Chapter 13

3.7K 451 20
                                    

Happy Reading

.

.

.

Seungcheol kembali bekerja dengan meninggalkan Jeonghan yang masih tidak mau ditemani olehnya. Ia terpaksa meninggalkannya jika bukan karena absen di Klinik tempatnya bekerja. Meski berat hati, tapi---ia bersyukur karena hari ini Jisoo mendapat jadwal libur dan bersedia untuk menjaga istrinya yang belum sepenuhnya pulih. Luka dikepalanya memang perlahan mengering, tetapi---tidak dengan hatinya. Ya hatinya bisa dikatakan labil dan tidak bisa menahan emosinya. Itulah kenapa Seungcheol sangat khawatir dengannya dan berharap ada seseorang yang selalu menemaninya.

Jeonghan dan Jisoo berada dibalkon kamar Jeonghan. Mereka saling diam tak bersuara cukup lama. Seolah ini adalah pertemuan pertama mereka dengan dilingkupi suasana canggung. Tidak ada yang berani mengeluarkan suaranya terlebih dahulu. Apalagi Jeonghan sejak tadi menatap kearah lain, seolah Jisoo tak ada dipenglihatannya. Ini salah, tapi---hatinya bergemuruh dengan emosi yang beberapa hari ini ditahannya. Kejadian yang menimpanya beberapa hari yang lalu sukses memnbuat janggal dan penuh tanda tanda. Dimana sang pelaku bukanlah Wonwoo yang dikenalnya. Wonwoo dikendalikan oleh sesuatu yang tak terlihat. Mungkinkah karena sihir ?

Tidak.
Jeonghan tidak bisa menyebutnya dengan sihir. Lalu apa ? Sungguh itu bukanlah Wonwoo yang sebenarnya. Wonwoo memang dikendalikan oleh kalungnya yang menyakiti dirinya juga. Sebelumnya kalung yang selalu dipakai Wonwoo tidak pernah sampai menyakitinya, tetapi---malam itu ia melihatnya dengan kedua matanya sendiri bahwa Wonwoo menahan sakit pada lehernya dan seolah tidak mengenalinya. Setelahnya Jeonghan menduga bahwa apa yang terjadi pada Wonwoo karena---sahabatnya. Ya. Sahabatnya entah dengan maksud apa ia melakukan hal yang menyakitkan kepada adik iparnya.

Jeonghan begitu muak dengan segala pikirannya yang terus tertuju kepada satu sosok yang teramat dekat dengannya. Siapa lagi jika bukan Jisoo, seseorang yang selalu ada untuknya sejak sekolah dulu. Ia mencoba untuk tidak menuduh Jisoo, tapi---entah kenapa selalu saja sama. Bahkan ia mencoba melupakannya tetap saja tidak berhasil. Hanya nama Jisoo yang selalu hadir dalam benaknya. Juga orang yang dicurigai olehnya.

Hatinya sudah bulat. Siang ini ia akan menanyakan hal ini kepadanya. Tidak peduli jika persahabatannya retak hanya karena rasa curiga kepada sosok disampingnya. Hanya satu yang Jeonghan harapkan, bahwa---dugaannya salah. Jeonghan menatap Jisoo yang juga tengah menatapnya. Mereka memang tengah berdiri dengan kedua tangan yang berpegangan pada pagar balkon, "Kenapa kau melakukan semua ini pada adik iparku, Jisoo-ya." ini bukanlah yang selalu Jeonghan lakukan. Bertanya dengan to the point bukanlah gayanya.

Jisoo menautkan kedua alisnya tidak mengerti dengan yang dibicarakan oleh pria disampingnya. Apa maksudnya Jeonghan berkata seperti itu ? Apakah Jeonghan tahu dengan rencananya ? Tidak. Ia harus mencoba membuat alasan untuk membuat Jeonghan tidak mencurigainya. Lagipula---rencananya baru saja berjalan dan masih jauh dari kata sekses, "Aku tidak mengerti dengan perkataanmu itu, Jeonghan-ah. Apa maksudnya ?" balasnya dengan senyuman tipisnya.

Senyuman itu adalah senyuman yang tidak ingin Jeonghan lihat. Sekaligus dibencinya. Senyuman penuh kebohongan milik Jisoo, "Jangan pura-pura bodoh. Aku tahu yang kau lakukan pada kalung milik Wonwoo. Kau pergi ke orang pintar untuk membuat Wonwoo tersiksa, bukan begitu ? Aku tidak menyangka bahwa kau sekejam ini, Hong Jisoo." ujar Jeonghan dengan segala unek-unek dalam hati dan pikirannya. Sekarang ia tak bisa bersabar dan untuk pertama kalinya menatap sang sahabat dengan tatapan tajam.

Are You Human? [SVT / END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang