Chapter 12

3.6K 480 23
                                    

Happy Reading

.

.

.

Wonwoo terdiam cukup lama dikamar mandi kecilnya dengan memeluk kedua lututnya erat. Sakit pada lehernya berangsur hilang setelah ia benar-benar melawan siksaan itu seorang diri. Berhasil. Ya ia berhasil mengatasinya sendiri tanpa bantuan orang lain, walaupun---sejak tadi Mingyu terus memanggil namanya. Tentu saja pria jangkung itu terus memanggilnya, karena---sejak tadi ia tidak sekalipun membalas panggilan darinya. Ia takut dan belum siap jika Mingyu mengetahuinya secepat ini. Dengan perkenalannya yang baru beberapa hari ini ia sadar diri, tidak seharusnya Mingyu tahu dengan cepat.

Jauh dilubuk hatinya saat rasa sakit itu menyerang lehernya dan membuat suaranya tercekat bagai seseorang yang bisu, tadi ia bisa saja berlari menemui Mingyu. Tapi---tentu saja mungkin sekarang ia sudah kembali berjalan tanpa arah dijalanan sana. Ya. Besar kemungkinan Mingyu akan mengusirnya seperti kakak beberapa hari yang lalu, hingga---masih tak bisa terlupakan dibenaknya. Ia monster tentu saja semua orang akan ketakutan dan beruntung jika mengusirnya, mungkin jika ia sampai dibunuh entahlah itu adalah hal yang paling menakutkan dalam hidupnya.

Wonwoo dengan peluh yang membasahi wajah pucatnya bangkit dari posisinya dan langsung membasuh wajahnya dengan air di wastafel kamar mandi kecilnya. Tidak bisa berbohong jika sekarang tubuhnya kembali lemas dan ia begitu membenci wajah pucatnya didepan cermin berukuran sedang itu. Ia tidak boleh menangis. Jika sampai dirinya menangis, sudah jelas Seoul akan diguyur oleh hujan seberapa deras air matanya mengalir.

Setelah menenangkan diri dan kembali tenang, Wonwoo memutuskan untuk segera menemui Mingyu yang sudah jelas sejak tadi menunggunya. Lagipula ia merasa tidak enak dengan pria jangkung bermarga Kim itu. Sudah ia ikut tinggal di apartementnya dan bahkan Mingyu repot-repot memberikan perhatian padanya. Memang terlalu berlebihan, tapi---ini cukup membuatnya senang. Dimana ada Mingyu, ia menjadi seseorang yang lebih bersemangat menjalani hidupnya dan juga melupakan masalah yang menimpanya.

Karena kehadiran Mingyu juga ia bisa menghargai hidupnya sendiri.

Wonwoo menarik salah satu kursi dimeja makan dan mendudukannya dengan keadaan kepala yang terus menunduk. Tidak berani menatap Mingyu dan menyapanya. Terlalu malu untuk melakukannya karena---ia telah membuat Mingyu menunggu. Ya. Menunggu yang paling membuat orang tak menyukainya. Namun---sadarkah Wonwoo bahwa yang dilakukannya itu membuat Mingyu menatapnya tajam dan seolah tengah mencari tahu yang disembunyikan pria manis didepannya ini.

Mingyu dengan cepat bangkit dari duduknya dan tanpa ragu meraih dagu Wonwoo. Membuat Wonwoo langsung menatapnya apalagi kedua manik itu saling bertatapan, "Wajahmu sangat pucat. Apa terjadi sesuatu ? Tubuhmu sakit lagi ?" dan Wonwoo melihat kembali kekhawatiran yang terpancar di wajah tampan Mingyu. Wonwoo ingin mengatakan tidak, tapi---wajah pucatnya tidak bisa berbohong.

Sadar Wonwoo tak menjawabnya. Mingyu melepaskan tangannya pada dagu Wonwoo dan kembali duduk dikursinya dengan mata setajam elang itu terus menatap sang lawan bicara yang tak juga bersuara. Ia khawatir dan bahkan sangat khawatir. Tadi sebelum Wonwoo masuk kedalam kamarnya, pria manis itu masih berwajah segar meskipun masih sedikit pucat. Tetapi---kenapa setelah keluar dari kamar itu sangat berbeda seolah ada sesuatu yang menakutkan menimpanya.

"Aku tak apa, Mingyu-ya." Wonwoo bersyukur karena suaranya tak hilang akibat sakit dilehernya tadi.

Mingyu mengangguk paham. Mungkin benar jika Wonwoo tidak apa-apa, lagipula wajahnya yang semakin pucat akibat kelelahan tadi membereskan beberapa barang-barang dikamarnya. Ia kesal kenapa tadi Wonwoo harus menolaknya, mungkin sekarang ini wajah manisnya itu tidak akan pucat seperti sekarang ini. Bodoh. Dan entah kenapa Mingyu ingin sekali merutuki kebodohan pria manis bermarga Choi itu.

Are You Human? [SVT / END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang