"Sudah 20 tahun berlalu... tetapi mimpi itu selalu datang. Aku takut akan terjadi sesuatu..." lirih pria paruh baya yang masih terlihat awet muda itu kepada istrinya.
Diperhatikan oleh istrinya, betapa gusar wajah pria di hadapannya. Ia menarik napas dalam-dalam lalu mencoba menenangkan suaminya.
"Anggaplah bahwa itu hanya bunga tidur," serunya sembari mengelus-elus bahu suaminya lalu memberesi pakaian ke dalam lemari.
Sebenarnya, ia juga merasakan kekhawatiran sama seperti suaminya tapi ia tak mau menambah beban suaminya.
Pria itu adalah Bagas dan istrinya, Fitri. Sudah 20 tahun sejak kematian Gotam, Bagas selalu mendapat mimpi yang menyeramkan setiap malam Jum'at Kliwon. Di mimpinya ia tengah berada pada sebuah ruangan yang begitu gelap dan menyesakkan. Sendirian. Sekilas terdengar tawa anak kecil yang begitu mendengung hingga membuat Bagas menutup telinganya rapat-rapat. Lalu terdengar suara yang berbisik... sedikit samar, entah suara wanita atau laki-laki dan tidak terlalu jelas. Seperti suara yang sedang bersahutan. Entah darimana dan siapa mereka.
Akan ku ambil setelah genap 17 tahun....
Tidak, tidak akan ku biarkan!
Cegahlah jika kalian bisa....
Terkutuk kau!
Lalu terdengar suara teriakan yang begitu mengerikan disertai penampakan-penampakan yang begitu menyeramkan mengitari tubuh Bagas. Mereka berteriak sangat keras lalu hilang.
Begitulah mimpi yang selalu menghantui Bagas. Fitri sempat menanyakan hal ini kepada beberapa kyai hingga dukun tanpa sepengetahuan Bagas.
"Ini kutukan... Harus ada yang jadi tumbal untuk mengakhirinya," seru dukun berkumis tebal dengan tenang.
"Kutukan?! Tumbal?!" seru Fitri kaget.
Dukun itu hanya mengangguk-angguk sembari mengelus-elus jenggot panjangnya.
"Lalu siapa yang harus jadi tumbalnya?"
"Bela," sahut dukun tegas.
"Be-Bela?! Apa maksud mbah?! Saya yakin mbah sedang keliru! Saya tidak percaya dengan Anda!" seru Fitri lalu pergi dari sana.
Sepanjang perjalanan, Fitri menjadi tak tenang. Ia terus saja kepikiran dengan perkataan dukun yang ditemuinya tadi.
"Apa yang sedang kau pikirkan, Fitri?" tanya Bagas yang sedari tadi memperhatikan.
"Tidak ada," jawab Fitri dengan senyuman.
Fitri tak bisa tidur semalaman, ia merasa harus kembali ke tempat dukun itu lagi. Masih banyak pertanyaan yang harus ia tanyakan. Ia harus mendapat kejelasan maksud dari dukun itu. Ia sadar bahwa kemaren ia terlalu buru-buru pergi dari sana, ia terlalu emosi dan takut mengetahui yang sebenarnya. Ia pun memutuskan untuk kembali menemui dukun itu.
"Saya ingat rumahnya ada di sini," gumam Fitri sembari menengok kanan kiri tetapi anehnya ia tak melihat rumah dukun itu.
Ia pun bergegas turun dari mobil lalu berjalan ke atas.
"Benar, kemaren saya naik ke sini dan rumahnya...."
Ia menuding tepat ke arah depan, dan kuburan seseorang. Fitri kaget spontan menutup mulutnya. Seketika bulu kuduknya merinding, dielusnya leher bagian belakang.
"Neng, sedang apa di situ?!" teriak salah seorang warga yang berdiri di bawah mengagetkan Fitri.
Tanpa pikir panjang, Fitri bergegas menghampiri orang itu.
"Maaf, Pak. Saya mencari rumah Mbah Jampong. Bukankah rumahnya ada di sana?" seru Fitri sembari menunjuk ke arah kuburan.
Orang itu menggelengkan kepala.
"Mbah Jampong sudah lama meninggal, Neng. Sudah 20 tahun yang lalu, itu makamnya" serunya lalu pergi.
Fitri semakin shock dengan perkataan orang itu. Ia bergegas men-start-er mobil, keringat dingin membanjiri tubuhnya. Sepanjang perjalanan, ia terus memikirkan kejadian aneh yang sudah menimpanya. Lalu siapa yang ia temui waktu itu? Fitri merasa ngeri mengingatnya.
Sejak kejadian itu, Fitri tak berani lagi pergi tanpa sepengetahuan Bagas. Ia takut kejadian seram itu terulang lagi. Ia juga tak pernah menceritakan kejadian itu kepada Bagas karena ia tahu Bagas pasti akan memarahinya. Pria itu tak pernah percaya dengan yang namanya dukun.
Fitri meletakkan segelas susu di meja kamar. Bagas segera menutup koran yang dibacanya.
"Sebentar lagi, Bela genap berusia 17 tahun..." seru Bagas mengingatkan istrinya.
"Tepatnya tanggal 4 bulan ini," sahut Fitri.
Gimana? 🤷
Seru nggak nih kayaknya? 💁
Kalau nggak ya nggak author lanjutin 🤦
🙅🙅🙅

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Ujung Maut
HorrorSequel dari Jerit Pengantin Baru Jika Anda seorang penakut, maka jangan pernah baca cerita ini sendirian!