Delia mengerang perlahan. Ia menggeliatkan tubuhnya sedikit dan membuka kedua matanya.
Tubuhnya yang baru saja terbangun dari tidur dalam posisi duduk menyandar di meja makan mendadak terpelanting ke belakang, ketika ia menyadari Mikail Weston berdiri di sampingnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan apa maksudnya.
Jatuh dengan bokong terlebih dahulu, Delia meringis kesakitan.
Bukan hanya sakit sebenarnya, tapi ia juga bingung bagaimana menjelaskan pada Mikail Weston kalau dia ketiduran di meja dapur setelah selesai merapikan bahan-bahan makanan di kulkas.
Harusnya aku tidak ceroboh seperti ini. Erangnya dalam hati.
Sebuah tangan terulur pada Delia. Ia mengangkat kepalanya dan melihat Mikail-lah yang mengulurkan sepasang tangan itu padanya.
"Ayo, bangun." katanya singkat, merujuk pada tangannya yang terulur.
Masih merasa malu, Delia menyambut tangan itu sebelum si-empunya tangan mengamuk habis-habisan.
Ia sedikit tertegun ketika tangannya bersentuhan dengan permukaan kulit Mikail yang terasa amat hangat dan kekar. Ini pertama kalinya ia memiliki kontak sedekat ini dengan sang atasan.
Setelah mengerjapkan matanya beberapa kali dan sadar bahwa kini ia sudah berdiri di atas kedua kakinya sendiri namun masih menggenggam tangan Mikail.
Delia segera melepaskannya.
"Aku baru saja selesai menyusun beberapa bahan makanan ke dalam lemari pendingin dan aku merasa haus. Jadi aku meminjam gelas Anda untuk saya pakai." katanya kikuk.
Wajahnya bersemu merah menahan malu dan rasa bersalah ketika mengakui ini. "Setelah itu aku memutuskan untuk beristirahat sebentar, tapi saya tidak sadar jika saya tertidur disini. Maafkan saya Sir. Saya akan bersikap lebih baik. Maafkan saya sekali lagi."
Mikail menatap tubuh yang jauh lebih kecil darinya itu dengan tatapan bingung.
Sejurus kemudian ia tertawa ringan, membuat Delia kaget dengan respon tidak terduga seperti ini. "Tidak apa Delia. Aku hanya, sedikit terkejut menemukan seseorang tertidur di dapurku."
"Saya berjanji kalau ini adalah yang terakhir saya bersikap tidak sopan." janjinya masih dengan raut wajah bersalah.
"Well, aku tidak pernah berpikir jika tidur adalah perbuatan yang tidak sopan. Kau memang membutuhkannya," katanya lembut.
Ia berjalan ke arah lemari pendingin dan mengeluarkan sekotak susu. "Maaf aku memforsir jam kerjamu kemarin. Susu atau kopi?"
"Orange juice please," pintanya sopan. "Kopi membuat saya mengantuk dan susu tidak berjalan baik dengan perut saya di pagi hari."
Mikail Weston menaikkan sebelah alisnya. "Kopi membuatmu mengantuk? Bukankah seharusnya sebaliknya?"
"Um, saya memang punya kebiasaan yang terbalik dalam hal ini," ucap Delia singkat, sedikit tersipu mengakui hal ini.
Isi dari botol orange juice itu tertuang ke dalam gelas kaca bening dan diulurkan pada Delia. "Lalu, kenapa alarm-mu dipasang sepagi ini?"
Lagi-lagi Delia merasa bersalah mendengarnya. "Saya minta maaf karena sudah membangunkan Anda sepagi ini. Anda pasti masih mengantuk,"
"Tidak, tidak juga," sergahnya cepat. "Aku hanya butuh 4-5 jam waktu tidur untuk kembali pulih sebenarnya. Aku yang bingung karena jam kantor dimulai jam 8 dan alarm-mu dipasang jam 5 pagi."
"Jarak dari apartemen saya ke kantor lumayan jauh, dan saya harus bertemu dengan vendor yang mengurus dekorasi perayaan ulang tahun perusahaan pukul 7 pagi ini," terang Delia sambil sesekali menyesap cairan berwarna orange tersebut. Rasanya segar sekali setelah semalaman capek dan tertidur —dengan memalukan-nya— di atas meja dapur bosnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mountain Of Light
RomanceCopyright © 2013 by agustineria Dilarang mengcopy, menjiplak, dan memperbanyak tanpa seijin penulis. Jangan membudayakan plagiarism. Perhatian: Cerita ini dikhususkan bagi followers saya saja. *** Aku membutuhkanmu lebih dari apapun di dunia ini...