Malam ini, malam sebelum perayaan ulang tahun.... Bela mimpi buruk. Keringat membasahi sekujur tubuhnya. Nafasnya memburu dan tangannya mencengkram bantal.
Dalam mimpinya ia tengah disetubuhi oleh seseorang. Tetapi Bela tak dapat melihat wajahnya. Banyak orang berwajah pucat mengitari ranjangnya. Tapi lama kelamaan wajah mereka berubah menjadi darah dan mereka berteriak.
Bela terbangun dari tidurnya, napasnya masih memburu. Ia melihat jam bekernya, 00 : 00.
Ia pun pergi ke kamar mandi dan mencuci muka.
Bela....
Bela mendengar namanya dipanggil. Sekilas ada bayangan hitam melintas di belakangnya. Bela segera berbalik badan tapi tak ada siapapun di sana. Hal ini membuatnya sangat takut. Jantungnya berdebar seperti mau copot. Baru kali ini Bela merasakan bulu kuduknya merinding.
☠️☠️☠️
"Bagaimana, Bela? Kau menyukainya?" tanya Bagas ketika melihat putri kecilnya memandang seluruh dekorasi rumah.
Bela tak menjawab, ia tersenyum lalu memeluk erat tubuh ayahnya.
"Nak, bergegaslah mandi karna sebentar lagi para tamu mu akan segera datang," seru Bagas sembari melihat arlojinya.
Bela mengangguk sambil tersenyum girang lalu berlari ke atas menuju kamarnya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi dengannya setelah ini, entah dia masih bisa tersenyum seperti tadi atau bahkan tidak sama sekali.
"Jangan terlalu memanjakan Bela, Mas," tegur Fitri.
"Mengapa? Bela anak kita satu-satunya," sahut Bagas.
Fitri memperhatikan wajah suaminya, ia melihat kegusaran di sana. Ia pun menggenggam tangan Bagas.
"Mas masih memikirkan soal mimpi itu?"
"Entahlah, Fitri. Aku berharap tak ada hal buruk yang akan menimpa Bela di hari spesialnya ini," keluh Bagas lalu pergi.
"Aku pun mengharapkan hal yang sama denganmu, Mas. Semoga apa yang dikatakan Mbah Jampong itu salah," gumam Fitri.
Para tamu sudah mulai berdatangan, mereka adalah teman-teman sekolah Bela. Yang perempuan berparas cantik nan anggun sedangkan yang laki-laki berparas rapi dan modis.
"Bela mana?" tanya Prama, pemuda yang sedang dekat dengan Bela.
Pemuda itu tak mendapatkan jawaban melainkan sorakan dari teman-temannya, membuatnya menjadi pusat perhatian. Perasaan malu, kesal dan bahagia bercampur menjadi satu.
Bela sedang sibuk berparas di depan kaca. Ia duduk tepat menghadap kaca, saat ia sedang memandang dirinya sendiri, ia mendengar ada yang memanggil namanya.
Bela....
Sontak Bela kaget dan menjatuhkan sisir yang dipegangnya. Ia melihat seseorang sedang berdiri di dekat jendela kamarnya. Bela segera menengok ke belakang, tak ada siapapun. Entah mengapa jantungnya berdebar sangat cepat. Dilihatnya kembali ke kaca, tak ada siapapun di dekat jendela.
Bela berpikir mungkin ia hanya berhalusinasi, kemudian ia menarik napas berulang kali hingga beranjak turun ke bawah menghampiri teman-temannya. Gaun merah dengan potongan dada yang cukup rendah dan belahan kaki yang cukup tinggi. Menakjubkan. Bela berhasil membuat teman-temannya terpukau. Ia seperti bidadari yang turun dari langit. Lalu mengapa Bela memakai gaun warna merah?
"Kau cantik sekali, Bela...." seru mereka.
Prama menatap Bela tanpa berkedip.
"Hai, Prama. Kenapa?" tanya Bela malu-malu.
"Bidadari-ku," gumamnya setengah sadar.
Acara tiup lilin dan potong kue akan segera dimulai. Kini mereka berkumpul membentuk sebuah lingkaran dengan Bela sebagai pusatnya. Lagu ulang tahun dinyanyikan diiringi tepuk tangan. Semua tampak baik-baik saja. Semua tampak senang dan ceria, termasuk Bela.
Tapi bayangan hitam tiba-tiba mencuri perhatian Bela. Ia melihat bayangan itu menyelinap di antara teman-temannya.
Bela....
Bela....
Bela....
Bela....
Bela terus menerus mendengar namanya dipanggil berulang-ulang kali. Ia bahkan tak bisa mendengar suara kegaduhan teman-temannya. Ia hanya mendengar suara itu. Entah suara siapa. Bela menutup telinganya rapat-rapat tapi suara itu masih terdengar.
Bela....
Bela....
Bela....
Bela....
Tak ada yang tahu apa yang sedang terjadi pada Bela, mereka semua fokus terhadap lagunya termasuk Bagas dan Fitri.
"Berhenti!! Berhenti!!!" teriaknya.
Sontak mereka berhenti menyanyikan lagu dan melihat tingkah aneh Bela. Bagas dan Fitri segera mendekati Bela. Semua saling berpandangan dan bingung dengan situasi ini.
"Nak, kau tak apa-apa kan?" tanya Bagas.
Tak ada jawaban dari Bela.
"Nak...." panggil Bagas lagi.
Tak ada jawaban.
Terlihat kecemasan di wajah Bagas dan Fitri. Tiba-tiba saja Bela tertawa, tawanya seperti orang dewasa dan bersuara ganda. Bola matanya berubah menjadi putih dan giginya menjadi bertaring. Kuku-kukunya jadi sedikit memanjang.
"Nak, kau kenapa?!" tanya Fitri panik.
Bela memelototi Fitri, membuat Fitri menyadari bahwa bukan anaknya yang saat ini berada dalam tubuh Bela.
"Keluarlah, keluar dari tubuh putriku!" teriak Bagas lantang.
Bela melihat ke arah Bagas dan menyeringai. Dicekiknya Bagas hingga terangkat tubuhnya. Semua berteriak histeris, dan berhamburan menyelamatkan diri.
"Bela! Sadarlah! Ini Ayah!" teriak Bagas mencoba memanggil jiwa anaknya.
Beberapa teman laki-laki Bela mencoba menahan tangan Bela agar melepaskan cekikan di leher Bagas. Tapi semuanya sia-sia saja. Bela semakin beringas, garis-garis hitam bermunculan dari leher dan hampir memenuhi sebagian wajahnya, lingkar matanya menjadi merah.
Bagas sudah tampak kehabisan udara, wajahnya terlihat membiru.
Fitri menangis histeris melihat semua itu di depan matanya. Ia tak bisa membiarkan suaminya mati tercekik. Ia pun berlari mencari sesuatu.
"Hentikan, Bela!" teriak Prama sekuat tenaga mencoba melepas tangan Bela. Tetapi ia malah menerima cakaran di wajahnya.
Dengan penuh keberanian, Fitri memukul keras-keras punggung Bela dengan sekop. Perlahan Bela melepaskan cekikannya, Bagas jatuh dan terbatuk-batuk. Beberapa teman Bela langsung menolong Bagas. Pandangan Bela teralihkan kepada Fitri. Tangan Fitri menjadi gemetar, ia pun menjatuhkan sekop. Perlahan Bela berjalan mendekati Fitri.
"Jangan, Nak...." lirih Fitri sembari berjalan mundur.
![](https://img.wattpad.com/cover/162752073-288-k814336.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Ujung Maut
HorrorSequel dari Jerit Pengantin Baru Jika Anda seorang penakut, maka jangan pernah baca cerita ini sendirian!