Harapan Jowinta pupus semuanya. Tidak ada Jaya, tidak ada Hasan, tidak ada Yoyo, tidak ada Juna dan tidak ada Bobby di depan rumah yang siap menyelamatkannya.
Gadis itu sudah terlanjur terjebak di dalam mobil biru yang saat itu di temuinya. Di temani keheningan canggung yang amat terasa.
Lebih tepatnya canggung dan menyeramkan sih bagi Jowinta. Apalagi setelah menarik kembali sejarah perkenalan mereka yang buruk.
Eh, memangnya mereka sudah berkenalan?
Itu kan efek salah sasaran. Perkenalannya kan belum. Kemarin juga perkenalan dari Kevin serasa kurang pantas karena Jowinta yang membelakanginya.
"Kenapasih? Diem aja. Gua nggak bakal gigit lu juga kali." kata Kevin tiba-tiba.
Lelaki itu bahkan tertawa pelan saat Jowinta memberinya reaksi yang lucu. Gadis itu kentara sekali sedang berjengit kaget dengan mata melotot sekalipun saat ini fokus Kevin hanya ke arah jalanan.
"Santai aja.... Rileks. Jangan tegang begitu."
Jowinta berdecih pelan begutu mendengarnya. Gadis itu teringat obrolan mereka di pesan pribadi instagram beberapa waktu lalu. Dimana Kevin yang sama sekali tidak terlihat santai saat membalas pesan darinya.
"Santai gigimu!" gumam Jowinta sambil melengos.
Gadis itu tidak habis pikir dengan jalan pikiran Kevin yang menurutnya aneh. Bukankah seharusnya urusan mereka sudah kelar setelah dirinya minta maaf kemarin?
"Apa? Lu bilang apa?"
Lah? Denger ternyata si tengil ini. Jowinta rasa tadi dia mengumpat dengan gumaman lirih. Telinga Kevin itu tertukar dengan telinga gajah apa gimana?
Jowinta akhirnya berdehem pelan. "Nggak." jawabnya sambil menatap Kevin. "Ngapain sih Mas pake ke rumah saya segala?" tanyanya kemudian.
"Jemput elu lah." sahut Kevin ringan.
Membuat Jowinta langsung memutar mata dan mendengus keras. "Nenek-nenek karate juga tahu kalau mas itu jemput saya."
"Yaudah, terus?"
Oh ternyata beneran tengil. Tadi Jowinta sempat mengira dia tidak setengil saat di akun medsos. Tidak tahunya sama saja.
Ingin rasanya gadis itu menendang Kevin dengan kuat sampai tubuhnya menembus pintu dan jatuh berguling di aspal.
"Nggak usah jemput-jemput saya lagi."
Kevin menaikkan sebelah alis mendengarnya. "Berharap banget gua jemput lu lagi?" celetuknya menyebalkan.
Dan Jowinta lagi-lagi mendengus lalu kembali menatap lalu lalang kendaraan lain dari jendela mobil Kevin.
"Saya sudah minta maaf kemarin. Dan saya juga tahu kalau pesan pribadi yang saya kirim kemarin itu salah sasaran. Jadi saya minta maaf. Maaf juga buat perilaku temen-temen saya kemarin. Mereka sebenarnya nggak gitu, mereka cuma mau melindungi saya." ucap Jowinta panjang.
Gadis itu sama sekali tidak menoleh untuk sekedar melihat ekspressi Kevin saat ini. Yang dia tahu, Kevin mungkin akan menertawakannya setelah ini.
Tapi tidak. Karena Kevin justru memperhatikan tiap kata yang terucap dari bibir Jowinta. Satu hal yang jarang Kevin lakukan pada lawan bicaranya.
Sampai akhirnya Jowinta menoleh dan tatapan mereka bertemu. Membuatnya gelagapan seolah tertangkap basah.
"Udah kan? Masalah selesai? Jadi, jangan muncul-muncul lagi deh di depan saya atau temen-temen saya. Saya masih mau hidup damai."
Kevin terperanjat begitu mendengarnya. Sudah selesai katanya? Kenapa gadis itu berkata dengan entengnya setelah membuatnya uring-uringan beberapa hari?
Apa di kiranya hati Kevin itu shuttlecock yang bisa di mainkan sesuka hati?
Lelaki itu berdecih keras. "Masalah selesai lu bilang?" katanya kemudian. Membuat Jowinta langsung menoleh kearahnya dengan bingung. "Lu kira hati gua apaan, sampe lu bilang masalah kita udah selesai dengan gampangnya setelah apa yang udah lu lakuin ke gue?"
Mobil berhenti. Kevin menghentikannya saat satu belokkan lagi mereka sampai menuju sekolah Jowinta. Lelaki itu bahkan menyerongkan tubuh membuatnya jadi menaruh atensi penuh pada Jowinta yang kebingungan.
Memang apa lagi yang dia lakukan selain salah kirim pesan?
"Emang apa yang saya lakuin? Saya nggak ngerasa ngelakuin hal yang salah selain salah kirim pesan waktu itu. Kenapa malah nyambungnya ke hati?" tanyanya panjang masih dengan nada bingung yang kentara.
Kevin melengos lagi. Rasanya benar-benar ingin mengantongi gadis dengan seragam sekolah dan rambut kuncir satu serta poni tipis ini. Geregetan sendiri bagaimana cara menjelaskan perkataannya tanpa ada unsur ke-tengilan di dalamnya.
"Justru dari itu!" sentaknya tanpa sadar. Dan tanpa sadar juga meraih tangan Jowinta yang berjengit setelah mendengar Kevin mengeraskan suaranya. "Maaf... Maaf...." katanya.
Jemarinya mengelus pelan punggung tangan Jowinta. Menenangkannya.
"Justru karena itu. Harusnya lu jangan ceroboh. Harusnya lu hati-hati. Harusnya lu jangan kirim pesan itu ke gua." kata Kevin dengan pelan. Melanjutkan ucapannya yang belum selesai.
Jowinta yang masih bergetar, mencoba bertanya. Menyuarakan rasa penasaran dalam hatinya."Ke-kenapa?"
Kevin langsung terdiam. Matanya bergerak kebingungan. Dalam hati terus mengucapkan kata yang sama.
'Sekarang harus jujur! Jangan pake tengil!'
"Ya karena....."
"Karena?"
Kevin berdehem. Sekarang saatnya. "Karena itu jadi bikin gua pengen mendekatkan diri lebih dalam lagi sama lu. Gua pengen kenal lu. Gua...."
"...... Mulai tertarik sama----"
"JENN! TUNGGUIN!"
banyak komen, fast update?
KAMU SEDANG MEMBACA
fanfiction | kevin sanjaya [END]
Fanfiction"kak, aku mau bikin fanfiction pake nama dan visual kakak. boleh?" "maaf, tapi gua nggak ngerti apa itu fanfiction." a fanfic story by tinkervell from wattpad and beautiful cover by; @A-taesthetics