Mountain Of Light : Part 4

725 48 7
                                    

Malam beranjak larut ketika Mikail dan Delia kembali pada Audi yang sudah tersedia di main gate hotel tersebut. Jack sudah diperintahkan pulang dan kini hanya ada Mikail Weston yang menyetir sedan putih mewah tersebut. 

Perhatian tuan muda itu sepenuhnya terfokus pada kemudi sesaat setelah mereka berdua duduk di atas leather seat mobil dengan lambang empat buah lingkaran tersebut.

Delia tidak membuka mulutnya sedikitpun sepanjang perjalanan. Ia bahkan tidak bertanya ke mana mereka akan pulang ketika Mikail berkata mereka harus segera pulang? 

Kapan ia bisa pulang ke apartemennya sendiri? 

Sejak kejadian dengan Ethan Storm di pesta ulang tahun Naomi Conner barusan, Delia tidak tahu bagaimana ia harus berbicara dengan bosnya tersebut.

-

(Flashback to one hour ago, Naomi Conner's birthday party)

"Oh, Tuhanku!" seru Delia Sherman gugup. "Diakah Ethan Storm?"

Mikail mengikuti arah pandang Delia. Wajahnya pucat pasi ketika melihat siapa yang dimaksud Delia. "Kau mengenalnya?" suaranya terdengar tidak suka, sesirat kebencian terdengar samar.

"Siapa yang tidak mengenalnya?" gumam Delia, masih dengan tatapan terfokus pada sosok yang kini dikerumuni undangan lain. Kedua matanya dipenuhi dengan binar penuh kekaguman. 

"Oh Tuhanku, profesor Ethan Storm!" Pekik Delia.

Tanpa menghiraukan atasannya, Delia melangkahkan kakinya berjalan menuju sepasang tamu yang tampak baru saja datang, professor Ethan Storm dan seorang gadis di sampingnya. 

Ada beberapa orang di sekeliling pasangan tersebut tapi Delia tidak mempedulikan mereka. Tatapannya kini tertuju jelas pada pria muda dengan karier cemerlang yang belakangan ini wara-wiri di televisi demi menggalang dukungan untuk proyek medisnya.

"Hello, sir," sapa Delia sopan. 

Ia memasang senyum lebarnya sambil sedikit membungkuk, menyatakan kehadirannya pada orang yang dimaksud. "I've heard a lot about your printer organ technology! It's so wonderful."

Ethan Storm yang kaget didatangi wanita cantik yang tiba-tiba memujinya tidak bisa menahan guratan merah muda di wajahnya. "Oh, well, thank you," katanya sopan. Lagi lagi ia tersenyum, mencoba mengingat gadis ini. "And you are?"

Delia tersenyum, menyodorkan tangannya dengan semangat. "Delia. Delia Sherman."

"Hello, Delia Sherman. As you know, I'm Ethan Storm," kelakar Ethan. Tangannya menyambut uluran tangan Delia. 

Beberapa saat kemudian, Ethan merasakan sebuah senggolan di sisi kanannya. Pasangannya sejak tadi. "And this beautiful young lady who nudged me second before is my fiancee, Emma Cruise."

Tersenyum sopan, gadis yang ternyata tunangan Ethan Storm itu menyalami Delia juga.

"Hello, Miss Cruise," kata Delia sopan. Beruntung yang dikagumi Delia adalah prestasi Ethan Storm, bukan wajah atau kehidupan pribadinya. Karena kalau iya, Delia sudah akan meminum obat nyamuk setelah diperkenalkan Ethan pada tunangannya.

Kerumunan di sekitar mereka tiba-tiba memudar. Delia Sherman tidak menyadarinya sampai wajah Ethan Storm yang tadi ramah berubah menjadi tegang.

"Oh, Mikail?" ucap Ethan, membuat Delia berbalik menuju arah pandang Ethan dan mendapati atasannya —yang hampir dilupakan Delia— berdiri tepat di sampingnya. Wajahnya tidak jauh berbeda dengan Ethan . Ada apa ini?

Mikail Weston menganggukkan kepalanya sedikit. "Ethan Storm." Tidak ada pembicaraan lebih jauh dari sekedar saling memanggil nama. 

Delia mengerutkan keningnya. Ethan Storm bahkan tidak memperkenalkan tunangannya?

Mountain Of LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang