Jennie bergegas menuju tempat parkir rumah sakit dan kemudian melajukan mobilnya menuju rumah Lisa.
.
.
.
.Tingtong~
"Eonni, kau sudah datang?" teriak Lisa dari dalam rumah sambil berjalan membukakan pintu.
"Kau? Aku kira Jennie." Lisa sedikit terkejut melihat siapa yang sekarang berada di ambang pintu.
"Mwo? apakah Jennie akan kemari?" lelaki di hadapan Lisa ini tidak mampu jika harus bertemu Jennie sekarang.
"Iya dia akan kemari."
Lisa sempat berpikir bisa setelah ini Jennie sampai dirumahnya dan melihat dia, apa yang akan terjadi. Tapi mau tidak mau Lisa harus menyuruhnya masuk.
"Masuklah."
"Tidak usah, aku ada urusan setelah ini, gomawo. Apa eomma-mu ada dirumah? Mama menitipkan sesuatu."
"Ada, tunggu sebentar." baru beberapa langkah Lisa mau memanggil eomma-nya dan ternyata wanita paruh baya itu sudah menuruni tangga menuju ke dua anaknya itu.
"Wahh calon menantuku, mari masuk. Lisa kenapa kau tidak menyuruhnya masuk?"
"Aku sudah menyuruhnya masuk tadi tap-" belum sempat Lisa menyelesaikan pernyataannya. Lelaki dengan kemeja kerjanya yang dilipat pada bagian lengan itu langsung mengatakan tujuannya pergi ke rumah Lisa.
"Eum, tidak usah eomma, aku hanya sebentar karena ada urusan setelah ini, kamsahamnida. Aku hanya menyampaikan titipan dari mama untukmu." sambil memberikan sebuah paper bag.
"Apa ini?" eomma Lisa mengernyitkan dahinya, bingung.
"Mianhabnida, tapi aku juga tidak tahu. Baiklah eomma. Aku pamit dulu, aku ada keperluan penting setelah ini." sambil membungkuk sopan dan kemudian berlalu dari hadapan calon ibu mertuanya itu.
Buru-buru dia masuk mobil dan keluar dari halaman rumah dengan diantar Lisa.
Tak lama setelah mobil itu pergi, mobil Jennie datang. Karena melihat Lisa yang berada di depan halaman rumahnya, Jennie begitu senang."Lisa-ya!!" teriak Jennie dari jendela mobil sambil melambaikan tangannya.
"Oh eonni, aku sudah menunggumu sejak tadi." jelas Lisa dengan membalas lambaian tangan Jennie.
"Mianhae membuatmu menunggu." kata Jennie dengan wajah sedih yang dibarengi dengan aegyo agar Lisa tidak marah padanya.
"Kenapa wajahmu seperti itu aku tidak akan memaafkanmu begitu saja, sudahh cepat masuklah."
"Lisa-ya! Mianhae!" teriak Jennie.
.
.
.
.Lisa masuk ke rumah dan diikuti Jennie di belakangnya. Rumah ini sudah seperti rumahnya sendiri karena Jennie sering menginap dirumah yang sekarang dia pijaki.
"Kim Jennie!" teriakan riang seorang wanita paruh baya tetapi masih terlihat cantik dari dalam rumah.
"Eomma!" melangkah mendekati wanita paruh baya itu dan berhambur memeluknya, melepas rindu seolah-olah sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu.
"Lama tidak bertemu denganmu nak, bagaimana kabarmu? Apakah kuliahmu berjalan lancar? Bagaimana kabar orang tuamu? Aku dengar mereka pindah ke Australia?" pertanyaan bertubi-tubi dari eomma Lisa yang ditujukan untuk Jennie.
"Eomma... jika bertanya itu satu persatu. Kasihan eonni yang harus menjawab." protes Lisa.
Jennie terkekeh melihat seorang wanita yang sudah berumur didepannya ini sangat merindukan dirinya hingga menayakan hal sebanyak itu secara bersamaan. Dan juga protes yang dilontarkan adik kesayangannya itu. Mereka berdua benar-benar seperti keluarga bagi Jennie.
"Kabarku baik eomma, kuliahku juga lancar, dan orang tuaku juga baik-baik saja, mereka memang pindah ke Australia. Tapi mungkin tidak akan lama hanya sekitar 2 sampai 3 tahun, appa dan eomma pergi ke sana karena ada pekerjaan." Jennie menjawab satu persatu pertanyaan tadi.
"Bagaimana dengan calon suami?" pertanyaan yang sontak membuat Jennie merasa darahnya berhenti mengalir. Beberapa waktu terakhir dia menjadi ragu dengan hubungannya bersama Jungkook. Entah hal apa yang membuat perasaannya jadi seperti ini. Semoga Jennie salah demgan perasaan ragunya itu.
"E-eumm... aku masih belum memikirkannya." jawab Jennie gugup disertai dengan senyum kecut diwajahnya.
"Tapi pasti kau sudah mempunyai pacar bukan?" ingin sekali Jennie beranjak pergi dari hadapan wanita paruh baya yang sudah seperti ibunya ini. Kenapa dia terus saja menanyakan hal seperti itu pada Jennie.
"Eumm sudah... tapi aku tak begitu yakin. Entahlah eomma."
"Segeralah menikah eoh? susul Lisa, dia sebentar lagi akan menikah." kata eomma Lisa dengan senyum yang menggambarkan sebuah kehabagiaan sambil menepuk pundak Jennie.
"Ne eomma. Doakan saja." jawab Jennie.
Menyadari pembicaraan yang mengarah pada pernikahan, dan sebelum eomma-nya mengatakan hal yang lebih lagi, Lisa segera menghentikan pembicaraan itu.
"Eomma.. sudah bicaranyaa eonni butuh istirahat." kata Lisa yang mulai menggenggam tangan Jennie ingin mengajaknya pergi dari hadapan eomma-nya.
"Kau ini, sudah lama eomma tidak bertemu dengannya, wajar saja jika eomma lama bicaranya, benarkan Jennie?"
"Tentuu!" sahut Jennie dengan sedikit canggung karena topik bahasan beberapa menit terakhir.
"Eonni, jika kau tidak ikut aku sekarang kau tidur di bawah eoh?" ancam Lisa, karena tempat tidur di kamar khusus untuk Jennie ketika menginap di rumah Lisa memang bertingkat dan Jennie takut untuk tidur di bawah. Jadi yang menjadi tempat favoritnya adalah tempat tidur bagian atas.
"Aaaa, aku tidak mau aku ingin diatas." rengek Jennie.
"Yasudah sekarang ikut aku." Lisa langsung menarik Jennie, tak dihiraukan eomma-nya yang sedari tadi menyerukan namanya.
Jennie yang hampir terjatuh karena tarikan dari sahabatnya itu masih sempat mengucapkan salam pada eomma Lisa meskipun dengan sedikit kesulitan.
"Aku masuk dulu eomma!" Jennie sedikit berteriak karena jaraknya dan eomma Lisa sudah lumayan jauh. Wanita paruh baya itu hanya menggeleng sembari tersenyum melihat tingkah Lisa dan Jennie yang seperti anak baru berusia belasan tahun.
.
.
.
.Setelah bercerita banyak tidak terasa hari sudah beranjak malam. Saat tidur sudah tiba, Jennie yang sudah bersiap-siap terlebih dulu tinggal naik ke tempat tidurnya. Sedangkan Lisa masih membersihkan dirinya.
Saat melihat-lihat kamar yang sudah lama tidak dia tempati karena sudah jarang sekali Jennie menginap dirumah Lisa. Bisa dibilang Jennie begitu sibuk, meskipun dia kuliah bersama Lisa tapi karena Jennie memiliki kekasih jadi waktunya sedikit berkurang untuk bersama sahabatnya itu. Tetapi Jennie tidak akan melupakan seorang Lisa karena adanya kekasih.
Lama Jennie mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan ini hingga matanya menangkap sebuah benda berkilau di atas nakas yang berada di sebelah tempat tidur mereka. Cincin.
Karena penasaran Jennie memutuskan untuk melihatnya. Sepertinya itu cicin pertunangan milik Lisa. Jennie kemudian melihatnya dan betapa terkejutnya dia saat melihat nama yang ada di lingkar bagian dalam cincin itu.
Lisa keluar dari kamar mandi, kemudian masuk ke kamarnya. Jennie mendengar suara gagang pintu dan dengan cepat dia meletakkan kembali cincin itu.
"Eonni kau belum tidur?" tanya Lisa dengan handung yang masih tersangkut di bahunya.
"Ee... belum, kau sudah selesai eoh?" dengan senyum sedikit canggung Jennie bertanya. Dan syukurlah Lisa tidak menyadari hal itu.
"Sudah, baiklah sekarang waktunya tidur." kata Lisa.
Jennie beranjak ke tempat tidur atas dan Lisa di tempat tidur bawah.
"Selamat tidur eonni!" ucap Lisa sebelum tidur.
"Selamat tidurr juga!" balas Jennie.
TBC~
halooo!! gimana part ini?? kasih komentar yaa ^^
jangann lupaa bintangnyaa jugaaa
Gomawoo 💜 saranghae
KAMU SEDANG MEMBACA
[✅] Lost and Love | yoonie x taennie
Fiksi PenggemarMerelakan ternyata tidak semudah yang orang katakan. Jika harus rela melepaskan dua orang yang amat berharga di hidupnya, itu adalah hal terberat untuk Jennie. Tapi kemudian seseorang datang membantunya untuk bangkit dan melengkapi hidupnya. (180903...