Angin berhembus sangat kencang menerpa rambut Rizky yang masih bahas karena sehabis keramas. Rizky berdiri di balkon rumahnya, memandangi langit malam. Malam hari ini cuaca sangat dingin, padahal tidak hujan. Beberapa bintang masih terlihat walaupun langit tampak sedikit mendung. Rizky ingat betul siapa yang sangat suka memandangi bintang-bintang dilangit malam seperti ini, Meysha. Yaa, Meysha sangat suka bintang. Katanya, bintang itu gak pernah hilang, hanya saja bumi sedang berputar. Jadi saat malam datang, saat itulah waktu terbaik bintang, bersinar diantara kegelapan. Sangat berkebalikan dengan Kirana, dia tidak suka gelap. Tapi dia akan sangat suka ketika langit berwarna biru cerah, indah katanya. Kirana memang menyukai warna Biru, sangat suka. Apapun yang berwana biru sepertinya akan dia sukai.
Ah sungguh, apakah ini salah? Memikirkan dua perempuan dalam waktu yang sama. Dia memang EGOIS! Benar memang jika Rizky kecewa dengan Meysha yang tiba-tiba saja menghilang dari kehidupannya. Tapi nyatanya rasa kecewa itu tidak lebih besar dari rasa sukanya pada Meysha. Waktu yang mereka lewati bersama terlalu berharga untuk dilupakan. Tetapi rasa sukanya pada Kirana juga sama bersarnya dengan rasa sukanya pada Meysha. Rizky merasa Kirana selalu bisa membuat mood Rizky meningkat berkali-kali lipat. Kirana ceria, lucu, menjengkelkan, menyebalkan, tapi Rizky suka. Sifatnya mirip dengan Meysha. Apa mungkin rasa sukanya pada Kirana hanya sebagai pelarian dari Meysha? Rasanya tidak, mengingat jantungnya yang tidak bernah behenti berdetak kencang saat ada di sekitar Kirana, Rizky pikir dia memang suka dengan Kirana. Bukan Pelarian.
Sugurat senyum terukir di wajah Rizky, sebentar. Sesaat kemudian senyum itu kembali memudar. Ia ingat perkataan Fairel tadi pagi.
“Kalau gitu, berhenti mikirin Meysha!”
“Hati cewek bukan mainan Ky, jangan seenaknya lo mainin gini. Bisa gak bisa, suka gak suka, mau gak mau lo harus pilih satu. Jangan egois! Kalau lo serius sama Kirana, perjuangin dia dan lupain Meysha. Tapi kalau enggak, tolong tinggalin dia.”
Rumit. Sangat rumit. Pikirannya benar-benar kacau. Tidak bisakah Rizky tetap dekat dengan keduanya? Rizky mengacak-acak rambutnya, frustasi. Biarkan, biarlah semuanya berjalan apa adanya untuk sekarang. Selebihnya, Rizky pikirkan nanti.
Tuing tuing tuing.
Suara notifikasi ponsel yang ada di saku celana Rizky membuatnya tersadar dari lamunan panjangnya. Ia membuka ponselnya yang terkunci. Ada sebuah Dirrect Messange dari Meysha Fredella.
Dari Meysha. Ini Meysha, perempuan yang baru saja selesai dipikirkannya tadi.
Meysha Fredella : Hai Vino. Apa kabar?
Rizky Altezavino : Meysha?
Meysha Fredella : Yap, it’s me. How are you?
Rizky Altezavino : Aku Rindu.
Meysha Fredella : Maaf.
Rizky Altezavino : Untuk apa?
Meysha Fredella : Hari ini, apa kita bisa ketemu? Di caffe, tempat kita biasa bertemu dulu. Kalau kamu tidak keberatan.
Rizky Altezavino : Tentu.
Sugurat senyuman kembali terukir di bibir Rizky. Ia senang. Bagaimana bisa Meysha kembali menghubunginya setelah sekian lama ia menghilang. Bagaimana bisa dia datang tepat setelah Rziky berhenti memikirnya. Dan sekarang Meysha memintanya untuk bertemu. Tentu saja Rizky tidak keberatan. Rizky memang merindukannya.
Rizky buru-buru berlari memasuki kamarnya, memilih baju yang tepat untuk dirinya. Rasanya ini seperti kencan pertamanya dengan Meysha dulu. Sudah, semuanya sudah selesai. Rizky kembali mematut dirinya di depan cermin, sempurna.
![](https://img.wattpad.com/cover/79410301-288-k50503.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BECAUSE OF YOU
Teen FictionBerpisahnya Papi dan Mami membuatku takut untuk merasakan cinta. Mereka yang diawal terlihat bahagia dan saling mencintai pada akhirnya juga bisa saling menyakiti dan menjauh. -- Kirana Meilanasya Bramawijaya "Masa Lalu." Satu orang wanita telah ber...