Konsultasi Pada Sang Ahli

717 114 16
                                    


Marcus baru saja melepaskan kaosnya saat tahu-tahu Kevin berdiri di sampingnya dengan keruh. Sekeruh kaos lelaki itu yang basah penuh keringat.

"Kenapasih buset?!" tanya Marcus bingung sekaligus aneh.

Pasalnya Kevin baru saja melempar kaosnya ke lantai dengan keras. Marcus sampai bergidik melihatnya. Biasanya, Kevin akan memperlihatkan raut begini saat lawan main mereka terlihat minta di jejeli shuttlecock.

Melihat Kevin yang diam saja dengan muka tidak enak begitu, Marcus memilih kembali diam dan mengganti kegiatan mengganti bajunya yang sempat tertunda.

"Balik ya. Lu hati-hati bawa mobilnya." pamit Marcus sambil meraih tasnya.

Kevin masih diam tapi mata Marcus menangkap ada kepanikan sekilas dari raut Kevin sekarang.

Lelaki itu berhenti melangkah dan kembali berbalik, menatap Kevin sebentar sebelum akhirnya bertanya ragu. "Lu...... Kenapa?"

Kevin menoleh sebentar, sebelum akhirnya kembali melengos. Bingung sendiri harus menjelaskan apa dan bagaimana ke partner yang usianya beberapa tahun lebih tua darinya ini.

Marcus menghela nafas pelan, "kalo nggak kenapa-napa, gua balik dul----"

"Temenin gua makan Koh! Gua laper." potong Kevin cepat.

Lelaki itu melangkah melewati Marcus yang meliriknya diam.


Marcus sendiri ikut berbalik sambil merogoh tasnya. Mencari ponselnya dan setelah dapat, lelaki itu langsung mencari kontak sang istri.

'Ma, Papa mau makan malem sama selingkuhan dulu. Love you!'

Gila emang si Koh Sinyo ini.







Kevin dan Marcus sampai di restoran yang menyajikan Chinese food sebagai menu andalan mereka.

Marcus langsung melahap makanan yang di sajikan sesaat setelah pramuniaga pergi. Sementara Kevin lagi-lagi malah terdiam memakannya sesekali tanpa minat, lalu setelahnya hanya di aduk-aduk asal sambil kembali melamun.

Bahkan sampai Marcus sudah menghabiskan makanannya pun Kevin masih diam. Sendawa keras yang Marcus lakukan juga tidak mendapat respon khusus apapun dari Kevin.

Tidak seperti biasanya.

"Lu kenapa sih Tengil?!" tanya Marcus akhirnya.

Gemas sendiri melihat Kevin seperti anak gadis yang mau di jodohkan orang tuanya. Melamun penuh drama. Ya kalau melamunnya dapat duit. Lah ini? Dapat lalat, iya.

"Ah gua tinggal juga lu Mpin!"

Kevin langsung terkesiap. Lelaki itu reflek menahan tangan Marcus yang bahkan masih duduk santai di tempatnya. "Apasih nyet! Jijik! Homo lu?!" semprot Marcus langsung begitu Kevin memegang tangannya.

"Hii anjing! Elu tuh homo!" balas Kevin sambil menyentak keras tangan Marcus.

"Ya monyet, mana ada gua homo? Homo nggak bisa masukkin bola sampe gol!"

Kevin berdecak. "Nggak nyambung anjir!" katanya sambil meraih gelas minum di depannya. "Reflek itu tadi. Tadi Koh Sinyo kan bilang mau pergi, ya gua tahan. Gua kan belom ngomong apa-apa." lanjutnya.

"Ya makanya ngomong kutil! Di tungguin juga. Mau ngomongin apa sih lu?"

Di tanya langsung begitu, Kevin kembali diam. Dia kebingungan sendiri harus mulai cerita dari mana. Apalagi, ini bukan hal yang biasa di rasakan oleh Kevin.

"Gimana ya Koh..... Hm gini deh, dulu ci Agnes jutek nggak Koh. Atau ci Agnes punya pawang nggak? Pawangnya berapa? Ganas enggak Koh?"

Marcus langsung menaikkan sebelah alisnya tinggi saat mendengar pertanyaan beruntun dari Kevin. Setelahnya, lelaki sipit itu melempar tisu bekasnya ke arah Kevin sambil mengumpat.

"Lu kira bini gua uler, pake pawang?!" ucapnya mengajukan protes. "Langsung aja ke intinya kenapa sih! Nggak usah bawa-bawa pawang?!" lanjut Marcus.

Kevin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Lelaki meringis canggung ke arah Marcus yang menantinya untuk berbicara.

"Lu masih inget Jowinta nggak Koh?" tanya Kevin pada akhirnya. Lelaki itu terus melirik raut muka Marcus, takut-takut lelaki itu akan meledeknya.

Tapi nyatanya Marcus hanya diam saja. Dan Kevin yang baru ingat kalau Marcus hanya tahu akun instagram Jowinta langsung meralat ucapannya.

"Maksud gua, cewek yang waktu itu. Jojosha sembilan enam." ucap Kevin.

Marcus langsung mengangguk setelah terbayang salah satu postingan Jowinta di akunnya. "Ooooh.... Yang body-nya beuuuh itu? Inget gua inget. Kenapa?"

Kevin langsung berdecak. Ini pasti Marcus sedang membayangkan yang iya-iya soal Jowintanya sekarang. Pasti ini. Pasti!

"Jangan di inget yang itunya!" protes Kevin terdengar kesal. "Ini gua kemaren baru nyamperin dia." lanjut Kevin lagi.

Marcus langsung melotot. "Demi apa?! Samperin beneran??? Gua kira lu cuma gertak sambel doang."

"Iya, beneran! Tadinya juga niatnya gitu. Tapi nggak tahu kenapa malah gua samperin dianya. Bahkan gua keliling sekolahan tuh nyariin dia sampe tahu nama lengkapnya." jelas Kevin panjang.

Marcus di depannya kini bahkan sudah mengangakan mulutnya lebar. Tidak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan. Dan pengakuan Kevin yang selanjutnya malah membuatnya lebih menganga lagi.

"Pas di lihat langsung orangnya, GILA! Dia itu cantik, tapi lebih dominan ke imut sih. Tapi cantik, matanya bulet, kulitnya putih, rambutnya sebahu, ponian tipis imut banget. Tapi cantik ya Tuhan. Tapi nggak cantik-cantik banget jug sih.... Tapi dia tuh.... Gimana ya duh! Menarik aja gitu Koh di mata gua. Jadi serasa ingin mengantongi, eh memiliki deng kalau dia mau."

Nah kan!

Gimana bisa Marcus tidak menganga. Pertama kali dalam sejarah pertemanan mereka, Kevin bersikap seperti ini. Mata berbinar, mendeskripsikan dengan detail dan semangat.

Mengingatkannya saat pertama kali bertemu Agnes sang dokter cinta penjaga hatinya sekarang.

"Demen lu? Kalo demen mah pepet aja! Ribet amat kayak anak SMP baru mimpi basah!" celetuk Marcus kemudian.

Membuat Kevin langsung kembali mengalihkan fokus padanya. Tapi dengan bibir mencebik dan muka agak menunduk. Definisi galau ala Kevin Sanjaya Sukamuljo. Marcus tahu itu.

"Masalahnya, pawangnya ada lima Koh. Gua sendirian....." ucapnya pelan.

Marcus langsung mengernyit. "Lah??? Sejak kapan Kevin tengil Sanjaya merasa ter-dzolimi?" kata lelaki itu.

Marcus kemudian membereskan barang-barangnya. Kemudian beranjak berdiri. Merasa kalau obrolan mereka sudah jelas dan ada titik terang. Jadi rasanya, harus di akhiri sekarang.

Dia capek. Mau pulang. Kangen istri.

"Tunjukkan ke-tengil an lu Vin. Kalau nggak bisa semua. Pepet salah satunya. Yang paling penakut." tutup Marcus.

Lelaki itu menepuk pelan pundak Kevin dua kali sebelum akhirnya pergi. Meninggalkan Kevin yang sedang mencerna ucapannya. Sebelum perlahan-lahan senyum si tengil itu merekah lebar.

















chapter berapa sih ini???
makin dekat aja sama yang namanya ending wkwkwk
siap-siap buat kemungkinan terburuk yorobun:"

fanfiction | kevin sanjaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang