Aih sialan!Kira-kira begitulah yang terus menerus di ucapkan Jowinta dalam hati. Lagian gimana sih manusia satu ini? Perasaan baru kemarin bilang kalau masih di Perancis.
Kenapa bisa sekarang dia ada disini?
Bertamu jam delapan malam, yang sialnya langsung di sambut dengan Tiffany dengan senyuman lebar. Malah sekarang di suruh duduk santai dan di tawari makan malam.
Auh, Tiffany ini terlalu baik apa cari perhatian?
Eh tapi, Mama-nya Jowinta ini memang terkenal ramahnya dengan siapapun sih. Makanya Jowinta banyak teman. Karena Jowinta juga menuruni sifat baik kedua orang tuanya. Termasuk dari Tiffany.
Dan sekarang di sinilah Jowinta. Ruang tengah keluarga sambil menonton televisi dengan piyama biru gambar beruang cokelatnya.
Oh jangan lupakan kehadiran Kevin yang ikut duduk di sampingnya. Lelaki lain yang berhasil masuk ke ruang lingkup rumahnya selain sahabat lelakinya.
Semoga cuma sampai ruang tengah. Jangan sampai ini tengil minta masuk kamarnya juga seperti yang lain. Ya, begitulah harapan Jowinta sekarang. Tidak tahu kalau besok pagi.
"Kenapa sih cemberut aja lihat gue datang?!" tanya Kevin dengan nada protesnya. Lelaki itu risih sendiri melihat Jowinta yang memang merengut sedari dia datang.
Dan jangan lupa juga tindakan gadis itu yang selalu mengganti-ganti saluran televisi dengan jengkel. Gerakkan mencet-mencetnya itu loh, kayak lagi bunuh orang di mata Kevin tuh.
"Apa sih sumpah lu tuh serem banget?!" Kevin berseru lagi, beringsut memojokkan diri ke sudut sofa. "Nggak suka banget gua di sini?"
Jowinta langsung melirik tajam, "Udah tahu malah nanya!" semprotnya ketus.
Membuat Kevin meneguk ludah. Perasaan gadis ini manis banget kalau sama temen-temen cowoknya. Kenapa sekarang jadi seperti macam begini? Bulanan apa ya?
Eh, ngomong-ngomong soal teman. Kevin jadi ingat mau menanyakan sesuatu.
"Oyin! Gua mau nanya dong...." Kevin kembali mengeluarkan suaranya. Di buat selembut mungkin, supaya Jowinta luluh.
Tapi nyatanya, Jowinta malah makin meliriknya tajam. Sayang saja Kevin tidak melihatnya dan malah lanjut bertanya santai.
"Kenapa temen-temen lu bisa begitu semua?" Kevin setengah melotot, merasa bicaranya kurang tepat. "Maksud gua, kenapa temen-temen lu cowok semua.... Gitu?" ralatnya lebih spesifik.
Jowinta akhirnya menghela nafas, gadis itu sekarang fokus menonton acara talkshow-comedy yang diam-diam membuatnya merindukan teman-temannya.
Sebelum Jaya ngambek, mereka suka tuh menirukan acara ini saat jam pelajaran kosong.
"Ya emang cowok, saya nggak pernah bilang kalau mereka cewek kan?"
Gantian Kevin yang menghela nafas. Apa begini rasanya jadi orang-orang yang selalu jadi korban tengilnya dia?
"Oyin, gue ini capek loh habis tanding dari Paris...." katanya setengah merengek. Juga sedikit menggeser duduk mendekat pada Jowinta.
Jowinta melirik Kevin risih. Kenapa ini orang tengil kesurupan setan Perancis? "Saya nggak nanya ya, tolong!"
"Ya seenggaknya sambut gua dengan senyummu yang secerah mentari pagi itu dong. Perasaan pelit banget kalau senyum sama gua.... Beda noh! Kalau sama parasit-parasit tengil yang suka nempel sama elu!"
Kevin mengerucut, tingkahnya berubah jadi seperti anak balita yang ngambek. Benar-benar di luar nalar. Dan pasti kalau ada Marcus, Kevin bakal di ejek habis-habisan.
"Argh! Kok mukul?!!" protes Kevin keras.
Kepalanya baru saja di pukul remot sama Jowinta. Sumpah! Nyut-nyutan. Mukulnya kencang banget ini anak gadis.
"Yang tengil itu Mas-nya. Dan teman-teman saya bukan parasit ya tolong! Mas-nya kalau masih bilang gitu-gitu nanti saya usir!"
Mas- nya? Kevin agak tidak terima Jowinta masih memanggilnya begitu, jujur.
"Saya itu udah sama mereka dari kecil, dari kita sama-sama mau masuk PAUD. Main bareng, berangkat sekolah bareng, jahil bareng, nakal bareng, semuanya barengan pokoknya. Sampai besar kayak sekarang juga bareng kan buktinya."
Eh? Oh.... Jadi begini sisi lain Jowinta. Diam aja dulu, entar juga marahnya reda sendiri. Entar juga curhat dengan sendirinya.
Tapi tunggu dulu?
"Semuanya bareng?" tanya Kevin penasaran.
Jujur ini otaknya sudah kemana-mana saat mendengar kata 'semuanya bareng' keluar dari mulut Jowinta. Tapi ya kontrol lah, malu dikit depan gebetan.
Dan anggukan pelan Jowinta membuatnya makin melotot. Pikirannya makin kemana-mana, "tidur bareng?" korek Kevin lagi.
Jowinta kembali mengangguk.
"Mandi bareng?"
Lagi, Jowinta kembali mengangguk. Dan Kevin berseru setelahnya. "GILA!"
Jowinta yang terlonjak langsung menoleh cepat ke arah Kevin. Bingung sekaligus kaget. Beneran kesurupan ini tengil.
"Kenapasih?! Biasa aja dong!" Jowinta protes.
Lebih protes saat Kevin malah bergerak maju dengan cepat dan memegang pundaknya tiba-tiba. Jowinta menatap Kevin dengan pandangan ngeri. "Apasih?"
"Oyin denger! Lu itu cewek! Nggak sepantasnya cewek tidur-mandi bar--- argh! Gimana bisa gua ngomong begini enteng bener ama anak kecil? Pokoknya jangan lakuin hal-hal aneh sama temen-temen lu! Mereka itu cowok, elu cewek. Kalian sudah cukup berumur untuk---- ya pokoknya gitulah. Cowok sebaik apapun itu bahaya!"
Kevin mengatur nafas. Jowinta mengernyit, menatap Kevin yang baru ceramah panjang dengan aneh.
"Terus.... Mas Kevin, cowok bukan?" tanyanya tanpa beban.
Membuat Kevin langsung protes tidak terima. "Ya cowok lah gila!"
"Kok ngatain saya gila?"
Kevin gelagapan. "Hah? Oh? Maaf... Reflek. Maksud gue, ya cowok dong sayang."
Jowinta bergidik melihat keanehan Kevin yang baru pertama kali di lihatnya. Jenna bilang, Kevin keren, cool, sempurna. Apaan? Kardus begini dari mana sempurnanya?
"Wah hebat! Sekarang makin dekat banget ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
fanfiction | kevin sanjaya [END]
Fanfiction"kak, aku mau bikin fanfiction pake nama dan visual kakak. boleh?" "maaf, tapi gua nggak ngerti apa itu fanfiction." a fanfic story by tinkervell from wattpad and beautiful cover by; @A-taesthetics