#14

1.4K 97 6
                                    

Adakah yang rindu dengan kelanjutan cerita ini? Ataukah bodo amat. Guyss, sebenarnya aku bukan gak mau ngelanjutin cerita ini ya karna aku sudah mentog banget gk punya ide. Dan kalianpun gk pernah kasih aku ide, nih guyssss... Jika kalian ingin cerita ini berlanjut, makanya kasih aku ide dong! Aku juga kan butuh dukungan dari kalian semua, butuh koreksian agae ceritanya gak ngebosenin. Ayo dong guyss,, kasih aku cara kasih aku ide. Dan kasih aku dukungan, karena tanpa kalian cerira ini gak bisa jadi apa-apa. 😐. Dan sekarang aku akan kasih satu part kelanjutannya, bagi kalian yang sangat merindukan sosok ahkam ini.

******************

Sehari setelah kepulangan ahkam, nayya di rendung rasa galau yang amat galau. Ia rindu akan canda tawa ahkam, rindu jailnya, rindu perhatiannya, dan rindu orangnya.

Semenjak pertemuannya yang terakhir sebelum ahkam pulang. Nayya merasa bersalah sekali, harusnya saat ahkam pulang ia ada di sisi ahkam, bukan malah bercanda dengan orang lain. Jujur, saat itu nayya ingin sekali mengejar ahkam namun ia disadarkan kembali oleh ucapan ahkam, yang secara tidak langsung menyuruhnya untuk pergi dari kehidupannya.

Ahkam dan nayya memang tidak pacaran, mereka hanya menyimpan rasa saja terhadap satu sama lain. Namun baik ahkam maupun nayya tidak ada yang mau untuk mengucapkan perasaannya terlebih dahulu, mereka berdua sepakat untuk memilih cinta diam-diam. Ya, diam-diam menyakitkan, diam-diam membuat hati terluka, diam-diam galau. Semuanya serba diam-diam.

Nayya hanya menscroll akun sosmednya. Dari mulain facebook, whatsapp, instagram terus ia scroll. Ya, walau akun sosmednya tidak pernah sepi. Tetap saja bagi wanita 18 tahun ini, notif chatt dari ahkam lah yang terpenting. Sudah hampir beberapa jam ia menunggu chatt dari ahkam dan akhirnya sampai saat ini belum juga di bales, ini membuat dirinya semakin badmood.

"Teh, makan dulu" seru gadis lebih muda darinya. Dia adalah ima adik dari nayya.

"Iyya nanti teteh kesana" jawab nayya singkat.

"Teteh masih galauin ustadz ahkam?" tanya adiknya itu

"Nggak! Buat apa ngegalauin gk penting" elak nayya.

"Jangan bohong teh. Teteh suka kan sama dia? Teteh cinta kan?" ima makin mendesak dirinya.

"Nggak, teteh gak suak gak cinta. Udah deh, kamu masih kecil ikut campur urusan orang gede aja" nayya tetap saja mengelak ucapan adiknya.

"Teh, teteh tau kan kalau teh nada suka sama ustadz ahkam?" ima bertanya lagi. Dan kini pertanyaannya bagaikan di sambar petir siang bolong.

Nada suka sama ahkam? Gak salah? Bukannya selama ini nada suka nya ke azmi? Kok ke ahkam?. Nayya semakin bingung dengan segala fikirannya yang membuat dirinya terasa pusing sendiri.

"Tuh kan, teteh diam. Teteh berarti suka kan ke ustadz ahkam? Jujur aja teh, gak apa-apa ima ikhlas. Ima juga dulu pernah suka ke ustadz ahkam, tapi rasa itu hanya sekejap" terang ima dan yang baru nayya ketahui.

Lagi-lagi nayya menerima tamparan keras. Sahabatnya menyukai nya, dan adik kandungnya adik paling dia sayangi juga pernah menyukai ahkam. Apa yang harus nayya perbuat? Menjauh? Atau ia terus berjuang demi cintanya. Yang namanya cinta kan tidak bisa di paksa, cinta datang dari terbiasa. Dan kini nayya sudah sangat terbiasa akan hadirnya ahkam, masa iya nayya harus melepas ahkam begitu saja. Tapi, kalau nayya tidak melepas ahkam yang ada sahabatnya makin tersakiti dengan dirinya.

"Teteh, jangan pernah berhenti berjuang buat ustadz ahkam. Ima yakin kok, ustadz ahkam juga cinta sama teteh. Ima pernah mergokin teteh sama ustadz ahkam lagi becanda, terlihat sekali dari tawa ustadz ahkam yang sangat bahagia melihat tawanya teteh" ucap ima dengan wajah sendu.

A.H.K.A.M (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang