Bagian 15

130 19 10
                                    


Kirana melepas pelukannya dari papanya, mencari sumber suara yang berujar barusan. Jika itu suara kakaknya kenapa itu terdengar seperti suara perempuan? Anak perempuan Papa Wijaya hanya dirinya kan? Dia siapa, suara siapa yang memanggil papa nya itu?

Kirana terkejut melihat seorang perempuan dari arah ruang tamu itu, yang di tatap Kirana pun sama terkejutnya melihat sosok Kirana.
Meysha. Itu Kak Meysha, yang menjemput Kirana bersama kak Devan tempo hari. Kenapa dia ada di sini? Kenapa dia pulang ke rumah ini? Kenapa pula dia memangil Papa Kirana dengan sebutan ‘Papa’ juga?
Oh mungkin saja Papa sudah mengenalnya dari kak Devan sebagai calon menantu, makanya Papa biarkan kak Meysha memanggilnya Papa juga. Bisa jadi kan?

“Kak Meysha? Kakak kenapa di sini? Mau ketemu kak Devan?”

“Kirana...” ucap Meysha gugup.

Kirana memandang Papanya yang sedari tadi hanya diam, ”Pa, papa kenal kak Meysha kan? Dia pacarnya kak Devan loh Pa.”

“Sini sayang, kita duduk dulu.” Papa menuntun Kirana untuk duduk di sofa yang ada didekat situ.

“Kak Devan mana Pa? Bilang dia di cari pacarnya.”

“Meysha duduk sini.”

Meysha menurut. Perasaan Kirana mulai tidak enak, sepertinya sesuatu yang tidak baik akan terjadi.

“Papa mau jelasin satu hal sama kamu Kirana.”

“Tentang apa?”

“Kakak kamu.”

“Kak Devan?”

“Bukan. Kakak kamu yang lainnya.”

“Siapa Pa? Kakak Kirana cuma Kak Devan, gak ada yang lain.”

“Meysha ini ...”

“GAK. Dari dulu sampe sekarang Kakak Kirana cuma satu, kak Devan.”

“Kamu ingat Tante Dewi?”

Dewi. Mendengar namanya disebut saja sudah membuat kedua telinga Kirana panas. Bagaimana mungkin Kirana lupa. Tante Dewi, sahabat Mama. Dia yang sudah menghancurkan keluarganya. Dia yang membuat Mami dan Papa nya harus berpisah. Kirana benci. Sangat membencinya. Kalau saja Tante Dewi tidak pernah ada mungkin kini Mami dan Papa nya masih bersama.

“Gimana bisa Kirana lupa sama orang yang udah nyakitin hati Mami, orang yang udah rebut kebahagiaan Mami, orang yang udah ngehancurin keluarga kita Pa!”

“Tante Dewi itu Mamanya Meysha, Kakak kamu.”

Kirana terkejut. Bukan karena fakta bahwa Meysha adalah kakaknya, bukan juga karena merasa bersalah telah mencaci Tante Dewi di depan anaknya. Kirana terkejut akan fakta bahwa Meysha adalah kakak nya. Jadi apa selama ini papa masih terus berhubungan dengan tante Dewi?

“Gimana bisa? Ini gak mungkin Pa.” Air mata Kirana yang sedari tadi ditahannya berhasil lolos. Kirana menangis.

“Papa dan Tante Dewi masih saling berhubungan setelah Papa menikah dengan Mami kamu. Maafkan Papa. Papa tahu ini salah, tapi waktu itu Papa masih mencintai Tante Dewi. Waktu itu tante Dewi dalam keadaan yang sangat terpuruk. Dia butuh bantuan orang lain yang bisa menyemangati dia. Dia butuh Papa. Maafkan Papa, ini salah Papa. Tapi bagaimanapun Meysha juga anak kandung Papa. Kakak kamu.”

Kirana menangis, “PAPA BILANG MASIH MENCINTAI TANTE DEWI? APA PAPA GAK MIKIRIN GIMANA PERASAAN MAMI? PAPA PIKIR SAAT ITU KAK DEVAN DAN MAMI GAK BUTUH PAPA? PAPA EGOIS! TANTE DEWI HARUSNYA TAHU DIRI. DIA TAHU PAPA SUDAH PUNYA ISTRI, DIA TAU PAPA SUAMI SAHABATNYA SENDIRI. TANTE DEWI HARUSNYA GAK SEMURAHAN  ITU!”

BECAUSE OF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang