Tujuh Belas

6.5K 443 29
                                    

Kami semua, termasuk Aksara Dewa ada di samping kolam. Lagi-lagi, Aksara menjadi medan magnet sementara mataku jadi besinya. Apalagi dalam hal ini tubuh sempurnanya terpampang nyata. Tubuh dengan polesan otot yang nggak terlalu berlebih namun tetap enak dipandang mata.

"Dia emang di atas rata-rata, Ta. Gue yakin jika Fiska ketemu Dewa, dia bakal berhenti cari cowok dan bakal fokus ngejar Dewa meski dia sudah berkeluarga." Kalimat Kenta entah kenapa membuat kupingku sakit. Memang benar, jika hanya dengan sosok Bang Reza Fiska bisa segila itu, apalagi jika dia ketemu Aksara Dewa? Udah pasti dia akan jadi cewek autis yang nggak tahan sama tekanan cinta. Namun anehnya, kenapa ada perasaan kesal dan marah ya jika aku memikirkannya?

"Temen-temen," ucap Bang Reza sambil tepuk tanga satu kali. "karena waktunya keburu sore, sistem permainannya pake sistem gugur aja dan satu kali putaran. Sorry haha gara-gara kira cari arang dan si Rendi yang kelimpungan cari bebek-bebekan acaranya jadi ngaret."

Gagan, Fikar dan beberapa temanku yang lain menyoraki Rendi. "Gara-gara elo nih, Ren!"

"Lho kok nyalahin gue!? Awas ya kalo lo pada minjem bebek mainan gue!"

"Eh nggak boleh gitu dong, gue cuma bercanda kok. Gue udah nyiapin kameranya masa batal?"

Ampun deh sama tingkah mereja. "Siapa yang pertama?"

"Langsung aja ya biar cepet. Yang pertama main Om Dewa melawan ... gue! Hahaha. Ayo, Om."

Kami semua tepuk tangan. Ya ampun, kok aku deg-degan ya. Ada kemungkinan meskipun Aksa kalah melawan Bang Reza, nanti bakal ditandingkan lagi untuk menentukan posisi paling akhir.

Mereka berdua loncat ke dalam kolam kemudian naik lagi ke permukaan kayu panjang yang ada di tengah. Rendi ikut loncat memberikan guling yang akan mereka gunakan untuk menjatuhkan lawan. Sebelum memulai, Aksara menatapku sebentar lalu lagi-lagi menyeringai entah apa maksudnya.

"Siap?"

"1 ... 2 ... 3 ... mulai!"

Tangan Bang Reza sibuk mengayun guling di tangannya sementara kedua kakinya sibuk mengapit kayu panjang di bawahnya supaya tidak terjatuh. 5 detik kemudian Aksara terjatuh ke kolam. Aku menggeram marah karena jelas sekali dia sengaja kalah! Apa alasannya? Ayo, Ta, pikirin apa alasannya? Sayang sekali aku selalu nggak mampu menebak apa yang pria itu pikirkan.

Kuhampiri Bang Reza. "Siapa yang membuat jadwal pertandingannya?"

"Om Dewa. Kenapa?"

Perasaanku semakin nggak enak. "Terus gue bakal lawan siapa?"

"Habis ini lo main sama Fikar."

Gila!

Aku harus melawan gorila jadi-jadian itu? Udah pasti aku bakalan langsung KO. Dan, itu emang kejadian. Belum ada dua detik peluit dibunyikan, aku merasa pipiku panas lalu aku pun terpelenting ka samping hingga tanpa aku sadari aku sudah kalah.

Intinya, yang kalah akan ditandingkan kembali biar nanti ketahuan siapa posisi terakhir. Setelah semuanya main, total orang yang kalah ada 4 orang. Aku, Aksara, Dewi dan Kenta.

"Sekarang siapa yang main?"

"Lo," tunjuk Bang Reza padaku. "sama Kenta."

Sial, kenapa nggak lawan Dewi aja sih? Dia kan ceking, kalo lawan dia aku yakin bisa menang. Kenta itu atlet bulu tangkis, tenaganya jauh kalo dibandingkan denganku, tapi demi kemenangan aku harus mengerahkan semua yang aku punya.

"Ayo semangat, Ken!" seru Fikar.

"Ta kalahin si Kenta! Jangan kalah sama cewek tomboy kayak dia!"

Kenta tersenyum. "Asal lo tahu, Ta. Meski lo sahabat gue, gue nggak akan ngalah meski lo minta dan mohon sama gue."

"Tenang aja, gue nggak akan kalah."

Bang Reza melempar guling yang langsung aku tangkap. "Kalian siap?"

"SIAP!!!" teriak kami berdua secara bersamaan.

"1 ... 2 ... 3 ... priiiit!"

Kuambil ancang-ancang selebar mungkin kemudian kuarahkan dengan sekuat tenaga guling yang aku pegang ke arah Kenta. Dia melakukan hal yang sama denganku. Guling kami saling berbenturan yang sialnya karena tenaga Kenta jauh lebih besar dari punyaku, tubuhku jadi nggak seimbang sehingga hampir saja aku terjatuh andai saja kakiku nggak mengapit kayu dengan kuat.

Meskipun begitu tubuhku oleh ke samping. Agar tidak terjatuh, terpaksa aku melepas guling di tanganku lalu memegang batang kayu ini menggunakan tangan kosong. "Yah, ayo berdiri lagi, Ta! Lo pasti bisa! Go Tata go Tata go!"

Dengan susah payah aku mencoba bangkit supaya posisiku kembali duduk. Berhasil! Namun belum juga aku mengambil guling yang ada di sampingku, aku merasa rahangku dihantam sesuatu yang keras lalu aku pun terpelanting lagi ke samping.

"Hore, gue menang, Ta!"

Aku kalah lagi?

"Hahaha selarang Om Dewa lawan Dewi! Gila gila gila, antara Dewa dan Dewi siapa yang bakal menang ya? Yuk kalian langsung aja diam di posisi, keburu malem soalnya."

Aku masih ada di kolam renang sambil bersedekap kesal. Beruntung sekali lawan Aksara adalah Dewi. Nggak mungkin dia bakal kalah. Itu artinya di pertandingan terakhir aku akan melawan Dewi. Masih ada kesempatanku supaya tidak dihukum nonton paling depan pas nanti nonton film hantu dan hanya dapat jatah makan malam sosis dan jagung saja.

" ... mulai!"

Dewi mukul Aksara pelan dan ... tuing, Aksara terpental.

"HEI!!!" raungku gak terima. "Dasar Om-om licik! Kamu pasti sengaja, 'kan!?" Sekarang aku tahu alasan kenapa Aksara Dewa terus-terusan kalah. Itu karena dia ingin melawanku di pertandingan terakhir sehingga aku nggak punya kesempatan buat menang sehingga hukuman bakal dijatuhkan padaku.

"Kita masuk ke pertandingan terakhir," kata Bang Reza cuek seakan nggak masalah dengan kekalahan nggak wajar Aksara. "Karena kalian nggak pernah menang sekalipun, ini akan jadi babak penentuan. Yo Om Aksa sama Tata siap-siap di posisi!"

Kini kami berdua saling berhadapan. "Dasar Om-om culas!" desisku tajam. "Liat saja, Om, gue nggak mungkin kalah dari lo," lirihku pelan namun masih bisa terdengar olehnya.

Sejujurnya aku ingin mendengar dia menyahut ucapanku namun yang dia lakukan hanya menyeringai kemudian menaikkan alisnya dua kali sambil berujar, "Bersiaplah."

Oh my ... gosh.

Aku harus tenang. Sejak aku ketemu Aksara, aku jadi gampang panik dan bicara sendiri di dalam hati. Ke mana Tata yang selama ini bersikap kalem dalam menghadapi semua masalah? Ke mana Tata yang selama ini gak peduli sama apa yang dilakukan orang lain? Cukup perhatikan diri sendiri aja, jangan peduliin hidup orang, apalagi sampai mencampurinya.

Lalu pada akhirnya ... dengan ketenangan aku bisa memenangkan pertandingan ini.

" ... mulai!" teriak Bang Reza sambil membunyikan peluit.

Meskipun begitu tetap saja, aku panik saat Aksara mengayunkan gulingnya dengan seringai menakutkan seakan dia hendak membunuhku.

"Kyaaaaaa!" jeritku membelah angkasa raya.

Vote :)

Aksara DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang