====================================!!!!!!!==============================================
Sudah sejak satu jam lalu Jessica mencoba untuk fokus pada buku bacaannya. Tapi sayangnya, bayangan Yuri yang tengah menggengam tangan Tiffany mengganggu pikirannya. Padahal harusnya ia sudah membaca lembar demi lembar buku yang ada di hadapannya. Jangankan berlembar-lembar satu lembarpun masih belum selesai ia baca bahkan parahnya deretan kalimat yang tertulis tidak bisa ia kuasai seperti biasanya.
"Aku kenapa sih?" Jessica menutup buku kasar.
Ia menoleh kanan kiri mencari sesuatu yang mungkin bisa menenangkan pikirannya. Keadaan perpus yang jarang dikunjungi para siswa seharusnya membuat ia tenang. Tapi tetap saja Jessica tak menemukan ketenangan disana.
Hyoyeon tahu-tahu muncul dengan tumpukan buku ditangannya. Mengalihkan fokus Jessica pada rak-rak buku.
"Jess gak ke kantin?"
"For what?"
"Makan! Kamu kenapa sih sewot banget hari ini?" hyoyeon menoleh.
Jessica menyangga dagu dan memberinya tatapan tak berminat. Seakan hyoyeon parasit yang mengganggu pemandangannya.
"Datang bulan?"
Hyoyeon menaruh buku-buku yang dibawanya ke dalam keranjang. Kemudian menarik kursi kosong dihadapan Jessica dan mendudukinya disana.
"Tell me why?"
Jessica membuang napas lesu dan menelungkupkan kepalanya di atas meja.
"Jangan-jangan si bodoh itu buat masalah lagi sama kamu, atau bu kim minta kamu nginep dirumah dia."
"Gila!" Jessica reflex mendongak.
Hyoyeon tertawa sarkas. Sebenanya hyoyeon masih tidak menyangkan dengan keputusan bu kim yang meminta Jessica sahabatnya itu sebagai guru pembimbing Yuri. Rasanya mustahil mengendalikan Yuri yang suda terkenal dengan kenakalannya. Apalagi gadis itu biang onar suka mencari keributan.
"Kalau boleh jujur ya jess, kamu tuh gak perlu ngikutin perintah bu kim cuman gara-gara kamu pengen banget beasiswa ke ausie. Padahal kamu tinggal buka peta terus nunjuk mau ke negara mana kamu kuliah nanti, kakek kamu bakal turutin kamu. Gak perlu ribet-ribet ngajarin tuh bocah yang ujung-ujungnya nyengsarain diri kamu."
Ucapan hyoyeon memang ada benarnya. Tapi Jessica bukan tipe orang yang sekali buka pintu langsung berada di negara tujuan. Jessica selalu merasa tidak puas kalau itu bukan usahanya sendiri. Bisa dibilang Jessica tidak menyukai fasilitas keluarganya yang di dapat dengan mudah. Ia lebih suka tantangan dan dapat ke untungan.
Hyoyeon jadi gemas sendiri pada Jessica. Jessica biasanya tidak seperti ini apalagi hanya menghadapi seorang gadis bodoh. Padahal dia keluar masuk ruang BP dengan bangga karena menyeret beberapa siswa yang melanggar peraturan sekolah.
"Masalahnya gak segampang itu." Jessica akhirnya menyahut. Bayangan Yuri selalu berputar di otaknya.
"Terus?"
"Sulit di jelasin." Ia tidak mungkin mengatakan kalau Yuri sekarang berkeliaran di otaknya pada hyoyeon. Gadis itu pasti akan menertawainya.
"Oke! Aku paham. Sekarang kita ke kantin. Aku gak mau nanti lihat kamu pingsan cuman gara-gara mikirin hal yang gak penting."
Hyoyeon menyeret lengan Jessica paksa. Sahabatnya itu sepertinya pasrah di bawah kendali hyoyeon. Bel istirahat sudah berbunyi sejak sejam lalu dan selama melewati koridor Jessica tidak menemukan keberadaan Yuri. Biasanya Yuri dan sekutunya itu akan membuat heboh di area koridor kelas, tapi kali ini yang ada hanya satu atau dua siswa disana sama sekali tidak ada mereka. Jessica memandangi lapangan mencari-cari keberadaan gadis itu. Nihil! Hanya beberapa siswa yang sibuk melempar bola basket dan sebagian duduk di bawah tiang bendera.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Last Time
Random"Sekali lagi lo hina sahabat gue. Gue jamin dalam dua hari ke depan lo nyesel ber-urusan sama gue." Ancam Yuri. Setelahnya. Gadis nakal itu pergi meninggalkan Jessica yang berdiri dengan senyum sinis. "Sampai matipun aku nggak bakal ber-urusan sam...