Jungkook mengaduk-aduk tasnya, mencari uang tunai untuk mesin minuman di depannya. Menyebalkan adalah ketika Jungkook menginginkan sesuatu dan ia tak bisa membelinya dengan kartu kredit maupun debit.
"Sial." Jungkook mengumpat. Kesal karena tak kunjung menemukan selembar pun uang tunai dalam tasnya. Kalau saja ia tadi meminjam dulu uang pada salah satu hyungnya, mungkin Jungkook sedang berjalan menyusuri trotoar sambil meneguk satu kaleng soda.
"Iya. Aku akan mengabari lagi nanti. Selesaikan semua tugasmu, sana. Atau aku akan marah?"
Suara yang tak asing di telinga Jungkook membuat kepalanya refleks menoleh. Menangguhkan menyimak sesaat. Keningnya berkerut saat melihat perempuan berambut panjang kecokelatan tengah membelakanginya. Dari sana, sesuatu seperti familiar dirasa. Seakan pernah melihat, tapi tak bisa mengingat kapan dan dimana.
Dan kerutan di dahi Jungkook menghilang ketika sang dara berbalik. Mempertemukan kedua mata mereka.
"Jungkook?"
"Joohyun Noona?"
Jungkook baru sadar kalau ternyata yang ditemuinya adalah manajernya sendiri. Pantas saja kalau ia merasa tak asing melihat sosok itu. Karena pada kenyataannya, Jungkook jelas-jelas mengenalnya.
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Ingin membeli minuman sementara yang lain pulang lebih dulu. Tapi, aku malah tak menemukan uang tunai. ATM juga lumayan jauh."
Wajah putus asa ditunjukkan Jungkook. Bukan serta-merta meminta kasihan. Entah sejak kapan, tingkah Jungkook berbeda dari biasanya tiap kali terjebak dalam satu ruang gerak dimana ia dipertemukan dengan Joohyun.
Sementara Joohyun sendiri hanya tersenyum ketika melihat Jungkook yang terlihat manis. Anak siapa ini? Sepertinya sangat menggemaskan. Begitu pikirnya.
"Biar aku yang bayar. Kebetulan sekali, aku juga ingin beli minuman dingin untuk persediaan."
Jelas saja Jungkook terkejut. Ia tak bermaksud untuk dibayari satu kaleng minuman. Tapi, gadis itu malah bilang kalau ia yang akan membayarnya.
"Tidak perlu, noona. Aku bisa pulang dulu dan meminjam uang pada hyung," kata Jungkook merasa tidak enak. Punggung lehernya di elus, menunjukkan ketidakenakan hatinya. Masa iya perempuan yang membayar.
"Tidak apa. Aku yang akan belikan. Ayo, masuk. Kita beli di minimarket saja. Sekalian aku membeli persediaan yang lain."
Apa boleh buat? Jungkook juga tak ingin menyakiti hati Joohyun karena kukuh menolak. Dan hal itu membuat Jungkook terjebak pada 'ruang gerak' yang sama dengan Joohyun semakin lama.
.
Karena setiap teriakan yang tertahan dalam hati adalah suara kesenangan.
Lantas, sudah berapa banyak suara yang ditahan Jungkook hati yang terhalang tenggorokannya? Ratusan? Tidak. Tak sebanyak itu. Hanya saja, kalau dihitung per blok tangga nada, mungkin akan sebanyak itu.
"Hyung!!"
Suaranya membuat siapa saja menutup telinga. Bagaimana dengan nyaringnya, dengan manisnya, dengan polosnya seorang Jeon Jungkook berlari masuk ke dalam asrama dan berteriak memanggil 'hyung'.
Sebenarnya bukan hal yang akan menyebabkan keributan kalau hanya sebatas Jungkook yang berteriak. Toh, Taehyung dan yang lain juga sering berteriak. Termasuk Hoseok si hyperactive. Tapi, jika saja ada seseorang yang menempel sebuah peraturan yang berbunyi, 'dilarang berteriak dan menyebabkan keributan di waktu tidur', mungkin mereka masih terlelap dalam mimpinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
They Call It Romance - COMPLETED
FanficSebab kisah dengan satu pihak saja yang memiliki perasaan terhadap lawannya tetap disebut dengan kisah cinta. Tapi, satu hal. Takdir dan kebetulan itu sesuatu yang berbeda. [ Red Velvet ] Irene as Bae Joohyun, [ BTS ] Jeon Jungkook, [ BTS ] Membe...