Extra part

1.9K 90 7
                                    

20 juni, tanggal bersejarah bagi pasangan ahkam dan nayya. Kini, tahun pernikahannya sudah memasuki tahun kedua, dan nayya sedang mengandung anak kedua dari buah cinta mereka.

Nayya dan ahkam, sekarang tidak tinggal di bandung, melainkan di probolinggo daerah ahkam, dan mengontrak disana. Karena nayya tidak mau serumah dengan mertua, takutnya merepotkan jadi walau harus mengontrak yang penting itu yang terbaik, lagian juga kontrakan nayya dengan rumah ahkam berdekatan jadi tak ada renggang antara menantu dan mertua.

Anak pertama mereka bernama Muhammad Difan Al fathiri yang baru berusia 2 tahun, dan masih dalam masa lucu-lucunya. Difan, ini cenderung mirip pada nayya dari segi mata, hidung, dan kulit tetapi dari sifat ia cenderung mirip pada ahkam. Sejak kecil, difan sudah menjadi orang yang penyabar, penengah, dan juga sedikit dewasa. Walau masih dua tahun, ia bisa di bilang anak yang dewasa diantara anak-anak lainnya, dan difan juga lah yang selalu menjadi penengah anak-anak seumurannya saat berantem, seperti halnya ahkam.

Kalian pasti nanya apakah nayya jadi ke cairo? Nayya tidak jadi ke sana, walau ahkam sudah mengizinkan tetapi nayya memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, dan menjadi istri yang sholehah untuk ahkam dan ibu untuk anak-anaknya.

Hari ini, karena kebetulan sedang libur panjang, dan juga ahkam tidak ada jadwal mengajar dan kajian begitupun nayya. Mereka memutuskan untuk mudik ke bandung, selama satu minggu dan membiarkan difan melepas kangen pada nenek kakeknya di sana dan juga kakak-kakaknya.

"Yeee,,, difan au ke andung" sorak nya gembira dengan wajah yang imut.

"Dede, nyayi di beus dede janan endang eyut unda, tal unda catit. Dede jieum ata ya, aa cun dede duyu. Muaach" ucapnya sembari mencium perut nayya yang sudah memasuki bulan 5.

( dede nanti di beus dede jangan nendang perut unda, tar unda sakit. Dede diem aja ya. Aa cun dede dulu muaachh)

"Nggak kok aa, dedenya pasti baik. Yaudah yuk Abi udah nungguin disana, tar kita ketinggalan bis lagi" ucap nayya sembari menuntun difan menuju sang ayah yang sedang mencegat mobil angkot menuju terminal.

Mereka pun berangkat menuju terminal, untuk menaiki bus jurusan bandung. Bukannya mereka tak mampu membeli mobil, hanya saja mereka sedang mengumpulkan uang untuk pergi haji. Dan juga merekan mengajarkan arti kesederhanaan pada difan, mereka tidak mau difan tumbuh menjadi sosok anak manja dengan segala fasilitas yang disediakan, maka dari itu, jika difan meminta sesuatu tak selalu mereka kasih, kecuali itu yang bermanfaat untuknya dan untuk orang lain baru mereka belikan. Dan alhamdulillah difan kini walau masih kecil tetapi sudaj seperti anak dewasa.

Bukan hanyya anak yang di kandungnya yang ia bawa menumpangi bis. Difan pun sering, apalagi saat itu perut nayya sudah menginjak 8 bulan, dan difan di ajak mudik ke bandung menggunakan bus. Walau tak ada dukungan dari keluarga karena dengan alasan berbahaya, tetapi yang namanya nayya ia akan teguh pada pendiriannya.

Bukan ahkam tak sanggup membeli mobil, bukannya ahkam tak sanggup membeli rumah. Namun, uang nya mereka tabung untuk berangkat ke tanah suci. Walau nayya dan ahkam ini sama-sama berasal dari keluarga yang cukup, tetapi mereka memilih untuk memulai dari nol. Dari pait hingga manis, dan juga nayya yang sangat mendukungnya. Walau awalnya banyak sekali percekcokan antara mereka dan keluarga masing-masing, tentang mengapa mereka harus tinggal di kontrakan, dan bukan tinggal di rumah nya ahkam dan lain sebagainya. Tapi, yang namanya anak sudah mempunyai kehidupan sebagai orang tua tak berhak ikut campur terlalu dalam, hanya mendukung dan memperhatikan. Selebihnya biar lah anak yang sudah berkeluarga dengan urusan di dalam dan luarnya keluarga.

"Unda? Dede na endang eyut unda tak?" tanya diffan dengan khawatir.
(unda? Dede nya nendang perut unda gak?)

"Enggak kok sayang, dedenya baik nurut apa kata abangnya" nayya tersenyum gemas sembari tangannya menjembel pipi tembem diffan.

A.H.K.A.M (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang