Empat : Bima & Masalah

11.8K 456 21
                                    

Kuukir sejarah baru.

Apa itu?

Ibu memarahiku habis-habisan karena lukaku.

Alasannya?

Jelas, 'kan?

"Dasar tidak berguna! Kalau begini caranya gimana ada orang yang ngewa kamu, hah? Ditebelin pake make up juga bakal tetep keliatan, Tata! Kamu habis ngapain sih sampai bonyok kayak gini!? Mulai besok kamu gak usah ke kampus! Fokus saja penyembuhan luka kamu, awas saja kalau pergi! Sini mana kunci kamar kamu!?"

Dengan lesu kurogoh kunci di saku celana kemudian kusimpan di telapak tangan Ibuku. Sudut mataku sempat melihat wajah iba Mbak Anggun. Jika ada Ibu, dia tidak bisa dengan bebas membantuku karena akan menimbulkan masalah untuknya juga. Sebelum benar-benar pergi ke kamar, aku mengangguk satu kali, mengisyaratkan bahwa aku baik-baik saja. Mbak Anggun balas mengangguk satu kali, masih dengan tatapan khawatirnya. Thanks, Mbak.

Di kamar, meski sudah malam, aku tidak serta-merta menyalakan lampu. Kegelapan ruang bernama kamar ini esensinya selalu menenangkan perasaan.

Kamar adalah tempat bagi wanita untuk menjadi diri sendiri. Bercerita sesuka hati pada dinding dan sunyi, juga pada selimut dan bantal guling. Ketika air mata jatuh kemudian menggenang di kapuk empuk itu, maka wanita itu sedang bermuram durja. Jika guling ia peluk sekencang mungkin, maka dia sedang bahagia. Kali ini dinding menjadi bagian perasaanku. Mungkin, hanya dia yang tahu arti tatapan kosongku saat ini, bahkan diriku saja tak tahu. Maksudku, aku tak tahu harus menamakan apa perasaan ini.

Bahagia?

Tidak.

Sedih?

Tidak juga.

Bosan, marah, kesal, bingung?

Kurasa tidak.

Getar ponselku membuyarkan semua lamunanku. Jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Selama itukah aku melamun?

Ibu lo ngelarang gue masuk. Kenapa? Ada masalah?

- Kenta

Sejak kapan dia jadi selalu datang ke rumahku? Baguslah, aku memang butuh seseorang saat ini.

Lo pergi ke depan jendela kamar gue sekarang juga.

- Tata

Beruntungnya letak kamarku paling samping, dekat dengan pekarangan depan rumah.

Aneh. 5 menit telah berlalu tapi kenapa dia belum sampai juga?

Lama banget!

- Tata

Kenta langsung membalas.

Heh gue lagi di jalan mau pulang ya! Ini gue balik lagi karena lo nyuruh gue ke rumah lo lagi.

Dua detik berikutnya Kenta langsung meneleponku.

"Halo-"

'Kyaaaaaaaaaaa Ta gue dikejar orang gila yang biasa mangkal di depan gerbang rumah lo nih!'

"Masmu?"

Masmu memang sedikit ... kasarnya autis. Dia selalu bilang masmu dalam setiap kalimat pembuka yang dia ucapkan.

'Iya! Kyaaaaaa dia pegang baju gue, Ta! Gue tendang gak masalah, 'kan!?'

"Hush gak boleh gitu. Hidupnya sudah susah, kalau lo tendang terus kakinya patah jadi dua, nanti gimana hayo? Keseharian dia 'kan jalan-jalan gak tentu arah. Sekarang kalau kakinya putus, dia gak bisa jalan-jalan la-"

Aksara DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang