Tiga Belas

6.3K 495 44
                                    

"Lama."

Singkat, padat dan jelas. Itulah yang Aksara katakan padaku. Satu kata itu langsung membuat mood-ku selama perjalanan anjlok. Ditambah, setelah mengucapkan kalimat itu dia langsung masuk ke dalam mobil kemudian bersiul sok keren! Memangnya aku bakal terkesima, gitu? Meski siulannya sungguh enak sekali didengar. Mirip suara burung pas lagi meratus riang di atas pohon.

"So, siapa yang mau naik mobil dan siapa yang mau naik motor?" tanya Bang Reza. Di sampingnya berdiri wanita anggun khas perempuan desa, namun tetap terlihat elegan dan cantik sekali.

"Gue naik motor aja sama Kenta," timpalku. Aksara berdecih. For God sake! Apa sih masalahnya?

"Kalo gitu kamu sama Om Aksa aja ya sayang. Aku mau bareng sama Rendi, kasian dia gak ada temen."

Rendi menyahut, "Gue sendiri aja, Bang. Udah kasian masa pacar lo tinggal sendiri."

"Tumben tahu diri," timpalku sinis.

"Lagi sensi, Neng?"

"Udah ah ayo kita berangkat," jawabku sambil memakai helm. Jika Fiska ngeliat aku have fun sama Bang Reza di vila, gimana reaksinya ya? Pasti guling di kamarnya dia gigit sampai putus jadi dua.

Perjalanan menuju vila cukup memanjakan mata. Kota Bandung sudah dipenuhi gedung pencakar langit dan kendaraan yang bisingnya bisa bikin mood turun. Namun kali ini, kami disuguhkan pemandangan alam yang bisa bikin mood langsung naik. Udaranya bersih, sejuk dan yang pasti nyaman ketika menerpa kulit.

Karena lokasi vilanya ditentukan oleh Bang Reza, aku dan temen-temenku yang lain ngikut di belakang.

"Ta, kok gue mikir Aksara itu Ayah lu ya?"

"Lah kenapa bisa?"

"Itu, alis kalian mirip."

"Alis gue sama si Rendi juga mirip, tuh. Lo jangan aneh-aneh deh, Ken. Gue gak mau punya Ayah kayak dia. Galak, judes dan kebayang deh posesifnya dia bakal kayak gimana," kataku sambil mengambil permen karet di celanaku.

"Gue punya firasat, kalian bakal terlibat drama percintaan gitu. Semoga aja firasat gue salah." Bulu kudukku sontak meremang mendengar kalimat Kenta barusan. Pasalnya, hampir semua firasat yang dia katakan itu kebanyakan jadi kenyataan. Tapi masa iya sih aku bakalan jatuh cinta sama Om-om sengak, nyebelin, sok berkuasa dan sedikit menyeramkan itu? Otakku pasti akan berpikir seribu kali sebelum kejadian.

"Firasat lo pernah salah, Ken. Gue yakin firasat lo kali ini bakal salah juga."

Ya, pernah salah. Dan hanya sekali.

"Lo mau tahu apa firasat kedua gue?"

Firasat Kenta mirip intuisi seorang wanita, namun entah kenapa selalu tepat sasaran.

"Apa?"

"Aksara jatuh cinta sama lo."

Part tersedikit. Masih lagi nyelesain proyek, jadi belum bisa panjang.

Yo vote dan komennya.

Aksara DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang