Hantu Tengil

818 113 33
                                    


Minggu pagi, tepatnya dua hari setelah Kevin asli menemui mereka di SMA Perwira dan menyebutkan identitasnya. Jowinta jadi paranoid sendiri.

Gadis itu bahkan malu untuk sekedar belanja keperluan bulanan yang biasa di lakukannya di minimarket depan komplek. Membuat Tiffany lagi-lagi mengomel semalaman penuh tadi malam.

Mama dari Jowinta itu akhirnya memutuskan membeli keperluan bulanan mereka sendiri ke minimarket.

Dan tadi pagi kembali mengomel karena Jowinta masih bergelung dalam selimut padahal setiap minggu pagi gadis itu rajin pergi ke pusat kota untuk mengikuti acara mingguan bebas asap kendaraan bermotor.

Sumpah bukan apa-apa, tapi Jowinta itu malu. Yang luar biasa malu karena orangnya ternyata bisa menemuinya di sekolah. Jowinta takut kalau ternyata Kevin juga bisa menemukan alamat rumahnya.

Makanya dia lebih memilih berdiam di bawah selimut dari malam sampai malam lagi.

Iya, niatnya begitu. Sebelum Jaya menarik kakinya dengan bengis sampai jatuh ke lantai kamarnya yang dingin di pagi hari.

Nah! kalau bicara soal Jaya, pemuda itu juga jadi ikutan berubah. Tapi berubah mengerikan. Tidak ada senyum seperti biasa, tidak ada ocehan seperti biasa. Tatapannya berubah datar dan mulutnya terkatup rapat.

Langkahnya berhenti tepat di ruang tengah rumah Jowinta yang luas. Disana bahkan sudah ada Hasan, Bobby, Juna, Yoyo yang duduk diam tidak berani protes apa-apa.

"Duduk!"

Jowinta terlonjak kecil sebelum akhirnya berjalan pelan mendekati Bobby dan duduk mendesak di tengah-tengah Bobby dan Juna.

Hal itu membuat Hasan yang duduk di paling ujung mendesis pelan nyaris mengumpat.

"Guru konseling tadi malem nge-wa gue. Dia tanya kita ada masalah apa sama Kevin." ucap Jaya. Pemuda itu masih datar seperti sebelumnya. Mata kecilnya menatap sahabat-sahabatnya satu persatu.

"Dari awal kan gue udah bilang, jangan aneh-aneh. Untung si Kevin itu nggak ngaduin macem-macem ke bu Murni, kita masih aman." jelas Jaya masih dengan nada yang sama.

"Lah? Lah? Emang kita ngapain sih? Orang kita nggak ngapa-ngapain juga kan? Kenapa lu rempong banget gitu kayak Jowinta pas lagi dapet?" cerocos Juna mengajukan protesnya.

Jujur saja pemuda itu bingung dengan Jaya yang mendadak aneh. Dan nada bicaranya tadi itu loh, seolah menyalahkan semua orang yang bermain Truth or Dare saat itu. Padahal nyatanya, dia sendiri juga ikut. Dia juga yang berhasil membujuk Jowinta untuk menerima tantangan dari permainan mereka.

Dan lagi hey! Itu juga cuma permainan kan?


Siapa juga yang menyangka kalau akan salah sasaran begini? Terus jangan salahkan siapapun disini dong kalau Kevin Sanjaya itu ternyata bisa baper sama sahabat paling cantik mereka.

"Apa? Salah? Salah lagi gua? Salah mulu orang ganteng?" lanjut Juna saat mendapati lirikkan tajam dari Yoyo yang menyuruhnya diam.

Jaya menghela nafas pada akhirnya. Tatapan pemuda itu perlahan melunak. Rahangnya juga tidak mengeras seperti sebelum-sebelumnya.

"Iya udah maaf, gue minta maaf. Gue kebawa emosi." ucap Jaya pelan. "Gue kemaren takut banget begitu dia narik tangan Jowi. Gue nggak mau dia kenapa-napa. Gue.... Gue juga nggak mau nama kita masuk buku hitam sekolah." jelas Jaya melanjutkan.

Bukan tanpa alasan memang kalau Jaya berkata begitu. Trauma kehilangan adik perempuannya juga karena sewaktu mereka kecil dulu, Jowinta yang pernah jadi korban penculikkan. Membuat pemuda itu jadi terlalu over tentang apapun yang menyangkut keselamatan Jowinta.

Dan untuk masuk buku hitam sekolah, dari awal memang Jaya sudah mewanti-wanti sahabat-sahabatnya untuk tetap berperilaku baik selama di sekolah. Karena pada dasarnya, mereka memang orang-orang baik yang di besarkan oleh keluarga baik pula.

Ya, Jaya adalah orang yang siap memasang badan jika ada yang berani mengusik orang-orang tersayangnya.




"NYET!!! ANJING MONYET!!!"

Bobby tiba-tiba berseru mengagetkan. Pemuda itu merusak keheningan dengan berteriak heboh sambil memegang layar ponselnya.

Hasan yang merasa telinganya berdengung langsung menggeplak keras kepala pemuda bergigi kelinci itu. "Apasih lu? Anjing apa monyet?!"

"Bobby anjingnya sih...." sambung Juna.

Bobby langsung melotot kearahnya. "IYA ELO MONYETNYA NJING!"

"YA SANTUY ANJYANG!"

"Ck!" decak Yoyo. Kedua tangannya bergerak mendorong muka Bobby dan Juna bersamaan supaya menjauh."Udah sesama binatang jangan saling menggonggong!"

"Eh udah dong para peliharaanku jangan ribut aku pusing!" Jowinta berucap berlebihan. Tangannya di letakkan di kepala ber-ekspressi seolah dirinya akan pingsan saat itu juga.

"Idih muntah! Hoy ini anjing gue urgent!" kata Bobby kembali panik. Tangannya menggoyang-goyangkan ponsel dengan heboh.

"Anjing lo? Sejak kapan lo punya anjing?"

Sekarang gantian Bobby menggeplak kepala Hasan yang bertanya bodoh. "Maksudnya ini urgent gue... Gimana????"

"Lah iya urgent kenapa tolil?!"

Bobby meletakkan ponsel di atas meja. "Noh baca sendiri! Si Kevin DM gue nyet??? Nanyain Jowi."























sedang rajin karena lima chapter depan udah siap publish nghe
biar cepet kelar jugasih.....
dan enaknya, ini bakal kelar di chapter berapa ya????

fanfiction | kevin sanjaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang