Part 10 Who are you?

1.2K 108 4
                                    

Setelah dia menunggu beberapa menit, bus akhirnya datang. Hari ini bus cukup ramai, hanya ada satu tempat duduk kosong. Jennie langsung duduk di tempat itu tanpa pikir panjang.

Disebelahnya duduk seseorang yang mengenakan ring cap lengkap dengan masker hitam dan earphone ditelinganya. Meskipun mengenakan masker, sebagian wajahnya yang tidak tertutup memperlihatkan bahwa sepertinya dia seorang namja yang kurang lebih seumuran dengan Jennie.

Kemudian Jennie menarik nafas panjang dan menyandarkan punggungnya. Sesekali dia melihat ponselnya namun tidak ada notifikasi sama sekali.

'Tumben sekali.' batinnya

"Mungkin musik bisa membantu ketika orang sedang bersedih." seseorang di sampingnya yang sedari tadi hanya diam kini mengeluarkan suara.

"Ne? Kau berbicara denganku?" Jennie langsung menoleh dengan wajah bingung.

Bus sudah sampai di halte kedua, namja itu tidak menjawab pertanyaan Jennie kemudian berdiri, tanpa permisi dia melangkah melewati Jennie begitu saja dan turun di halte itu.

"Hey.. jika kau berbicara denganku, apa maksudmu?" Jennie mengeraskan suaranya. Namun namja itu tetap tidak menghiraukan Jennie dan turun begitu saja.

"Ah sudahlah mungkin dia sedang mabuk." gumamnya.

"Tapi apa benar apa yang dia katakan tadi? ah aku jadi penasaran." setelah bermonolog Jennie mencari earphone dari dalam tasnya.

kkwak jabajwo nal anajwo
Can you trust me, can you trust me,
can you trust me
kkwak kkeureoanajwo
kkwak jabajwo, nal anajwo
Can you trust me, can you trust me
jebal jebal jebal kkeureoanajwo

Lagu itu terlantun dari earphone miliknya tentu hanya dia yang bisa mendengarnya. Jennie menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan sambil memejamkan mata.

Ternyata memang benar apa yang dikatakan namja tadi musik bisa membantu saat seseorang bersedih.

Tak berapa lama bus sampai di halte berikutnya. Jennie tersadar dan segera beranjak dari tempat duduk kemudian turun. Dia berjalan beberapa meter dari halte menuju apartemennya.

Setelah sampai diapartemennya, Jennie membersihkan diri dan membuat secangkir kopi yang mungkin bisa mengembalikan moodnya.

.
.
.
.

Kini Jennie berada di balkon sambil memegang cangkir kopinya dan menatap langit malam. Langit yang tidak mendung membuat bintang yang bertebaran di langit tampak terlihat begitu terang. Sayup-sayup angin malam pun menyapu lembut rambutnya yang membuat sebagian pipi tembamnya tertutup.

Di pikirannya masih terngiang nama yang ada di kedua cincin itu. Cincin yang dipakai Lisa bertuliskan Jungkook, begitu sebaliknya cicin milik Jungkook bertuliskan Lisa. Jennie masih tidak bisa percaya jika calon suami sahabatnya itu adalah kekasihnya sendiri.

Tanpa disadari pipi tembamnya itu mulai basah. Jika tau akan berakhir seperti ini dia berharap tidak pernah bertemu dengan Jungkook sebelumnya. Tapi jika dia tidak bertemu dengan Jungkook, dia juga tidak akan menjadi gadis yang kuat seperti sekarang, dan bisa juga kejadian yang dia alami malah lebih menyakitkan dari pada ini.

Jennie berusaha mengontrol emosinya dengan terus berpikiran positif.

Ketika dia meletakkan cangkir kopi itu di meja marmer yang ada di balkon, sesuatu di tangannya berbenturan dengan meja itu dan menghasilkan bunyi 'tek'.

[✅] Lost and Love | yoonie x taennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang