Jaya tuh Kenapa?

522 92 19
                                    


"Apasih Jay? Itu kan cuma hasil pemikiran absurd-nya Jenna doang.... Dan lo se-ngambek ini???" protes Jowinta keras.

Gadis itu bahkan terus membuntuti Jaya kemanapun sejak di sekolah tadi. Dan sampai sekarang, dirumah Jaya, Jowinta pun masih membuntuti pemuda itu sampai ke kamarnya.

Ya, Jaya kembali mendiamkannya lagi setelah mendengar teriakkan Jenna pagi tadi. Soal Kevin yang katanya menyukai Jowinta.

Cuih, padahal kan itu cuma kesimpulan Jenna doang. Lagipula Jowinta yakin kalau Jenna mengucapkannya tanpa dasar ideologi manapun.

Alias ngawur.

Dan Jaya sudah kelewat sensitif serta baper kalau mendengar nama Kevin, ya jadi begitulah. Pemuda itu ngambek (lagi).

Hauh......

"Jaya..... Masa lo ngambek gara-gara itu????" rengek Jowinta.

Sementara Jaya masih diam mengacuhkannya. Benar-benar diam sediam-diamnya. Bahkan mau ganti baju saja diam seolah Jowinta tidak ada disana.

Untung Jowinta sudah sadar diri lebih dulu. Jadi gadis itu memilih keluar sesaat sebelum Jaya melepas kemeja sekolah warna putihnya.

"Dia kenapasih?" gerutunya sambil melangkah ke dapur.

Tenggorokannya serasa kering sehabis merengek menjijikan di depan Jaya. Yang naasnya, di lirik saja tidak. Duh pusing.

"Ini yang lain di diemin juga nggak ya sama Jaya? Harusnya mereka tuh bantuin gue bujukkin bayi ini. Ugh! Nggak setia kawan emang."

Gadis itu masih menggerutu pelan saat membuka kulkas. Seolah sedang memarahi kulkas yang bahkan tidak tahu salahnya dimana.

"Emang tuh ya, ini tuh salah Kevin-Kevin itu sih... Lagian tengil banget, ngapain mendadak berubah ngalus gitu? Kan babi...."

Mendengar derap langkah dari lantai atas, Jowinta langsung melirik. Setelahnya tangan gadis itu mengambil dua botol minuman ber-vitamin asal Jepang.

Gadis itu bahkan membawanya dengan riang ke hadapan Jaya yang sudah duduk di ruang tengah menghadap televisi. Jowinta bahkan bernyanyi-nyanyi menirukan model iklan minuman asal Jepang yang mantan member salah satu girlgroup besutan negeri Sakura tersebut.

Tapi sayang, niatnya untuk mendapat atensi penuh dari Jaya justru sirna. Saat pemuda itu lebih menikmati model aslinya yang tampil di televisi.

Kesal, gadis itu meraih tangan kanan Jaya. Meletakkan minuman itu ke telapak tangan Jaya dengan keras. Bunyinya bahkan mungkin bisa menggema sampai luar rumah.

"Lo kok gini banget sih sama gue sekarang?" tanya Jowinta sambil menghempaskan tubuhnya duduk di samping Jaya. "Gue salah apaan sama lo?" imbuhnya.

Tapi Jaya masih saja diam tidak bersuara.

"Kalau lo marah cuma karena omongan ampasnya Jenna, berarti lo lucu. Lo tuh kaku.... Kayak nggak pernah ngadepin Jenna yang kalo bercanda emang suka nggak ngotak."

Jowinta menghela nafas setelah bicara panjang. Melihat Jaya yang masih diam, gadis itu melengos. Ikut menatap kosong televisi di depan mereka.

"Makin kesini, gue lihat lo makin aneh. Makin over! Terutama sama gue. Emang kenapa kalau Kevin beneran suka gue? Jay, kita udah sama-sama gede. Harusnya lo seneng kalau sahabat cewek satu-satunya kalian ini mau ada yang gantiin jaga." ucap Jowinta lagi.

Dan ucapan Jowinta itu membuat Jaya akhirnya bersuara. "Lo bukan barang." katanya.

"Jadi lo nganggep gue selama ini tuh barang?"

"Nggak ada yang bisa ganti jaga lo, karena elo bukan toko, elo bukan barang. Elo Jowinta. Manusia. Sahabat cewek satu-satunya the soangs. Sahabat gue. Kita yang bakal jagain lo. Gue terutama!"

Jowinta kembali menoleh ke arah Jaya. Tatapannya tidak terima. "Ya udah jadi bagus dong kalo ada Kevin. Yang jagain gue jadi nambah satu!" protesnya.

Jaya ikut menghadap Jowinta yang menatapnya kesal penuh protes. Jaya pun sama. Pemuda itu jadi makin kesal saat perkataan Jowinta justru terdengar kalau dia percaya Kevin. Padahal siapa sih Kevin?

"Jadi elo lebih percaya dia?!"

Jowinta mengernyit. "Kok jadi percaya dia? Percaya yang gimana maksud lo?"

"Percaya dia buat jagain lo." kata Jaya. Menatap lurus manik Jowinta.

Jowinta yang mendengarnya pun langsung mendengus. Ini masalahnya kenapa jadi meleber-leber? "Kan dari awal di bilang, 'kalau Kevin beneran suka gue'. Kalau Jay kalau. Bukan beneran. Lagian nggak mungkin juga Kevin suka gue."

Jowinta sudah akan menarik senyum menertawakan ke-khawatiran Jaya yang berlebih dan cenderung tidak berdasar. Tapi tidak jadi saat Jaya kembali bertanya datar.

"Gimana kalau beneran? Lo.... Percaya sama dia?"

Jowinta tersentak. Gadis itu terdiam ikut menatap mata Jaya yang masih menatap matanya dalam. Menunggu Jowinta bersuara.

Jowinta akhirnya tertawa pelan menutupi rasa aneh yang tiba-tiba menjalar di dadanya. "Lo aneh tau nggak Jay?" tanyanya sambil terkekeh.

"Kalaupun iya nih ya.... Kevin suka gue, terus tiba-tiba, amit-amit sih, gue juga suka Kevin tuh, terus jadian. Emang lo nggak setuju?"

"Nggak." jawab Jaya langsung.

"Kenapa nggak?"

"Karena emang enggak."

Jowinta mendengus. Jaya ini kenapa sih Tuhan???? "Kalau gue mau jadi pacar Kevin gimana? Di jagain Kevin?" tanya Jowinta lagi.

Jaya terdiam. Matanya masih lurus menatap mata Jowinta di depannya. Pemuda itu menghela nafas pelan sebelum bersuara. "Ya berarti kita yang mundur." katanya.

Jowinta langsung melengos. Gadis itu berdecak keras kemudian tertawa pelan lagi. "Elo doang. Jangan bawa-bawa yang lain. Gue nggak yakin mereka bakal se-kekanakkan elo."

"Jay, kejadian yang menimpa gue dulu itu bukan salah elo. Adik lo meninggal juga bukan salah elo." ucap Jowinta lagi. Kali ini kembali menatap Jaya, memegang tangan pemuda itu. "Jadi, stop terlalu mikirin gue kayak dulu. Kayak mikirin adik kandung lo sendiri. Gue udah bisa jaga diri gue sendiri kok."

Jaya menunduk sejenak menatap tangan Jowinta yang memegang tangannya. Pemuda itu terdiam beberapa saat. Dalam hati juga kebingungan sendiri kenapa dia sebegitu marahnya saat mendengat Jenna mengatakan kalau Kevin menyukai Jowinta.

Pemuda itu kembali mendongak. Kembali menatap mata Jowinta yang berkilau di matanya. Mata penuh sinar ketulusan yanh dari dulu di sukainya.

Perlahan tangan Jaya melepas tangan Jowinta di tangannya. Di ganti dengan tangan pemuda itu yang meraih tangan Jowinta dan menggenggamnya. Mengarahkannya ke depan dadanya sendiri.

Matanya masih tidak berpaling sedikitpun dari mata Jowinta yang sekarang melotot kaget. Mulut gadis itu bahkan terbuka-tutup seolah ingin mengucap sesuatu.



"Gimana kalau gue nggak pernah mikirin lo sebagai adik kandung gue?"



























hayo mampus lu mau ada di kapal mana??? wkwkwk

asli tadinya nggak mau bikin jaya begini
mau-nya pure friend aja gitu
tapi kok nggak seru yak?

wkwkwkwkwk

ohiya! nice guy sama akulah arjuna first publish looooohhhh.....

fanfiction | kevin sanjaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang