Bagian 14

239 30 38
                                    

Kirana turun dari motor Fairel, kemudian melepas helm nya.

"Makasih, Rel."

"Ran, ini." Fairel menyodorkan sebuah kotak yang dihiasi pita kepada Kirana.

Kirana menerima kotak berpita itu.

"Ran, soal yang gue omongin tadi ..."

"Eum Rel, sorry gue masuk duluan ya. Lo hati-hati."

Kirana masuk, meninggalkan Fairel di halaman rumahnya. Kirana benar-benar tidak ingin membahas hal mengenai perasaan Fairel kepadanya. Entah. Ia hanya tidak mau saja. Ia masih terkejut.

....

"Gue tau selama ini lo anggep gue bercanda. Tapi gue serius soal perasaan gue."

Kirana merebahkan badannya di atas kasur, memikirkan pernyataan Fairel tadi sore. Tidak. Kirana tidak bisa. Bagaimana mungkin Fairel bisa mengatakan hal itu dengan sangat mudah. Bisa-bisa nya ia membuat Kirana terkejut seperti tadi. Kirana benar-benar berfikir bahwa selama ini Fairel hanya bercanda, karena memang anak itu suka sekali bercanda. Saat serius seperti tadipun, Kirana fikir Fairel sedang menjahilinya, tapi sepertinya anak itu memang benar-benar serius.

Kirana bangun, beranjak menuju meja belajarnya. Mengambil kotak berpita yang diberikan Fairel tadi, membukanya.

Sebuah novel yang benar-benar Kirana inginkan belakangan ini. Kapan Fairel menyiapkannya? Dia ini peramal atau memang benar-benar tahu Kirana sangat ingin novel ini. Kirana mengambil secarik kertas yang ada dibawah novel itu.

"Ini sebagai tanda terimakasih, karena lo mau nemenin gue tadi."

Fairel memang baik. Sangat baik. Bukan hanya pada Kirana, tapi dia memang tipe anak yang baik pada semua orang. Kirana suka, tapi sebagai teman. Hanya teman.

Ponsel Kirana berdering. Sebuah panggilan masuk dari Rizky.

Terserah. Kirana tidak perduli, jikalau ia dikatakan bodoh sekalipun. Faktanya Kirana senang menerima panggilan dari Rizky, sekalipun ia sudah tahu bahwa Rizky masih punya seseorang di hatinya, dan itu bukan Kirana.

Kirana mengangkat panggilan telepon dari Rizky, "Hallo."

"Halloo juga. Gimana tadi?"

"Gimana apanya?"

"Seharian jalan sama Fairel. Seru?"

"Seru."

"Seneng?"

"Seneng."

"Kok gitu?"

"Terus gimana?"

"Seruan mana dibanding jalan sama aku."

"Emang kita pernah jalan bareng?"

"Ran, gak usah belagak lupa gitu deh."

"Dih"

Kirana mendengar Rizky tertawa dari sebrang telepon, "Kenapa ketawa?"

"Lucu."

"Apanya?"

"Kamu."

"Aku gak ngelawak."

"Tapi kamu emang lucu."

"Oh."

"Kok cuek gitu sih? Besok berangkat sekolah aku jemput!"

"Gak mau."

"Terserah. Pokoknya besok aku jemput."

"Kok maksa sih?"

"Sampai ketemu besok, good night. Mimpi indah, Ran." Rizky memutuskan panggilan telepon.

BECAUSE OF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang