Aku menggeliatkan tubuhku kekanan dan kekiri, badanku saat ini terasa remuk. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku yang tertempa sinar matahari pagi dari celah jendela kamarku. Jika tidak mengingat hari ini Ujian Kenaikan Kelas masih berlangsung rasanya aku enggan bangkit dari tidurku yang terasa begitu panjang walaupun sebenarnya hanya berlangsung selama 2 jam.
"Kirana, bangun sayang. Kamu tidak lupa kan kalau hari ini-"
Belum sempat mami melanjutkan perkataannya aku telah berhasil memotong perkataan Mami yang mungkin saja akan menjadi omelan di pagi hari yang cerah ini, "Ujian Kenaikan Kelas kan Mi? Kiran inget kok."
Perlahan aku mulai bangkit dari tidurku, dan berjalan menuju kamar mandi yang ada dikamarku.
"Baguslah, Mami tunggu kamu dibawah untuk sarapan ya!"
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban dari pernyataan Mami.
***
Aku melihat pantulan diriku dicermin, badanku yang terbalut seragam putih abu-abu dengan rambut lurus pajang yang tergerai, bibir yang terpoles lipglos agar tidak kering, menambah kesan feminim dan cantik seperti yang kebayakan orang katakan tentang diriku. Yap tubuhku yang tinggi semampai dengan berat badan yang proporsional, kulit sawo matang khas Indonesia, dan senyumku yang memunculkan lesung pipit membuat banyak orang memuji kecantikanku.
"Fighting Kirana. Lo pasti bisa lawan si KIMIA itu!"ucapku pada pantulan diriku dicermin itu
Aku menghela nafasku, KIMIA? Mata pelajaran yang paling sangat aku benci, rumusnya yang terlalu sulit untuk kuhafal membuatku pusing setiap dihadapkan dengan mereka. Tidak ingin membuang banyak waktu aku langsung menyambar tasku yang sudah kusiapkan semalam. Aku turun menyusuri tangga rumah yang menghubungkan lantai 2 dan lantai 1 rumahku.
"Pagi Mi." Sapaku pada Mami seraya mencium kedua pipinya
"Pagi Sayang, ayo cepat sarapan nanti kamu terlambat."
Tak banyak bicara aku langsung melahap nasi goreng dan meneguk segelas susu vanilla yang telah disiapkan oleh Mami.
"Enak banget Mi nasi gorengnya. Kiran jadi kangen Papa deh, dulu kan Papa yang suka masa--"
"Ehem." Deheman Mami sukses membuatku tak berkata lagi.
Aku tak berani melanjutkan perkataanku melihat air muka mami yang tiba-tiba saja berubah murung.
"Kamu sudah selesai Kiran? Hari ini kamu Mami antar!" ucapnya yang kemudian berjalan meninggalku menuju pekarangan rumah.
***
Keadaan dalam mobil hening tanpa sepatah kata apapun terucap dariku maupun Mami. Aku merasa tidak enak hati dengan Mami karena aku hampir saja membicarakan tentang Papi. Hidupku memang tidak berjalan seberuntung kalian yang masih mempunyai sepasang orang tua yang utuh. Papi dan Mamiku memutuskan untuk bercerai sekitar 10 bulan yang lalu. Masalahnya rumit, Papi tertangkap selingkuh dengan teman Mami, oh bukan, bukan teman melainkan sahabat Mami! Miris memang, tapi bagaimanapun itu suatu kesalahan dan Papi tetaplah akan menjadi Papiku, walaupun Papi telah menyakiti Mami dan -mungkin- kini bisa dibilang Mami membenci Papi, tapi mereka tetaplah orang tuaku. Papi dan kakakku masih berdomisili disatu provinsi yang sama denganku. Kakak? Ya aku punya seorang kakak laki-laki yang kini tinggal bersama papi, usianya dua tahun lebih tua dariku, Devan Alfansyah Bramawijaya. Ya Tuhan aku sungguh merindukan keluargaku yang dulu.
"Kirana?"
Sentuhan tangan Mami pada bahuku membuat aku tersadar dari lamunan panjangku.
"Ya, Mi, kenapa?"tanyaku
"Loh kok kenapa? Kita sudah sampai disekolah."
Aku mengedarkan pandanganku kesekitar. "hehee iya Mi udah sampai ya?"ucapku seraya nyegir pada Mami yang dibalas seulas senyum olehnya.
Aku mencium punggung tangan Mami, "Kirana berangkat Mi."
Mami mengerutkan keningnya yang melihatku masih juga belum turun dari mobil.
"Eum... Mi? Soal tadi pagi-"
"Masuk gih sayang, nanti kamu telat."
Sepertinya Mami sengaja mengalihkan pembicaraan ini. Baiklah, Kirana mengerti. Aku melepas sabuk pengaman, kemudian turun dari mobil.
"Kirana." panggil Mami yang membuat langkahku terhenti dan kemudian membalikkan badanku kearah mobil.
"Good Luck sayang."
Aku tersenyum, mengamati mobil mami yang semakin menjauh meninggalkan halaman sekolahku. Aku kembali melangkahkan kakiku menuju kelas, tempat dimana Ujian Kenaikan Kelas dilaksanakan.
***
"KIRANAAA!!!"
Sosok yang menjerit memanggil namaku itu, menubruk tubuhku dari belakang yang membuat tubuhku ini sedikit terpental kedepan.
"Ya Ampun Kiran, Lo masih punya kuping kan? Masih punya telinga kan? Aduh gue ngerti ya Kimia bikin pusing, bikin gila, tapi gak segitunya juga kali! Gue panggilin lo dari tadi tapi Lo jalan terus pantang berhenti! Sumpah yaa Kirana, gue nanti nyontek lo aja deh. Gue baca tuh rumus, gue kerjain soalnya. SAMA SEKALI GAK NYANTOL, pokoknya gue gak mau tau Lo harus bersedia nyontekin gue. TITIK! Gue gak mau kena omel nyokap gara-gara nilai Kimia gue doremi doremi mulu. Yayaya lo kan temen gue, cantik banget deh Lo pagi ini."
"Udah kelar ngomongnya?"jawabku.
-Naqiella Adara Ulani- aka sahabatku, Lala panggilan akrabnya menggerakkan jari tangannya seperti anak tk yang baru belajar menghitung.
"19 huruf, 3 kata, 1 kalimat. HEMAT BANGET idup Lo! Gue ngomong beratus-ratus kata buat Lo tapi-"
"Bawel lo!"ucapku seraya pergi meninggalkan Lala
Lala berusaha mengejarku dan mensejajarkan langkahnya denganku, "Mood lo lagi bermasalah ya?"
"Lo tau lah La, gue bawaannya pengin makan orang kalau mau ketemu Kimia gini!"
"Lebay lo!"
"Lo bayangin aja ya, gue belajar kimia semaleman sampe subuh, tidur cuma dua jam, dan itu gak bikin gue 100% ngerti sama pelajarannya. Belum lagi masalah tadi pagi, coba aja ada kak Dev, jago banget tuh kalau kimia kimia gini!"
"Lah emang masalah apa pagi tadi?"
"E-eh gak, gak ada apa-apa"ucapku berbohong dan untungnya respon Lala hanya menggidikkan bahunya cuek, untung saja dia tidak menggali lebih jauh tentang ini.
"It's okay, saat ini gue gak mau kepoin lo ya. Kembali ke Kimia, Lo santai aja lagi. Kata gue mah sih jalanin aja!"
"Iya jalanin aja kata Lo, lo enak tinggal nyontek ke gue, lah gue yang mikir keras!"
"Heheee buset galak amat sih Ran!"
"Pokoknya gue gak mau tau yaa, kali ini Lo gak bakalan gue contekin. TITIK!"
Obrolanku dengan Lala berlangsung panjang, tak terasa kini kami telah sampai dikelas "XI-IPA 2". Aku telah mendaratkan pantatku dengan mulus diatas kursi.
"Yah kok lo gitu sih Ran? Sekali ini aja deh."
"Gue gak nerima penawaran ya La, dan catet lo nyontek udah berkali-kali bukan sekali doang!"
Lala hanya mengerucutkan bibirnya, mungkin dalam hati Lala memaki sahabatnya itu.
***
-969 words-
Permulaan, aku tau banyak cerita yang lebih bagus dari ini, tapi semoga kalian semua suka dengan apa yang aku tulis. Terima kasih sudah membaca.
27 September 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
BECAUSE OF YOU
Novela JuvenilBerpisahnya Papi dan Mami membuatku takut untuk merasakan cinta. Mereka yang diawal terlihat bahagia dan saling mencintai pada akhirnya juga bisa saling menyakiti dan menjauh. -- Kirana Meilanasya Bramawijaya "Masa Lalu." Satu orang wanita telah ber...