Dua Puluh

5.7K 427 39
                                    

"Kita percepat acara BBQ-nya soalnya nanti malem kita bakal nonton film hantu," ucap Dewa. Kali ini aku malas memanggilnya Aksa karena sejatinya dia adalah Dewa paranya pria menyebalkan.

"Betul juga. Oke, yuk beib kita ke sana sekarang," sahut bang Reza.

Dewa cuek sambil bersedekap angkuh. Hanya orang kaya dan punya segalanya yang bisa bersikap seperti itu. Namun sayangnya, meski aku bukan orang kayak, aku ikutan bersedekap angkuh; menatap dia sebentar kemudian mengibaskan rambutku sambil melengos pergi.

Gagan dan Rendi ternyata sudah sibuk menyalakan arang di halaman belakang villa ini. Mereka so excited padahal ini hanya acara BBQ di mana ada pria yang tidak diundang atas kehadirannya.

"Ken lo lagi ngapain?" tanyaku saat melihat Kenta dengan lincahnya baik pohon.

"Ngambil jambu air, kayaknya enak tuh."

Dewa tiba-tiba ada di sampingku. "Ken, ambilkan untuk saya satu," katanya. Demi Tuhan, dia mengatakan kalimat itu sesederhana mungkin, sebiasa mungkin, tapi entah kenapa terdengar seperti ultimatum tak terbantahkan?

"Oke, Om."

"Stop panggil saya—"

"Baru tahu kalo ternyata Om-om zaman sekarang suka jambu," potongku sinis. Sial, Dewa mengabaikanku. Dan, itu lebih buruk daripada dia membalasku dengan sahutan sinis.

Kenta melempar jambu pada Dewa yang langsung dia tangkap menggunakan tangan besarnya. "Thanks, Ken."

"Siap!"

Dewa kini berdiri sambil menghadapku. Ketika mataku tak sengaja menatap matanya, Dewa langsung menghabiskan jambu itu seperti marmut yang kelaparan memakan makanannya. Kupikir tujuannya untuk membuatku merasa tertarik untuk mencobanya. Well, it's happend to me! Pasalnya mulut Dewa yang sedikit kemerahan itu jadi lebih mengkilap dan menggemaskan. Kontras dengan wajah jantan yang kadang sedikit menakutkan kalo dia sedang menatapku tanpa ekspresi.

"Ken, gue juga ma—"

"Gak bisa!" tukas Dewa sambil tersenyum miring.

"Hah!?"

"Ingat, kamu kalah permainan. Sesuai peraturan, kamu hanya boleh makan jagung sama sosis satu." Geramanku langsung terdengar buas. Dia pasti sengaja. For what? Membuatku kesal? Seharusnya aku sudah tahu. Jika aku kesal, maka dia akan bahagia karena mungkin itulah cara dia mencari hiburan. Itu artinya, aku hanya perlu menarik napas dalam kemudian mengabaikan Dewa dan segala tingkah membingungkannya. Ya, aku bingung kenapa dia mau repot-repot melakukan itu padaku. Kenapa nggak Kenta saja? Lupakan. Langkah pertamanya adalah abaikan Dewa lalu berjalan ke arah Rendi untuk membantunya menyalakan arang.

"Ada yang perlu gue bantu?" tanyaku.

"Lo bantu gue kipas—"

"Oh kalo itu gue sudah bawa kipas angin," sergah Reza sambil berlari untuk mengambil kipas angin yang dia maksud.

"Hmmm gue diamanati Dewa supaya jangan lo yang bakar sosis atau jagungnya," ucap Rendi yang hampir saja membuatku mengumpat. Sabar, Ta.

"Kenapa?"

"Gak tahu tuh. Mungkin karena dia takut lo ngambil sosisnya secara sembunyi-sembunyi kali."

Emang bener. Aku akan mengambil sosis itu secara sembunyi-sembunyi kemudian memakannya di rooftop gudang yang entah apa isinya aku gak tahu. "Duh kalo segitu mana cukup buat perut gue," bisikku pelan. "Ren, bagi punya lo ya, lo kan ba—"

"Kagak!" sahutnya cepat. "Nanti gue juga harus urban legend sama lo, mana rumah itu keliatam serem lagi. Sorry ya, Ta. Gue bukan bermaksud gak setia kawan atau gak punya rasa solidaritas, tapi dulu gue sering kesurupan."

Kesurupan ndas-mu!

Pada akhirnya, aku cuma bisa duduk termanggu memperhatikan mereka yang sedang asik bercanda tertawa sambil bakar sosis. Dewa ikut gabung sama mereka. Rasanya agak gimana gitu. Dewa yang terkesan dingin, adonis, sok berkuasa itu kini mampu tertawa melihat aksi lucu Rendi yang bodoh itu. Saat dia tertawa, perangainya jauh lebih tampan dari yang pernah kubayangkan. Senyumku beroncet-roncet mengembang. Kenapa dia harus terlihat menyeramkan padahal dia punya tawa indah yang memesona itu?

"HEH!"

"Kyaaaaaa!" jeritku. "Kenta! Kaget tahu!"

"Ngapain lo senyum-senyum sendiri sambil ngeliatin Dewa?"

"Gue—"

"Om Dewa! Om Dewa ini si Tata mulutnya senyum-senyum sendiri sambil liat—hmmmmmmmppp!" Kubekap mulutnya seraya kucubit pinggangnya kencang.

"Ada apa, Ken?" tanya Dewa. Kepalanya memutar ke samping sembari mengernyitkan alis tebalnya.

"Om Dewa—hmmmppp! Ta lo apa-apaan sih sakit ta—hmmmp!"

Kudekatkan mulutku ke telinga Kenta sambil berbisik, "Bukan gue, tapi lo yang apa-apaan, hah!"

Sorry, janjinya kemarin bakal up panjang ya?

Sayangnya sabtu kemarin saya ada panggilan pekerjaan dan kesibukannya nambah lagi entah sampai kapan.

So, kayaknya bakal balik lagi ke semula. Update cepet tapi pendek. Sorry.

Atau up panjang tapi seminggu sekali?

Btw masih ada yang baca gak yah?

Hayo tebak. Si Tata bakal kena hukuman tambahan gak? Kalo iya, sama siapa dia akan masuk ke rumah angkernya 😋😋

 Si Tata bakal kena hukuman tambahan gak? Kalo iya, sama siapa dia akan masuk ke rumah angkernya 😋😋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Soal cast pikirin cowok sesuai kriteria kalian masing-masing aja :p

Aksara DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang