Jemput.

662 95 15
                                    


Besoknya, hari Senin di kediaman keluarga Malik. Saat Jowinta baru selesai menutup resleting rok abu-abunya, Nyonya besar Malik alias Mama Jowinta alias Tiffany sudah berkoar-koar berisik.

"OYIN TURUUUUN!!! INI UDAH DI TUNGGUIN!" teriak Tiffany dari lantai bawah.

Membuat Jowinta yang mendengarnya berdecak kesal. Apalagi jika Mamanya mulai memanggil Jowinta dengan nama kecilnya. Oyin yang diambil dari nama tengahnya, Aurin.

"APASIH MAMA? KALO JAYA TINGGAL SURUH NAIK AJA! JOWI UDAH PAKE SERAGAM!" balasnya sambil teriak juga.

"BUKAN OYIN! AYO BURUAN TURUN!!!"

Jowinta yang masih menguncir rambutnya mencibir pelan. Bersungut sambil menatap cermin. "SIAPA??? KALAU JENNA ATAU YELIN YA SURUH NAIK AJAAAA!"

"IH SAYANG! KALAU DI SURUH TURUN YA TURUN!"

Ini si Papa untungnya masih dinas keluar. Kalau tidak, uang bulanan Mama pasti bakal di potong 80 persen. Karena pagi-pagi udah berisik.

Jowinta langsung meraih tasnya sambil masih cemberut. Sambil memakai tasnya ke punggung, gadis itu keluar kamar. Jangan lupakan juga gerutuan sepanjang jalan menuju ruang makan yang di tujukannya untuk Tiffany.

Baru gadis itu akan mengajukan protes keras ke Tiffany saat matanya menatap pemandangan yang membuatnya melotot lebar. Protes yang sudah di rancangnya juga seolah jadi tertahan di tenggorokan.

Gadis itu sekarang luar biasa panik dengan mata melotot dan mulut yang menganga lebar. Dalam hatinya menggerutu dan menyumpahi siapapun yang sudah memberikan alamat rumahnya ke tengil yang sekarang sedang sarapan dengan lahap sambil sesekali tersenyum dan menjawab ringan pertanyaan dari Tiffany.

Ya, Kevin Sanjaya Sukamuljo di pagi buta menjelang masuk sekolah sudah duduk santai melahap sarapan buatan Mamanya dengan teramat sangat santai.

Sedangkan tidak jauh di samping kiri meja makan, ada Jowinta yang mendadak pusing setengah hidup. Gadis itu bahkan berharap kalau setelah ini dia akan berada di atas kasurnya setelah memejamkan mata.

Berharap kalau semua ini hanya mimpi.

Tapi tidak. Dia langsung tersadar saat kembali membuka mata yang pertama di lihatnya adalah mata Kevin yang juga tengah menatapnya dengan satu alis terangkat.

Jowinta kembali melotot melihatnya. Yang membuat Kevin menarik ujung bibirnya tersenyum miring. Dalam hati gemas sendiri melihat ekspresi Jowinta.

"Loh? Oyin! Kok masih disitu?"

Jowinta langsung menoleh ke Tiffany yang menegurnya. "Sini duduk, sarapan." lanjut Tiffany sambil menunjuk kursi di sampingnya. Berhadapan dengan Kevin.

"Nggak Ma, Jowi mau langsung berangkat aja. Ada PR lupa ngerjain. Mau di kerjain di kelas."

Alasan!

Padahal semua tugasnya selalu di kerjakan di rumah. Jaya yang selalu mengingatkannya untuk mengerjakan tugas rumah ya di rumah.

"Tumben...." gumam Tiffany pelan.

"Iya Ma. Makanya Jowi harus berangkat sekarang takut di hukum Pak Botak." Jowinta mendekat untuk meraih tangan Tiffany, salim. "Assalamu'alaikum...."

"Loh.... Loh...." Tiffany menahan tangan anaknya yang masih menjabat tangannya. "Ntar dulu ini bawa bekal aja ya?"

Jowinta sesekali melirik kearah Kevin yang masih duduk dengan tenang di tempatnya. Lelaki itu bahkan dengan santai memperhatikan interaksi antar Ibu-Anak itu.

fanfiction | kevin sanjaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang