Sepertinya Salah Orang

1K 123 21
                                    


Jowinta cuma bisa melongo dari tempatnya berdiri di depan sofa ruang tengah. Dari sana, dia bisa dengan jelas melihat Hasan dan Yoyo yang di omeli sang Mama nya habis-habisan. Bahkan saat telinga kedua sahabatnya yang di tarik Tiffany juga tidak luput dari pandangan gadis itu.

"Kenapa?" tanya Jaya yang baru dari dapur.

Pemuda itu melangkah santai lalu duduk di sofa depan Jowinta. Tangannya meletakkan susu kotak yang di ambilnya dari kulkas keatas meja setelah meminumnya. Lalu kembali mendongak melihat Jowinta yang masih diam saja menatap ke depan. Lebih tepatnya, depan pintu ruang tamu yang hanya terpisah oleh dinding kaca transparant dengan ruang tengah.

"Udah duduk aja.... Mama kan emang biasa ngomel." kata Jaya lagi.

Tangannya bergerak menarik tangan Jowinta supaya duduk di sebelahnya. Jowinta masih diam saja sambil tetap memasang telinga untuk bisa mendengar omelan apa yang Tiffany berikan kepada Hasan dan Yoyo.

"Barusan mereka di jewer..." lirih Jowinta.

Sementara Jaya justru mendengus lalu tertawa pelan. "Nggak apa-apa, sarapan..." katanya. Tangan Jaya kembali terulur ke meja untuk mengambil susu kotaknya.

"Ini udah jam sepuluh Jay.... Mana ada sarapan jam segini?"

Jaya kembali tertawa pelan. Tidak menjawab Jowinta yang terlihat tidak enak pada Hasan dan Yoyo. Pemuda itu justru membuka susu tawar berbungkus kaleng putih dengan gambar beruang dan menyodorkannya pada Jowinta.

"Makasih! Tahu aja gua lagi butuh asupan."

Sayangnya, bukan Jowinta yang menerima uluran Jaya. Melainkan Hasan yang langsung menyerobot susu kaleng itu dan meminumnya sampai tandas. Pemuda itu duduk di samping Jowinta yang sekarang berada di tengah antara Jaya dan Hasan.

Jaya memejamkan mata menahan kesal. Pemuda dengan postur mungil itu ingin sekali menjitak kepala Hasan.

"Jowi, Mama lo galak...." rengek Yoyo yang sudah ikut duduk diantara mereka.

"Yoyo, Mama dengar loh ya!"

Tiffany terdengar menyahut rengekkan Yoyo dari lantai atas. Membuat pemuda itu langsung beringsut merapat ke sofa dengan pandangan ngeri. "Gila si Mama, kupingnya...."

"Eh, ngomomgin kuping. Kuping gue sakit nih di jewer Mama barusan." sambung Hasan mengadu.

Tangannya bergerak mengelus telinga kanannya yang memang terlihat memerah. Di ikuti Yoyo yang juga mengelus telinga kirinya.

"Lo berdua ngapain sih emang?" tanya Jaya.

"Loh Jay, udah di sini aja lo yak ternyata?"

"Lah iya, kok gua baru lihat lo sih?"

Hasan dan Yoyo langsung terbahak keras. Kedua pemuda itu sampai memegangi perut melihat Jaya yang benar-benar terlihat kesal.

"Sialan lo ya!"

Bukan berhenti, mereka berdua malah semakin kencang tertawa. Ini baru dua orang, tapi sudah seramai ini. Kalau ada Bobby, makin berisik seisi rumah Jowinta ini.

"Eh, Bobby mana?" tanya Jowinta begitu teringat anggotanya yang kurang satu orang.

"Futsal katanya, nggak ngabarin emang?"

Jowinta hanya menggeleng sebagai balasan untuk Yoyo. Mereka kemudian berbincang santai sambil menonton televisi di selingi obrolan-obrolan yang selalu tidak bermutu.

"Lah iya baru nyadar, Juna kan juga nggak ada. Tuh bocah kemana?"

Jaya yang sedang makan keripik kentang dari wadah tabung panjang itu melempar remahannya ke Hasan. "Juna mah udah di sini dari pagi bareng gua.... Lo aja berdua noh ngaret. Sampe di jewer Mama."

fanfiction | kevin sanjaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang