33 (END)

2.6K 193 142
                                    

Lanjutan chapter sebelumnya

Pria itu kembali sambil membawa kayu ditangannya. Kemudian, ia maju mendekati Jihoon.

"JIHOON AWAS!", teriak Krystal.

Bugh

Kayu itu menghantam leher bagian belakang. Gelap. Semuanya gelap. Jihoon terjatuh. Kedua pria itu kabur sambil memperlihatkan senyum puasnya.

"JIHOON!!!!!", teriak mamanya.

"Bawa ke rumah sakit, bawa ke rumah sakit!", titah Kai.

Layaknya arena balap, dua mobil melaju dengan cepat di jalanan yang terbilang cukup sepi.

Setibanya di rumah sakit, Jihoon langsung dibawa ke IGD oleh petugas rumah sakit. Woojin dan Daniel yang juga memiliki luka lebam dan luka gores pun ikut diobati.

"Jihoon", tangis mamanya sambil memeluk Krystal.

Beberapa menit kemudian, dokter keluar dari ruangan.

"Gimana dok?"

"Apa dia baru saja dipukul oleh seseorang?"

"Iya, iya dok. Tadi ada yang memukulnya menggunakan kayu"

Dokter menghela napas, "Pasien mengalami cedera yang cukup parah pada lehernya. Saat ini, pasien koma. Berdoalah pada Tuhan, semoga ia masih bisa selamat"

"Memangnya separah itu dok?"

"Biar saya jelaskan. Jika seseorang mengalami benturan yang cukup keras pada lehernya sehingga menimbulkan cedera leher, maka akan berakibat fatal. Umumnya, cedera leher bisa mengakibatkan kematian pada seseorang"

Mama Jihoon terduduk di lantai. Lemas. Ia menangis.

"Kalau begitu, saya perimisi", pamit dokter.

"Jihoon jangan tinggalin mama. Cuma kamu satu-satunya sumber kebahagiaan mama. Mama cuma punya kamu. Mama ga mau ditinggal sama orang yang mama sayang untuk kedua kalinya"

"Yang sabar ya. Kita harus banyak berdoa", Krystal memeluknya.

Satu hari kemudian. Pihak rumah sakit mengabari bahwa Jihoon telah sadar dari koma. Kemudian, dengan terburu-buru, Woojin, mamanya Jihoon, Daniel, Kai, dan Krystal pergi ke rumah sakit.

Ruang 101, ruangan tempat Jihoon berada.

Seorang lelaki tengah menatap langit-langit ruangan dengan tatapan kosong. Wajah dan bibirnya terlihat sangat pucat.

"Nara", itulah kata yang pertama kali ia ucapkan.

"Nara?", tanya Woojin.

"Jangan kasih tau Nara"

"Kenapa?"

"Gue ga mau dia sedih"

"Tapi ini hal penting buat Nara. Dia harus tau"

"Please, jangan"

Woojin menatap satu persatu orang yang ada di dalam ruangan.

"Tapi Nara pasti bakalan tau"

"Untuk sementara ini aja. Gue ga mau kerjaannya sampe keganggu"

Hening

Jihoon menelan salivanya, "Satu lagi..."

Lo siento | Park Jihoon✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang