Satu : Owner?

31.6K 675 17
                                    

Aku seorang gadis biasa. Kuliah di kampus swasta karena gagal seleksi masuk, yang sialnya kini aku terjebak dalam jurusan yang sama sekali tidak kuminati. Seni musik. Darn it. I mean, kenapa saat itu aku asal ikut dan asal kuliah saja? Kenapa juga saat itu aku menyetujui Fiska-mantan sahabatku-untuk ikutan memilih jurusan seni musik. Sekarang setelah dia jadi musuh karena om-om yang selama ini membiayai semua pakaiannya lebih memilih jalan-jalan denganku, situasinya jadi rumit, 'kan?

Sahabat itu memang taik kucing. Musuh utamanya adalah cinta seorang pria. Perhatian juga bisa, tapi kebanyakan putus karena ya itu tadi, cinta.

Gini ya, aku memang bukan wanita paling serba tahu di dunia ini namun yang jelas aku tahu bahwa cinta itu hanya sekumpulan taik munding. Cinta hanya manifestasi harapan manusia yang pada akhirnya dikecewakan juga. Entah oleh pihak ketiga atau oleh diri kita sendiri.

Syukurlah. Karena pemahaman itu, aku ditemukan dengan sahabat baru yang sama-sama merutuk cinta sampai ke akar-akarnya. Kenta. Dia adalah orang yang anti banget sama yang namanya anak SMA di mana sarangnya kalimat najis semacam, 'Mamih udah makan? Uhhh mamih imut banget sih, sini aku peyuk.'

Kerjaan Kenta setiap hari selain membicarakan film aksi tentang psikopat ya membicarakan pasangan di kampus. Seperti sekarang.

"Idih, lo lihat tuh lonte sok cantik banget jalan sama gadun barunya? Gue yakin deh, kalau itu cowok udah kere, kata luv luv yang dia ucapkan di instagram kemarin malam bullshit! Terus gue yakin besoknya dia cari gadun yang lebih tajir," ucap Kenta setengah berbisik.

"Ken," kataku seraya memutar bola mata sebal, "kita sedang membicarakan film psikopat, lagi seru-serunya nih, lo jangan asal main mengalihkan pembicaraan dong!"

Dia mendengus. "Gue kesel aja, Ta. Baru aja dua hari putus sama ketua BEM kampus kita, eh malah udah punya duit berjalan baru. Gue lebih senang cewek semacam lo yang jujur menjual harga diri lo demi ...," ucapnya menggantung. "Demi apa, Ta? Gue gak tahu alasan orang tua lo menjadikan lo kupukupu malam." Aku tergelak. Kukira yang keluar dari mulutnya hanya kata-kata kasar saja.

"Alasan? Gue gak pernah memikirkannya. Pernah dulu, cuma alasannya terkubur gitu aja seiring berjalannya waktu." Ya, aku pernah ada di posisi mempertanyakan kenapa hidupku seperti ini. Aku kabur dari rumah, tidak pulang berhari-hari, namun nahas wanita itu selalu saja mampu menarikku kembali ke dalam rumahnya lalu menjadikanku munci. "Hidup gue sedari awal udah kacau, Ken. Gue udah males memikirkan hal kayak gituan," sahutku lesu.

Kenta menatapku lekat seakan mengerti diriku terlebih hati dan pola hidup seorang wanita bernama Tata. Iris mata gelapnya sejenak membuatku takut, namun aku tahu Kenta adalah orang baik dan jujur yang pernah kutemui selama ini.

Setelah ada jeda waktu cukup lama, Kenta berujar lagi, "Lo rebut lagi aja, Ta. Biar seisi kampus dapat tontonan publik gratis seperti sinetron TV Indonesia." Mulutku mencebik kesal. Jalang yang tadi diumpat Kenta adalah Fiska. Dia memang terlihat sedang jalan dengan seorang laki-laki berjas, necis dan terlihat hedon.

"Hidup gue emang penuh drama, Ken. Saking penuhnya, gue males ah berhubungan sama masalah. Lagian ya, gue takut kejadiannya kayak kemarin-kemarin."

"Kemarin?" Ah ya, Kenta belum mengetahuinya.

"Gue iseng menggoda gebetan si Fiska eh gebetannya malah beneran suka sama gue. Akhir cerita, meski gue udah bilang gue cuma iseng, gebetannya malah jadi fanatik sama gue. Serem, 'kan? Hidup itu udah keras. Kalau kita cari-cari masalah kapan kita bahagianya." Sesaat setelah aku mengucapkan kalimat itu, Fiska jalan di depanku sambil menatapku murka. Kalau aku pura-pura takut dia bakal seneng gak ya? Hmmm aneh. Setelah kulakukan, bukannya seneng, Fiska menggeram marah sambil mendelik angkuh.

Aksara DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang