#19. story of nada

1.4K 115 2
                                    

SEBELUM MEMBACA ALANGKAH BAIKNYA KLIK *VOTE* TERLEBIH DAHULU, AGAR PENULIS BAHAGIA DAN CERITA PUN AKAN MEMANJANG.

===========================================

Setelah dua minggu liburan di rumah, dan tidak bertemu dengan seseorang yang di cintai, itu rasanya rindu berat hanya satu obatnya yaitu bertemu.

Dan kini, tibanya aku kembali lagi ke pondok tercinta. Ku dengar, orang yang ku suka itu telah jumpa di pondok kemarin. Senang, bahagia ah campur aduk. Tapi, ada satu yang membuat aku gak bisa mendekati dia secara langsung. Yaitu, wanita sahabatku sendiri yang menjadi penghalangnya.

Aku tidak benci dia. Hanya saja, setiap cowok yang aku suka selalu saja menyukai dia, dan diapun sebaliknya. Cantik? Ya, pasti cantikan akulah. Tapi kalau dari ilmu, jangan tanyakan lagi pasti dia menangnya. Tapi tenang saja, aku gak akan nyerah untuk dapatin seseorang yang aku cintai.

"Nad, awas aja kalau lo besok gangguin ahkam, sama nayya!" ancam ozan saudara alias pamanku itu.

"Heh, lo kalau cinta sama si nayya perjuangin. Jangan jadi orang tolol! Ngeralain orang yang di suka demi temen sendiri bego lo!" bentak ku penuh emosi padanya.

"Maaf ya, gua gak sejahat lo! Gua gak akan ngehianati temen gua, walaupun gua yang tersakiti. Gua lebih baik menelan pahitnya ampedu daripada meneguk manisnya air teh, tapi isinya racun!" ucap ozan dengan santai namun penuh penekanan.

Aku gak jahat, aku hanya saja ingin memperjuangkan apa yang aku ingin. Aku juga, gak mau mengalah terus, kini giliran nayya lah yang mengalah. Sudah cukup tiga tahun yang lalu dia merebut cowok yang ku suka. Dan kini tidak bisa dan tidak akan.

Apa salahnya, kalau aku memperjuangkan cintaku? Enggak kan. Semua orang berhak mencintai siapa, dan dicintai siapa. Begitupun aku, aku juga berhak mencintai dia, dan aku juga berhak memperjuangkannya. Semenjak ada nayya kini semua berubah, dari dia yang mulai cuek padaku, dan mulai tidak saling tegor sapa. Jika bisa memilah takdir, mending tak ada nayya di pesantren ini daripada keberadaannya membuatku jauh darinya

****

Pagi telah menyapa. Semua barang-barang, yang akan di bawa ke pondok sudah tersusun rapi. Dengan balutan gamis coklat di padu hijab coklat susu, aku memulai hariku dengan semangat dan berharap hari ini, hari yang baik untukku.

Semenjak kejadian kemarin malam, aku dan ozan tidak lagi bertegur sapa atau hanya tatap menatap. Aku merasa gak salah, toh aku memang benar harus berjuang. Tapi, ya begitulah namanya ozan jika sudah ribut akurnya pun lama.

"Sudah siap semua?" tanya papa pada kami.

"Sudah" jawab kami berbarengan.

Kami pun masuk ke dalam mobil, papa menancap gas menuju kota kembang yang segar dan juga di lingkungi dengan pohon-pohon serta gunung-gunung.

3 jam dalam perjalanan, membuat badanku agak sakit dan leherku sakit karena tidur nya tidak benar. Kaki kanan mulai ku langkahkan masuk ke dalam pesantren, ku harap saat aku masuk dia berada tepat di hadapanku. Namun nyatanya tidak.

Setelah berpamitan dengan kedua orang tuaku, langsung saja aku pergi menuju rumah buyya husen siapa tau ada dia disana. Tujuanku kesana bukan untuk bersilaturrahmi, atau berkangen-kangennan dengan sahabatku yang bernama nayya. Hanya sekedar, untuk mengetahui apakah dia disana atau tidak.

Sesaat akan sampai, ku lihat seorang gasi sedang berdiri sendirian. Ya, siapa lagi kalau bukan nayya. Ku lari, dan ku peluk nayya dengan erat. Aku rindu, rindu saat nayya belum disukai oleh dia.

A.H.K.A.M (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang