Bagian 7

223 44 18
                                    

Kirana turun dari motor milik Rizky itu. Dia mengerutkan keningnya, kenapa Rizky membawanya kesini? Bukankah alamat rumahnya bukan disini? Jangan-jangan Rizky punya niat jahat pada Kirana. Sumpah demi apapun Kirana merutuki nasibnya kini, kenapa juga ia mau diantar oleh Rizky tadi? Setahu Kirana, Rizky bukan tipe cowok yang suka mengajak cewek mana pun untuk jalan-jalan dengan dia, jangankan jalan untuk sekedar bicara pun jarang.
“Ayo masuk!” perintah Rizky pada Kirana.

Kirana masih mematung di samping motor Rizky, “Mau ngapain?”

“Makan lah. Lo pikir apa?”

“Lo gak lagi macem-macem sama gue kan? Tadi Lo bilang mau anterin gue pulang, kenapa lo malah ngajak gue makan? Gue gak laper!”

“Tapi gue laper. Kalau lo gak mau, gue gak maksa. Tunggu aja di sini.” Rizky pergi meninggalkan Kirana sendirian di parkiran café itu.

Langit sore itu semakin mendung, sepertinya hujan akan turun. Mau tidak mau Kirana harus menyusul Rizky ke dalam café itu dari pada harus diguyur hujan.

Kirana menelusuri setiap sudut café, sampai matanya terhenti di suatu titik dimana Rizky duduk. Kirana menghampiri Rizky, kemudian duduk berhadapan dengannya. Dilihatnya Rizky memakan sepiring nasi gorengnya dengan lahap, otomatis membuat air liur Kirana serasa ingin menetes. Kirana buru-buru menggelengkan kepalanya. Tidak boleh! Bukankah tadi dia bilang pada Rizky bahwa dia tidak lapar?

“Kalau lapar makan!” ucap Rizky

“Gak.”

Kirana merogoh sesuatu dari tasnya. HP. Ya tentu saja Kirana lebih memilih memainkan ponselnya dari pada harus menonton adegan Rizky makan, bisa-bisa air liurnya menetes. Shit. Ponselnya mati.

Krucukk. Sial kenapa tiba-tiba cacing di perutnya tidak bisa di kondisikan?

“Cacing lo udah konser. Masih gak mau makan?”

“Mau gue makan kek enggak kek, itu urusan gue!”

Rizky hanya menggidikkan bahunya cuek. Tidak ingin beradu mulut lebih lama lagi dengan cewek dihapannya ini, yang penting dia kenyang. Masa bodo Kirana kelaparan atau apapun, toh dia sudah menawarinya makan. Jadi bukan salahnya kan kalau Kirana kelaparan? Siapa suruh gengsi.

Rizky sudah selesai dengan makanannya. Setelah meminta bill dan membayarnya, Rizky dan Kirana pun memutuskan untuk pulang. Tidak, mereka tidak jadi pulang. Hujan masih turun dengan derasnya dari atas sana. Kalau Rizky sendirian dia akan memilih nekat untuk hujan-hujanan, tapi kali ini dia bersama Kirana. Tidak mungkin Rizky mengajak gadis itu menembus hujan. Bukan karena dia perduli, tapi karena dia tidak ingin disalahkan jika gadis itu tiba-tiba demam.

Kirana melipatkan kedua tangannya di depan dada, kedinginan. Dia hanya memakai seragam SMA nya saja, terlalu tipis untuk menahan dingin. Kali ini dia merutuki nasibnya karena tak membawa sweater ataupun jaket. Sedangkan Rizky? Tentu saja dia tidak kedinginan karena jaket kulit yang dipakainya.

“Rizky ini dingin. Peka dikit bisa gak sih?” batin Kirana.

“Nih pake!”  Rizky seolah bisa membaca pikiran Kirana, ia melepas jaket yang dipakainya kemudian melemparkan jaket itu kepada Kirana.

“Kalau gak ikhlas gak usah deh!”ketus Kirana

“Yaudah sini balikin!” Rizky hendak mengambil kembali jaket yang tadi dilemparkannya.

BECAUSE OF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang