Bagian 16

194 26 32
                                    

Suara ketukan pintu kamar Kirana membuatnya terbangun dari tidurnya. Kirana membuka matanya perlahan, rasanya sedikit pedih. Ia lelah menangis semalaman. Memikirkan kembali kejadian kemarin membuat hatinya sedikit berdenyut sakit. Ia masih tidak percaya semua orang bisa membohonginya seperti ini. Dengan langkah lemas Kirana bangun, beranjak menuju kamar mandi.

Dilihatnya dirinya dalam cermin, sangat kacau. Matanya sembab. Rasanya ingin saja ia tidak masuk sekolah hari ini, tapi untuk apa juga dia dirumah. Setidaknya nanti di sekolah Kirana bisa bercerita dengan Lala, sahabat baiknya.

Kirana mulai membersihkan dirinya, selepas itu ia berpaikan menggunakan seragam sekolahnya lalu memoles sedikit wajahnya dengan make up tipis. Dengan itu setidaknya mata sembabnya itu tersamarkan.

Kirana turun menuju lantai 1 rumahnya. Dilihatnya Mami sedang menyiapkan sarapan seperti biasanya.

“Kirana kita sarapan dulu ya. Mami udah siapin nasi goreng kesukaan kamu.”

“Gak perlu Mi.”

“Kirana kamu gak bisa seperti ini sama Mami!”

“Maaf Mi, tapi Kirana masih kecewa sama Mami, Papa, Kak Devan. Kirana hanya butuh waktu.”

“Papa kamu kemarin menghubungi Mami, dia bilang maaf karena buat kamu kecewa. Papa kamu.....”

“Kenapa papa gak langsung bilang maaf aja ke Kirana? Kenapa papa gak kejar Kirana kemarin buat jelasin semuanya? Kenapa papa malah belain Meysha? Papa udah gak perduli lagi sama aku. Bahkan Mami sama Kak Devan yang Kirana percaya pun tega buat nyembunyiin ini semua dari Kirana.”

“Mami minta maaf.”

“Udahlah Mi, Kirana pergi!”

Kirana pergi meninggalkan Maminya. Untuk sekarang ia tak ingin membahas hal itu lagi.

***

Kirana tiba di kelasnya. Ia duduk di bangku samping Lala. Kebetulan Lala belum berangkat, mungkin dia akan telat seperti biasanya.

Rizky juga baru saja tiba, dilihatnya Kirana yang sudah duduk manis di bangkunya. Ia berniat untuk meminta maaf karena kemarin dirinya tak jadi menemui Kirana di taman. Rizky merasa bersalah.

“Ran.”

Kirana tau itu Rizky, tapi entah mengapa ia malas saja berbicara dengan Rizky.

“KIRANAAAA. Kamu kemana aja sih dari kemarin gue whatsapp gak dibaca.” Suara nyaring Lala yang baru saja tiba bersama dengan Fairel berhasil mengalihkan perhatiannya dari Rizky.

“Maaf.” Ucap Kirana singkat.

Kirana melihat Fairel, matanya seolah memberikan isyarat agar Fairel membawa Rizky pergi dari hadapannya. Fairel mengerti itu, mungkin ini karena masalah kemarin. Fairel menarik Rizky menuju tempat duduknya.

“Lo gak lagi sakit kan Ran?” tanya Lala.

Kirana menggeleng lemah.

“Kalau ada masalah cerita ya.”

“Iya.”

“Atau lo mau ke UKS aja?”

“Gak usah.”

“Tapi muka lo pucet. Mata lo sembab juga, kenapa? Semalem habis nangis kan?”

Lala ini memang paling mengerti Kirana. Kirana belum bicara mengenai masalahnya pun Lala sudah lebih tau kalau sahabatnya ini sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.

“La ngomonginnya nanti aja ya.”

“Eum.. oke, tapi kalau lo kenapa kenapa langsung bilang ya!”

BECAUSE OF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang