H-1
"Tumben udah rapi. Mau kemana?"
"Mau main Ma", jawab Jihoon.
"Main jam segini? Masih jam tiga pagi loh"
"Sengaja. Kita mau ngejar waktu"
"Mau pergi kemana sih emangnya?"
"Ke pantai"
"Ngapain?"
"Mau liat sunrise, sekalian main-main juga disana"
"Kenapa ga ke gunung aja?"
"Jauh Ma. Kalo ke gunung pasti pulangnya malem banget. Besok kan Nara harus ke bandara"
"Oh iya, besok Nara ke bandara ya? Mama boleh ikut nganterin ga?"
"Bolehlah. Masa aku ngelarang mama nganterin calon istri aku", kata Jihoon sambil tersenyum malu. Mamanya hanya tertawa melihat tingkah Jihoon.
Tok
Tok
Tok
"Itu kayaknya Woojin deh"
"Ya udah sana bukain dulu"
Jihoon berlari untuk membukakan pintu. Kemudian terlihatlah seorang lelaki menggunakan hoodie abu-abu tengah berdiri sambil menggendong tas hitamnya.
"Sini masuk", kata Jihoon.
Mata Woojin tertuju pada hoodie yang dikenakan Jihoon, "Ngapain sih ngikut-ngikut pake hoodie warna abu-abu segala?"
"Suka-suka gue lah"
"Ganti sana. Berasa couplean anjir"
"Ga ah, males gue ke kamarnya"
"Ck. Ya udah, mau berangkat kapan nih?"
"Tahun depan! Ya sekaranglah"
"Mama lo mana? Gue belum pamitan"
"Mama ada di kamar mandi. Mau nyamperin?"
"Ya kali gue samperin ke kamar mandi. Nanti gue khilaf"
"Goblok. Emak gue itu!", kata Jihoon sambil memukul kepala Woojin.
"TANTE, AKU SAMA JIHOON BERANGKAT DULU YA", teriak Woojin.
"IYA, HATI-HATI"
🐻🐻🐻
Tin
"Nar, Woojin sama Jihoon udah dateng tuh"
"Iya. Gue pamit ya bang"
"Ga pamit sama papa mama?"
"Pamit sama lo aja deh. Ga enak ngebangunin mereka jam segini"
"Oke, take care ya", kata Daniel sambil memeluk dan mencium pipi adiknya itu.
Dua jinjingan ditangan kanan, satu jinjingan ditangan kiri, dan sebuah tas berwarna pink dibelakang punggungnya. Ribet? Ya, memang. Seperti itulah perempuan.
"Mau pindahan kemana bu?", canda Woojin.
"Lo sendirian aja Hoon? Woojin mana?"
"WOY!"
"Sumpah gue merinding, kayak ada yang ngomong"
"Sialan lo", kata Woojin sambil mencubit hidung Nara.
"Aw. Eh? Woojin? Sejak kapan lo disini?"
"Sejak gue masih jadi zigot juga udah ada disini"
"Lawak lo"
"Cepetan naik, nanti keburu siang"
Selama diperjalanan, Nara dan Jihoon tertidur pulas. Dengan leluasanya gadis itu tidur terlentang di kursi bagian tengah.
Waktu terus berjalan. 30 menit, 45 menit, 60 menit sudah terlewati. Dari samping kanan dan kiri, sudah terlihat ombak kecil yang menyapa bibir pantai. Pantulan sinar dari bulan dan bintang pun terlihat jelas.
Tepat pukul 04.40 mereka sampai. Woojin memarkiran mobilnya di tempat parkir yang dekat dengan pantai.
"Bangun! Molor mulu lo berdua"
"Ngh", Jihoon mengerang.
"Melekin mata lo! Udah sampe ini"
"Udah sampe? Cepet amat?", tanya Jihoon.
"Lagian lo tidur pules banget"
"Hehehe"
"Tidur apa latihan mati?"
"Sat"
"Nar, bangun Nar", kata Woojin.
"Udah sampe?", tanya Nara sambil meregangkan tubuhnya.
"Udah. Yuk turun", kata Jihoon.
Mereka bertiga turun dari mobil sambil membawa barang bawaannya masing-masing.
"Hoon, bawain jinjingan gue dong"
"Sini", kata Jihoon yang kemudian mengambil alih dua jinjingan yang berisi makanan ringan itu dari tangan Nara.
"Mau dimana?"
"Cari tempat yang... eh itu tuh ada gazebo deket pohon"
"Kuy disana aja. Kebetulan gue bawa hammock", kata Woojin kegirangan.
Mereka bertiga membagi tugas. Woojin bertugas untuk memasang hammock dan menata makanan yang dibawanya dari café. Nara bertugas untuk menata makanan ringan yang dibawanya. Jihoon bertugas untuk menata barang bawaan mereka bertiga.
Hanya membutuhkan waktu 15 menit, mereka sudah menyelesaikan tugasnya masing-masing.
"Mau ganti baju kapan?"
"Nanti aja kalau udah liat sunrise. Lagian ganti baju pagi-pagi gini dingin kali", kata Nara pada Woojin.
"B aja dong ngomongnya"
"Duduk sini Nar", titah Jihoon sambil menepuk-nepuk pasir disebelahnya.
"Gue diatas ya", kata Woojin sambil merebahkan dirinya diatas hammock.
"Hoon", panggil Nara.
"Hm?"
"Kok gue ngerasa deg-degan ya akhir-akhir ini?"
"Deg-degan kenapa?"
"Ga tau. Tiap kali gue deg-degan, gue selalu ngerasa bakalan ada hal buruk yang datang"
"Cuma firasat lo doang. Jangan diambil pusing"
"Tapi gue jadi khawatir"
"Bawa enjoy aja"
"Bener kata Jihoon, jangan diambil pusing. Bisa jadi firasat lo salah"
"Tapi ini beda Jin"
"Tenangin pikiran lo Nar. Ga usah mikirin yang ngga-ngga. Santai", kata Woojin.
"I- iya"
"Lo juga jangan tersugesti sama firasat lo"
"Iya Hoon"
Baru aja ngomongin ini, deg-degan lagi kan. Sebenernya ada apa? Kenapa sekarang malah ngerasa pengen nangis juga? :'' -Nara
🐻🐻🐻
Sorry telat apdet:(
Btw, 87 hari lagi loh Wannables:')
Siapin hati, siapin jantung:')
KAMU SEDANG MEMBACA
Lo siento | Park Jihoon✔
Fanfiction[Completed] "Wah jangan-jangan..." -Nara "Kita jodoh" -Jihoon & Nara "Kalo gitu, yuk lah" -Jihoon "Yuk kemana?" -Nara "Yuk kita nikah" -Jihoon "Ah sa ae lo gagang pintu" -Nara ⚠ Non-baku ⚠ Harsh words ©️mrchamsae, (2018)