**************************
Awalnya Sunny ragu menemui Victoria. Tapi entah kenapa ia menyetujui ajakan perempuan itu di kafe ini. Kafe yang jauh dari keramaian. Tempat berkelas yang jarang di datangi dirinya bersama temannya yang lain. Jangankan datang ke sini kafe biasa saja mereka hanya sebagai bintang tamu dadakan. Yang bahkan upahnya tak seberapa dari hasil manggung mereka.
Beberapa detik lamanya, Sunny terkagum-kagum pada interior-interiornya yang mewah. Selain tempatnya nyaman dan hanya beberapa pengunjung yang ber-uang saja yang datang. Tempat ini nyatanya cukup jauh dari jalanan yang dipenuhi bising kendaraan. Tenang dan damai, cocok untuk seseorang yang ingin malarikan diri dari hiruk-pikuk kemacetan kota.
Sekarang ia duduk berhadapan dengan perempuan itu, bos dari sang kakak yang saat ini tersenyum angkuh di balik gelas winenya. Katakan saja dirinya kampungan, orang yang bahkan baru pertama kali menginjakkan kaki ke tempat ini.
"Sudah berapa lama kenal dengan Yuri?"
Rupanya wanita ini tidak pandai basa-basi untuk hal kecil. Menarik! Dari awal pertanyaannya Sunny mulai paham kemana arah pembicaraan ini akan berlanjut.
"Cukup lama. Semenjak anda membuang dia di rumah sakit jiwa!" Sebenarnya dia tidak benar-benar bisa menebak isi kepala wanita ini. Caranya meletakkan gelas dengan tenang dan ekspresi santai yang bahkan tidak menampilkan ketersinggungan. Wanita itu sulit terbaca.
"Enam tahun? Terbilang lama. Apa dia yang mengemis pada kalian untuk memenuhi kehidupannya?"
"Ck, Yuri bukan orang yang seperti anda pikirkan! Dia nggak butuh bantuan dari kami. Justru kami yang mendapat bantuan dari dia."
"Waw. Seorang pembunuh yang mulai memperbaiki kehidupannya."
"Harusnya yang nggak pantas mendapatkan saudara kandung itu adalah Yuri, bukan anda yang bahkan membuangnya dengan hina."
Dan tentu saja Sunny tahu perempuan ini adalah kakak kandung Yuri. Dulu supir Sooyoung pernah menunjukkan foto keluarga mereka. Dan pria tua itu juga bercerita bagaimana orang ini meminta supir itu untuk membawa Yuri ke rumah sakit jiwa. Sunny benar-benar tak percaya dengan kekejaman Victoria. Orang-orang mungkin akan tertipu dengan penampilan anggunnya saat ini, tapi dibalik aura berkelasnya itu mereka tidak tahu kalau wanita ini ular berbisa.
"Hm. Aku harap kamu nggak akan menyesal."
"Menyesal? Justru anda yang akan menyesal. Syukur-syukur anda nggak bersujud di bawah kaki Yuri karena merasa berdosa. Sekarang saya paham, rupanya kedatangan anda ke negara ini karena kerinduan anda terhadap Yuri. Merasa bersalah membuangnya dan hidup seorang diri akibat ulah anda di masa lalu. Atau mungkin andalah yang merasa kesepian dan membutuhkan keberadaan Yuri sampai sejauh ini anda melibatkan saya datang ke tempat ini."
Victoria berusaha tenang. Menepis asumsi yang di lontarkan anak ini. Di raihnya lagi gelas itu dengan anggun, dan di teguknya secara perlahan. Ia menyilangkan kaki di bawah meja. Sedikitpun Dia tidak akan kalah dengan bocah kecil satu ini.
Dalam hati Sunny bersorak senang. Ucapannya berhasil mengusik ketenangan seorang Victoria. Ternyata wanita ini hanya penampilan luarnya saja yang di jadikan temeng untuk menetupi kerapuhannya.
"Cukup berani. Aku suka,"
"Sebuah kehormatan kalau anda suka,"
"Bukan, bukan itu maksudku. Kamu cukup berani menyukai Yuri."
Dan Sunny yang tadinya mengira telah meraih kemenangan itu. Kalah telak dengan satu kalimat Victoria. Sorakan dalam hatinya mendadak senyap, bergantikan keterkejutan dari wajahnya. Layaknya maling yang tertangkap basah sedang mencuri.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Last Time
Random"Sekali lagi lo hina sahabat gue. Gue jamin dalam dua hari ke depan lo nyesel ber-urusan sama gue." Ancam Yuri. Setelahnya. Gadis nakal itu pergi meninggalkan Jessica yang berdiri dengan senyum sinis. "Sampai matipun aku nggak bakal ber-urusan sam...