Mountain Of Light : Part 15

25 2 0
                                    

(Trivia)

I still remember the look on your face

Been through the darkness at 1:58

The words that you whispered for just us to know

You told me you loved me so why did you go away, go away

Never thought we'd have a last kiss

Never imagined we'd end like this

Your name, forever the name on my lips

-

The airport kiss was their last kiss.

Mikail berubah ketika ia menyadari dunianya sudah runtuh ketika seseorang itu pergi. Ketika seseorang yang dicintainya, dan mencintainya, pergi untuk selamanya. 

Ia tidak ingin mengingkari takdir, tapi semua ini terlalu sulit untuknya.

Mikail  tidak lagi pergi bekerja setiap pagi. MW. Corp sepenuhnya lumpuh tanpa pemberi keputusan. Tidak ada karyawan yang cukup memiliki keberanian untuk bertanya kenapa bos mereka yang terkenal bertangan dingin dan profesional kini menolak untuk memfungsikan dirinya.

He just completely stopped working.

Ia tidak lagi menghubungi keluarganya. Dua hari setelah Delia meninggal dalam pelukannya, orang tua dan adiknya datang mengunjungi Mikail hanya untuk melihat putra sulung mereka duduk terpaku di sisi ranjangnya, menatap sisi lain tempat tidur dengan tatapan kosong penuh kerinduan.

Mikail tidak lagi bicara. Ia tidak lagi bergerak. Ia bahkan hanya makan ketika Cecil datang dan memaksanya untuk menyuapkan sesendok makanan ke mulutnya.

"Mikail..." panggil Cecil, hari kelima setelah kematian Delia. Mikail hanya meminum segelas air dan sepotong roti sepanjang hari itu. "Kau tidak boleh seperti ini."

Lelaki itu hanya diam. Ia masih menatap sisi tempat tidur di mana Delia biasa membaringkan tubuhnya dengan nanar. It tore Cecil's heart seeing her cousin in law like this...

"Mikail, please..." Cecil memohon dengan tatapan memelas. Hatinya hancur melihat sepupunya terpukul seperti ini.

Tanpa diduga, Mikail memalingkan wajahnya. Ia menatap Cecil dengan sepasang mata yang berkaca-kaca. "Jadi katakan padaku, bagaimana cara mengatasinya..."

"After I lost the love of my life..." desahnya pelan, nada yang keluar dari bibirnya benar-benar penuh dengan rasa sakit. "How would I survive..."

"How would you survive if you know that Daniel's no longer has a beating heart..." Pertanyaan yang dilontarkan Mikail itu hanya terdengar seperti keluhan. Keluhan yang benar benar menusuk siapapun yang mendengarnya.

Mikail hanya ingin di mengerti bahwa ia tidak bisa kembali seperti dahulu jika hidupnya seperti ini.

Cecil tidak menjawab. Ia tidak tahu jawabannya, sebagai gantinya, Cecil hanya menangis di depan sepupu sekaligus sahabatnya itu. 

Mungkin ia juga akan seperti Mikail, menatap sisi tempat tidur Daniel, jika pria itu pergi untuk selamanya.

"Aku tak ingin hidup...," kata Mikail lagi, nada bicaranya masih sama menyakitkannya. 

Pria itu tidak menangis, tapi tatapan matanya benar benar dipenuhi dengan kesedihan yang teramat dalam. "Sempat terpikir berkali-kali untuk mengakhiri hidupku.."

Cecil benar-benar terkejut, ketika seseorang yang selama ini Cecil kenal sebagai pria yang kuat dan yang punya kekuasaan seperti Mikail, berpikir tentang mengakhiri hidupnya. 

Mountain Of LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang