13

545 58 17
                                    




Yuri melepas pangutannya. Gang sempit yang di penuhi gedung berlumut kembali sepi. Ia menelan ludah dan mengalihkan pandangan ke penjuru arah. Tidak ada siapapun selain dirinya dan Jessica yang berada dibawah temaramnya pencahayaan lampu gang.

"Sori." Yuri memundurkan langkah. Tangannya mengusap tengkuk merasa tak nyaman dengan pandangan Jessica yang masih betah memperhatikannya.

"G—ue anter lo pulang." Yuri mendadak gagap, ia mengumpat dalam hati dan memalingkan wajah lagi menghindari tatapan Jessica.

Jessica terkesiap kaget. Baru sadar dirinya melamun sejak tadi. Dia tidak ingin mengutuk ciuman yang terputus secara sepihak. Jessica masih belum siap dengan tindakan tiba-tiba Yuri yang menciumnya satu menit yang lalu.

"Kita pulang! Ini bukan tempat aman."

"O—ke." Buru-buru Jessica melewati Yuri. Sesekali tangannya mengusap dada karena debaran yang tidak mau normal seperti biasanya.

Selama memimpin jalan, Jessica tak berani membuka pembicaraan. Hanya suara katak dan jangkrik yang mengiringi langkah mereka. Ia biasanya pandai menghilangkan keadaan canggung tapi entah kemana hilangnya kalimat yang selalu ia gunakan. Jessica berharap Yuri menghilangkan kesunyian di antara mereka tapi sepertinya gadis itu mengalami hal serupa.

"Emh—" Jessica memperhatikan Yuri memundurkan motornya di depan gedung kosong begitu mereka keluar gang.

"Lain kali jangan pernah ngikutin gue ke sini." Yuri menghidupkan vespanya dan menyodorkan helm tanpa kaca kehadapan Jessica. Jessica bergantian mengamati helm dan wajah Yuri.

"Pake!"

"Aku nggak tahu kalau kamu ikut bertanding seperti tadi. Apa temen-temen kamu tahu kamu seperti ini?!"

"Jangan sampai mereka tahu!"

"Kenapa?"

Yuri menghela napas. Ia memandangi Jessica yang masih berdiri tanpa mau bergerak naik ke atas motornya.

"Sudah jam sepuluh malam dan lo masih berdiri di situ! Emang orangtua lo nggak nyariin? Naik!"

Baru saja Jessica merasa nyaman dengan Yuri, sikap Yuri kembali menyebalkan. Walau dengan berat akhirnya Jessica menurut, membenarkan posisi dudukunya, dan memegangi kaos Yuri dari belakang. Helm milik Yuri terlalu kebesaran sampai Jessica harus berkali-berkali memperbaiki posisi helmnya. Selama motor berjalan, keadaan canggung kembali menemani mereka selama melewati jalan raya yang leggang malam ini.

Jessica menggigit bibir mengingat kejadian tadi, mengingat bagaimana Yuri menciumnya, dan mengingat ia begitu menikmati ciuman itu. Arggh! Jessica mengerang kesal. Kamana Jessica yang dulu, Jessica yang dingin, Jessica yang tidak perduli dengan apapun, dan Jessica yang tidak akan pernah tertarik dengan siapapun sekalipun orang itu bersujud di bawah kakinya. Kemana semua itu?!

"Udah sampai. Lo nggak mau turun?"

"Aku butuh penjelasan dari kamu."

"Penjelasan apalagi?"

Yuri menaikkan sebelah alis, memandangi Jessica yang berdiri depan gerbang begitu turun dari motor dengan helm masih di kepala.

"Ke—napa kamu cium aku, hah?" Jessica menampilkan wajah garang tapi gagal karena ia tiba-tiba gagap. Bodoh!

"Karena lo bawel."

"Oh. Jadi kalau aku bawel kamu akan cium aku?"

"Y—nggak!" Yuri mengerang. " Lo jadi orang kepo banget sih! Mending lo masuk, cuci kaki, gosok gigi terus tidur. Anak mama kan emang gitu."

One Last TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang