Nyi Ratna telah sampai ke dunia mereka. Ya, ketika Nyi Ratna membuka mata, di sekelilingnya hanya gelap, gelap gulita! Perlahan asap putih mengepul mengenai wajahnya, disingkirkannya dengan mengibas-ibaskan tangannya. Lalu terdengar suara tawa yang begitu menggelegar, rupanya itu suara Mbah Jampong. Nyi Ratna tetap terlihat tenang.
"Akhirnya kau menemuiku juga, Nyai...." seru Mbah Jampong menampakkan dirinya.
Lingkar matanya hitam kelam, berkumis, berewok dan rambut nya gondrong menjulang sampai ke dada. Ia tak punya bola mata, hanya putih saja dan taringnya panjang sedagu. Laksana genderuwo yang sering dibicarakan kebanyakan orang.
"Jadi ini wujud aslimu, Ki...." sergah Nyi Ratna.
Suara tawa itu kembali terdengar memekikkan telinga, agaknya Nyi Ratna sedikit terganggu dibuatnya. Beberapa pasang mata berwarna merah terlihat di belakang Mbah Jampong. Nyi Ratna tersenyum karena ia berhasil mengalihkan perhatian mereka.
"Rupanya kau sudah menungguku.... Akulah putri Kyai yang telah kau bunuh dan akulah ibu dari bayi yang telah membunuhmu. Jika ada orang yang ingin kau lampiaskan dendam maka akulah orangnya," tambah Nyi Ratna.
"Bedebah! Rupanya kau ibu yang telah melahirkan bayi terkutuk itu, Nyai?!" geram Mbah Jampong marah, bola matanya berubah menjadi merah dan asap putih mengepul dari tubuhnya. Kedua tangannya mengepal seperti hendak dilayangkan.
"Begitulah kenyatannya.... bukankah kita sudah impas? Kau juga telah membunuh dua orang kerabat kami, kaulah yang pantas disebut terkutuk bukan? Kau bunuh orang-orang yang tak ada sangkut pautnya dengan ini...." lanjut Nyi Ratna.
Mbah Jampong berteriak dengan kerasnya menuangkan setiap kemarahan yang ada pada dirinya. Angin kencang menerpa tubuh Nyi Ratna, membuatnya tak bisa melihat apa yang terjadi dihadapannya.
"Sudah, cukup. Kedatanganku kemari bukan untuk bermusuhan denganmu, justru sebaliknya.... aku ingin perdamaian. Tinggalkanlah dunia kami, dunia manusia dan tenanglah di alammu bersama para penduduk Rawa Pening lainnya. Sebagai gantinya, aku akan merawat makam kalian dengan baik," jelas Nyi Ratna.
Mbah Jampong mencekik leher Nyi Ratna hingga tubuhnya terangkat ke atas. Dia tertawa terbahak-bahak. Nyi Ratna memegangi tangan Mbah Jampong dan kedua kakinya berayun-ayun. Ia kesulitan bernapas. Ia pun berusaha untuk tenang dan membaca ayat-ayat Allah. Seketika.... Mbah Jampong melepas cekikan di leher Nyi Ratna karena tangannya terasa terbakar.
"Biadap!" teriaknya sembari memegangi tangannya yang merah terbakar api.
"Kau tak kan berdaya di hadapan ayat-ayat suci Allah. Kau akan terbakar habis laksana kayu yang menjadi abu.... Pikirkan dengan tawaranku tadi," tegas Nyi Ratna tegas.
Di sisi lain, Bagas tetap waspada meski sudah tak ada lagi hal-hal mengerikan yang mengganggunya. Kini ia lebih fokus pada Nyi Ratna yang masih sibuk berkomat kamit sambil memutar tasbih.
"Tampaknya Nyi Ratna hampir berhasil.... Baguslah!" gumam Bagas.
Dilihatnya purnama masih ada tetapi sedikit tertutup awan hitam. Sesekali terdengar siulan burung hantu yang menambah suasana semakin seram, terlebih di sana terdapat banyak kuburan para penduduk Rawa Pening. Bagas bergidik ngeri, dirabanya leher bagian belakang. Ia merasa sendirian di tempat yang mencekam itu karena jiwa Nyi Ratna sedang berada di alam lain. Terkadang lolongan suara serigala juga terdengar saling bersahutan. Entah mengapa pohon-pohon besar yang tumbuh itu terlihat angker.
"Apakah ini pertanda baik atau justru pertanda buruk? Entahlah...." gumam Bagas lagi nampak gusar.
Bagas berjalan mondar-mandir di depan Nyi Ratna, seperti seorang satpam saja. Dilihatnya Nyi Ratna mengerenyutkan dahinya seperti ada hal buruk yang sedang terjadi. Tak lama Nyi Ratna berhenti memutar tasbih, pertanda bahwa negosiasi gagal. Mereka tak ingin berdamai.
"Apakah gerangan yang sedang terjadi? Ya Tuhan, bantulah Nyi Ratna...." gumam Bagas lagi semakin khawatir.
Kini Bagas harus bersiap-siap untuk tanda ketiga yang akan diberikan oleh Nyi Ratna, ia harus segera mencabut bambu-bambu kuning itu.
***
Mbah Jampong tertawa sekali lagi, menggelegar memekikkan telinga. Matanya melotot, geram. Para arwah penduduk Rawa Pening mengepung Nyi Ratna. Mata mereka merah menyala terbakar api amarah.
"Kami tak terima jika Bagas dan istrinya tak ikut dengan kami.... mereka harus menjadi budak kami layaknya putri mereka!" seru Mbah Jampong mewakili.
"Jadi telah kau jadikan budak jiwa Bela?! Terkutuk!" sergah Nyi Ratna.
Tiba-tiba terdengar suara tangisan gadis.... salah satu dari mereka menyeretnya keluar, rantai besar terikat di leher gadis itu bak anjing peliharaan. Pakaiannya berwarna putih panjang. Ia pun melihat ke arah Nyi Ratna, betapa kaget ketika Nyi Ratna mengetahui bahwa itu adalah Bela. Wajahnya pucat, bibirnya juga tapi lingkar matanya merah, rambutnya acak-acakan.... sudah hampir menyerupai kuntilanak. Dia melotot pada Nyi Ratna. Matanya berubah jadi merah, taringnya tumbuh panjang begitu pula kuku-kukunya. Wajahnya berubah jadi hancur penuh darah dan belatung.
"Tak ku sangka kau jadi begini,Bela.... Aku akan membebaskanmu...." seru Nyi Ratna.
Mbah Jampong kembali tertawa.
"Bela, jika kau ingin bebas, habisilah wanita itu!" perintah Mbah Jampong.
Seketika Bela meraung-raung seperti hendak mencengkeram Nyi Ratna. Salah satu yang memegang rantai melepaskannya. Bela bebas berkeliaran dengan rantai besar yang masih berada di lehernya. Ia mulai mendekati Nyi Ratna.
"Rupanya kau sudah menjadi iblis, Bela!" sergah Nyi Ratna.
Mereka terlibat pertarungan yang bengis. Mbah Jampong dan para penduduk Rawa Pening sangat antusias menonton mereka. Sebagian dari mereka bertaruh pada Bela dan sebagian lagi bertaruh pada Nyi Ratna. Agaknya pertarungan semakin sengit, Nyi Ratna sedikit terluka di dahi dan dadanya. Ada darah yang keluar dari sudut bibir Nyi Ratna. Sedangkan Bela masih terlihat kokoh.
Ayo pilih mana yang harus ku bikin menang? Surprise!!! Up siang lagi.... sebentar lagi tamat dan bakal bikin cerita baru yang lebih hot!
Hot nya dalam hal apa nih thor? Makanya yuk baca ya nanti kalo udah up. Tentunya cerita ini harus tamat dulu dong!
Oya, tinggalin voment dong biar author makin semangat bikin nect nya, kalo cuma dikit jadi males soalnya xixixixixi

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Ujung Maut
TerrorSequel dari Jerit Pengantin Baru Jika Anda seorang penakut, maka jangan pernah baca cerita ini sendirian!