elle yang menatapnya enggan.
"Sori, aku nggak tahu bakal bocor. Lagian kamu kan kerja, terus Yuri menawarkan diri bantuin nambal bocornya."
Alasan! Kan bisa minta bantuan orang di warung depan, tanpa harus cari perhatian sama Yuri! Jessica menggerutu dalam hati.
"Biar besok aku minta tukang ganti yang baru." Bersyukurlah Elle tak membaca pikirannya yang penuh dengki itu.
Dari tempatnya, Jessica memantau Elle berjalan memunggunyi ke wastafel, membuang air yang tak diminatinya tadi di sana. Seolah ia seorang wanita yang hanya akan menerima wine mahal untuk diminum daripada segelas air putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Last Time
Acak"Sekali lagi lo hina sahabat gue. Gue jamin dalam dua hari ke depan lo nyesel ber-urusan sama gue." Ancam Yuri. Setelahnya. Gadis nakal itu pergi meninggalkan Jessica yang berdiri dengan senyum sinis. "Sampai matipun aku nggak bakal ber-urusan sam...