Canggung

511 85 12
                                    


Kevin tidak muncul hari ini. Jowinta sangat bersyukur untuk itu. Lelaki itu bilang padanya, kalau dia ada latihan penuh beberapa hari ke depan. Persiapan pertandingan.

Itu yang dia bilang lewat aplikasi pesan berlogo telepon hijau bergaris tepian putih. Jowinta juga tidak tahu darimana dan bagaimana Kevin tahu nomornya.

Kemarin rumah, tadi malam nomor ponselnya. Jangan sampai besok-besok lelaki tengil itu tahu tanggal berapa siklus bulanannya datang.

Amit-amit!

"Ayo buruan!"

Juna langsung berjengit nyaris melempar ponselnya. Ini Jowinta sejak kapan juga sudah nangkring saja di jok belakang motornya.

Perasaan beberapa detik lalu katanya masih sarapan.

"Jangan ngagetin napa?! Untung nggak kelempar ke muka lu ini helm!" sungut pemuda itu.

Juna memutar tubuhnya, berbalik menghadap Jowinta. Tangan pemuda itu terulur untuk memakaikan helm ke kepala Jowinta. Dan membuat gadis itu meringis karena melihat posisi tubuh Juna yang menurutnya susah.

"Bentar apa gue turun dulu. Itu badan lo muter-muter gitu, nggak sakit apa?" tanyanya.

Juna diam saja, masih melanjutkan kegiatannya pada kepala Jowinta. "Nggak! Gua mah udah pro kali."

Pemuda itu berbalik bersiap melajukan motornya, sementara Jowinta mencibir pelan di belakang punggung pemuda itu.

"Juna! Lewatnya parkiran belakang aja ya?! Biar langsung tembusannya pintu deket kelas, nggak usah lewat lapangan dulu!" kata Jowinta setengah teriak.

Tentu saja bisingnya jalanan serta angin pagi yang lumayan yang membuatnya harus mengeraskan volume suara begitu.

"Nggak bisa Jowi! Jalan ke parkiran belakang jelek! Masih perbaikan!" balas Juna dengan keras juga.

Entah sadar atau tidak, tapi jawaban Juna membuat Jowinta merengut di balik punggungnya. Gadis itu kecewa karena mau menghindari seseorang ternyata sesusah ini.

"Tenang aja! Jaya belom berangkat! Masih pagi ini...." sambung Juna.

Pemuda itu peka juga ternyata. Tidak sia-sia ternyata persahabatan lima belas tahun mereka. Dan kenapa Jowinta baru sadar sekarang???

Kenapa selama ini Jowinta berpikir kalau hanya Jaya-lah yang paling mengerti dia? Kenapa??? Padahal lamanya persahabatan mereka itu sama.

Sama-sama dari kecil. Dari lahir.

Kenapa bisa pikiran Jowinta bisa sesempit itu kalau yang paling sayang dia itu Jaya?

Dan kenapa pula dia jadi teringat pernyataan mendadak pemuda itu kemarin?

Jowinta yakin. Jaya tidak serius.

Ya. Jowinta yakin.






Ternyata Juna salah. Jaya sudah berangkat. Mereka tidak papasan di lapangan atau lorong kelas. Melainkan di kelas.

Duduk manis dan tenang sambil menatapnya yang berjalan masuk kelas dengan Juna di sampingnya.

Melihat itu, tangan Jowinta perlahan menarik kemeja sekolah Juna dengan keras. Juna langsung menoleh dan mendapati tatapan aneh Jowinta padanya.

"Kenapa?" tanyanya pelan, nyaris berbisik.

Jowinta langsung menjawabnya dengan gerakan mulut tanpa suara. "Lo bohong! Jaya udah berangkat!"

Juna melirik sekilas ke bangku Jaya. Benar saja, pemuda itu sedang menatapnya bengis. Tapi apa peduli Juna sih? Dia tidak merasa berbuat salah kok.

Tangan kirinya bahkan bergerak dengan santai ke pundak Jowinta. Merangkulnya sambil berjalan.

"Cuekkin aja udah." katanya sambil menarik Jowinta makin merapat padanya.

"Princess! Kok ninggalin aa'???" tanya Bobby heboh begitu sadar Jowinta yang masuk kelas bersama Juna.

"Tau nih! Malah berangkat sama bekantan berisik ini!" sambung Hasan di belakangnya.

Jowinta hanya membalasnya dengan ringisan kaku. Tidak berani sedikitpun melirik Jaya di samping Bobby yang memberikannya tatapan tajam.

Melirik tajam pula pada Juna yang baru saja melewatinya duduk di bangku belakangnya. Di samping Hasan.

"Bekantan-bekantan! Elu yang ninggalin kita tapir!" semprot Juna langsung begitu sudah mendaratkan pantatnya di bangku kayu.

"Apasih monyet? Kan elu yang nyuruh berangkat duluan?! Lagian kok bisa lu bawa motor malah nyampe belakangan? Elu nggak ngapa-ngapain Jowinta kan lu?! Ngaku!" balas Hasan tidak mau kalah.

Bobby yang mencium bau-bau pertengkaran langsung menyerongkan tubuhnya, menghadap belakang. "Iya lo anjing! Kenapa nyuruh berangkat duluan? Kenapa bisa lo sama Jowi? Kemana dulu kalian? Hayo! Hayo!" pepet Bobby.

Juna langsung melengos tak peduli. Matanya mengedar ke seisi kelas. Sampai matanya terpaku pada punggung Jaya di depannya. Dan entah kenapa Juna langsung berdecak setelahnya.

"Mana Yoyo?" tanyanya pada Hasan dan Bobby. Tapi matanya masih terpaku pada punggung Jaya. Membuat dua pemuda itu saling tatap bingung.

Ada yang tidak beres. Tapi mereka tetap mencoba sesantai mungkin menghadapinya. Tidak mau jadi lebih parah dari ini.

"Cih pengalihan isu...." celetuk Bobby. Mengalihkan atensi Juna.

"Boker dia, keracunan bawang putih."

Cih! Mana ada keracunan bawang putih. Juna tahu Hasan cuma mengada-ngada. Juna juga tahu kalau sebenarnya Bobby dan Hasan menaruh rasa penasaran kenapa Jaya jadi diam, juga kenapa dia bisa berangkat berdua dengan Jowinta.

Tapi Juna diam saja, daripada semuanya tambah runyam dan malah makin canggung ya kan?












sumpah! ini kemana kevinnya???
kenapa isinya kipop semuaaa
gua pusing! wkwkwkwk

ini lama-lama gua masukkin kevindra sanjaya si mantan kakel selebgram yang sebenar-benarnya ini

fanfiction | kevin sanjaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang