Kevin hanya bisa terdiam di tempatnya berdiri sekarang. Dia masih blank dengan apa yang barusaja di alaminya.Jowinta yang tiba-tiba menangis, membentaknya, dan menyuruhnya menghentikan mobil. Jowinta yang lari keluar bahkan sebelum mobilnya berhenti sempurna.
Dan pemandangan Jaya yang terkapar dengan setengah badan berada di aspal dan kepalanya yang berada di trotoar dengan aliran darah dari pelipis dan belakang kepalanya, itu yang paling membuat Kevin membatu sampai beberapa saat.
Sampai akhirnya, sisi kemanusiaannya menyadarkan Kevin untuk segera membawa Jaya ke Rumah Sakit terdekat. Yang untungnya memang benar-benar dekat karena tidak sampai memakan waktu berjam-jam untuk menuju Rumah Sakit itu.
Gila, manusianya pada gimana sih?
Jaya yang keadaannya sudah begitu cuma di kerumuni tanpa ada yang turun tangan. Bahkan saat Kevin bertanya apa sudah ada yang menelpon ambulan, mereka cuma diam. Bahkan ada yang beralasan kalau kecelakaannya belum lama, makanya mereka cuma diam dan tidak berani bertindak.
Halah, klasik!
Jowinta masih menangis, bersama keempat sahabatnya yang duduk masing-masing di kanan dan kiri gadis itu. Mereka saling menguatkan satu sama lain.
Terus mengelus dan menenangkan Jowinta yang terlihat paling kacau. Menghiraukan Kevin yang hanya bisa berdiri menatap mereka dengan pandangan kosong.
Pikirannya melayang mengingat ucapan Jowinta tempo hari. Ternyata mereka benar-benar sedekat ini. Mereka terlihat sangat harmonis untuk ukuran persahabatan tanpa ikatan darah. Mereka semua tulus.
Dan Kevin...... Entah kenapa ada sedikit rasa penyesalan yang mendadak muncul di hatinya.
Saat kemarin mereka renggang, penyebabnya bukan dia kan?
"Ikut gue!"
Kevin sedikit terlonjak. Matanya bergerak mengikuti Bobby yang baru saja berjalan melewatinya. Lelaki itu perlahan melangkah mengikuti Bobby sambil sibuk berpikir kenapa tiba-tiba anak SMA tingkat akhir itu berbisik menyuruhnya untuk ikut.
"Gue minta maaf." Kata Bobby tiba-tiba.
Mereka sudah berada di parkiran Rumah Sakit yang sepi. Dan Kevin kembali mengernyit tambah kebingungan. Kenapa Bobby minta maaf? Padanya?
Perasaan, Bobby tidak pernah berbuat salah apapun padanya.
"Semua gara-gara gue. Gue minta maaf. Mas Kevin bisa pergi setelah ini. Dan tolong jangan pernah muncul lagi."
Hah? Apa?
"Tunggu tunggu! Ini kenapa?! Apa-apaan maksudnya lu nyuruh gua pergi?! Mendadak gini? Lu tuh kenapa?" Tanya Kevin beruntun.
Ini jujur Kevin sudah menangkap apa maksudnya semua ini, tapi..... Duh! Gimana sih? Kenapa bisa jadi gini?
"Kalau gue nggak ngasih tahu nomor Jowinta, alamat Jowinta.... Ah, nggak! Dari emang emang kita yang salah. Jadi, sekali lagi gue minta maaf dan tolong Mas Kevin pergi. Balik ke kehidupan sempurna Mas Kevin sebelumnya."
Bobby sedikit menunduk setelah mengatakannya. Berniat pergi meninggalkan Kevin yang masih blank menatapnya tidak percaya. Tapi sebelum itu, Bobby sudah lebih dulu menangkap perubahan raut Kevin yang membuatnya mengurungkan niat untuk pergi.
"Jadi lu nyalahin gue? Maksud lu, si Jaya kecelakaan begitu karena gua?" Tanya Kevin setelah sebelumnya berdecak keras.
Lelaki itu tertawa remeh menatap Bobby di depannya. "Lu tuh..... Ternyata emang bocah banget ya?" Lanjutnya lagi.
Bobby diam sejenak. Saat seperti ini, bukan saat yang tepat untuk saling menyalahkan menurutnya.
"Gue nggak pernah nyalahin lo ngomong-ngomong." Balas Bobby akhirnya. Santai tapi agak menyulut emosi. Bahkan sekarang mengubah panggilannya untuk Kevin.
"Tapi tolong lo ngerti sedikit, sejak adanya lo di hidup kit--ah enggak, di hidup Jowinta, kita semua jadi berantakan. Gue bukan nyalahin lo, tapi serius. Mungkin kalau lo nggak pernah muncul diantara lingkaran persahabatan kita, kejadian kayak begini nggak bakal terjadi."
Kevin melengos sambil mendengus keras. Tidak menyalahkan katanya? Cih! Dasar bocah.
"Itu namanya lo nyalahin gua. Dan ya lo nggak bisa nyalahin takdir kan? Gimana bisa lo nyalahin gua atas apa yang terjadi ama Jaya? Emang kalau gua nggak muncul di hidup kalian, Jaya nggak bakal kecelakaan? Toh, bukan gua yang ngerusakin motor Jaya biar kecelakaan kan? Alasan lu tuh drama, basi, bocah!"
"Ya gua bocah! Temen gua juga bocah semua! Jadi bisa tolong lo pergi yang jauh aja?! Udah cukup mainnya. Sekarang lo bisa pulang. Jowinta bukan mainan."
"Wah.... Jadi kalian nganggep usaha gua ke Jowinta itu cuma main-main?" Tanya Kevin tidak percaya.
Lelaki itu amat kecewa mendengarnya. Bahkan Bobby yang mulanya dia kira berada di pihaknya, dengan semua bantuan-bantuannya untuk mendekati Jowinta. Sekarang malah berbalik menyerangnya begini?
Bobby menghela nafas, maju selangkah lebih dekat di depan Kevin. Menatapnya serius. "Sekarang gue tanya dah, emang lo serius sama Jowinta?" Tanya Bobby.
"Iyalah!" Kevin menjawab lantang dan yakin. Juga dengan serius menatap Bobby di depannya.
"Kalau gitu, dua malam lalu di heaven pas lo pesta sama para sosialita. Ngapain lo misah sama yang lain, malah minum berduaan sama model cantik, hm?"
Kevin diam. Terlalu terkejut untuk memberikan reaksi apapun. Saat itu..... Ah, Tapi gimana bisa Bobby tahu? Di club itu kan ada batasan umur supaya bisa masuk.
"Nggak usah bingung gitu, apa yang lo lakuin sama model itu selanjutnya aja gue tahu."
Bobby tersenyum miring setelahnya. Kevin yang diam seolah sudah menjawab semuanya. Dan Bobby merasa bangga pada dirinya kali ini. Dia bisa bertindak juga ternyata.
"Jadi, yakinin dulu hati lo. Tapi sebelum itu, gue minta jangan pernah temuin Jowinta lagi. Sampai disini aja, semuanya udah cukup buat kita. Balik ke hidup lo, Jowinta juga bakal balik ke hidupnya sendiri sama kita."
Bobby melangkah mundur. Melunturkan senyum dan menatap Kevin yang masih diam dengan tajam.
"Dan tentunya tanpa lo." Tutupnya sebelum benar-benar melangkah pergi.
halah mboh aku yo mumet eh
ini tak kasih yang seger-seger aja dahaslinya, suami orang tuh..... lebih menggoda ya? wkwkkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
fanfiction | kevin sanjaya [END]
Fanfic"kak, aku mau bikin fanfiction pake nama dan visual kakak. boleh?" "maaf, tapi gua nggak ngerti apa itu fanfiction." a fanfic story by tinkervell from wattpad and beautiful cover by; @A-taesthetics