Mountain Of Light : Part 3

708 48 1
                                    

"Kau mengatakan itu karena jelas kau belum menikah," balas Daniel sambil mencemooh. "Menikah membuatku lebih berpikir dewasa, dude. Kalau kau sudah berkomitmen pada seorang gadis, kau bahkan akan bisa berpikir dari sudut pandang yang sebelumnya tidak pernah terlintas di pikiranmu."

Entah bagaimana, perkataan Daniel membuat Mikail membeku seketika. Raut wajahnya terlihat hampa, sakit, dan terluka.

"Aku hampir menikah," koreksinya dengan nada lemah.

Daniel yang mendengar nada lirih Mikail sedikit kelabakan. Ia lalu bersenda gurau demi meringankan suasana gelap di antara mereka. 

"Aku masih ingin tertawa jika mengingat itu. Tidak heran Maureen langsung kabur ke Kenya."

"Dia di sini," kata Mikail Weston lemah. 

Matanya menerawang kembali ke tadi pagi di mana Maureen tiba-tiba saja berdiri di ambang pintu rumahnya, standing stunningly like a goddess. Separuh  hatinya merasa sedih, separuhnya lagi terasa kosong tanpa apapun. 

Ia melirik Daniel yang juga tampak kaget dengan berita kedatangan mantan calon istrinya tersebut. "Kembali ke Los Angeles untuk sepenuhnya menjaga ayahnya yang sakit keras. Aku akan menjenguknya besok pagi."

"Kau berani menghadap mantan calon mertuamu?" tanya Daniel, kali ini dengan tampang serius. Hilang sudah keinginannya untuk bercanda. 

Seingatnya, kejadian pembatalan pernikahan antara Mikail dan Maureen tahun lalu benar-benar membuat kedua orang tua Mikail dan Maureen marah besar sampai sampai keduanya tidak punya muka untuk menghadap orang tua masing-masing. 

Maureen 'kabur' ke Kenya sementara Mikail menyibukkan dirinya sendiri di kantor, merubahnya menjadi si workaholic yang tidak kenal waktu istirahat.

Mikail mendengus kesal. "Ayolah," gumamnya ingin menghentikan pembicaraan tentang masa lalu ini.

"Mikail, dia pergi ke Kenya bukan saja karena ia tergerak untuk mendedikasikan hidupnya di sana. Sebagian karena keputusan tiba-tiba mu yang mengejutkan. Good things, public didn't know your stupidity to let go off that one amazing girl." Daniel menatapnya dengan pandangan mengejek. 

"Aku heran Maureen tidak menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisi pria brengsek sepertimu yang membatalkan pernikahan tiba-tiba."

Mikail hampir meledak dalam tawa mendengar apa yang dikatakan Daniel. Ternyata kebenaran yang ada masih tersembunyi jauh di dalam bumi. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi dan Mikail tergelitik untuk tahu respon Daniel jika ia tahu yang sebenarnya.

"Dia tidur dengan teman kuliahnya di Jerman, Daniel. Humor me," katanya jauh lebih santai. "Apakah sekarang masih aku yang brengsek and she's the amazing girl?"

Daniel terdiam dengan bibir ternganga mendengar satu kalimat yang diucapkan sepupu jauhnya. 

Maureen? Seorang Maureen tidur dengan teman kuliahnya di Jerman padahal ia sudah bertunangan dengan pria paling sempurna di Amerika? Humor him!

"Jelas keyakinanku goyah untuk menikahinya karena ia sendiri mengaku padaku ia tidur dengan keparat itu," tambahnya lagi. 

Ia bosan menjadi pihak yang disalahkan dalam gagalnya hubungan mereka padahal jelas bukan ia yang memilih jalan yang salah. "Ia pergi ke Kenya karena ia tidak ingin melihat mukaku dan tunangan dari pria keparat itu."

Mata Daniel membesar dua kali lipat, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Ia mulai berpikir Mikail mengarang semua cerita ini. Tapi wajahnya yang menunjukkan kegetiran sama sekali tidak bisa menjadi tolak ukur. 

Mountain Of LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang