Bab XII : That's A Lie ( Hide The Truth )

577 64 13
                                    













Hanya ada mereka disana. Joohyun dan Jungkook. Masih terjebak di atas ranjang kamar hotel berdua. Saling berhadapan—atau lebih tepatnya Jungkook mendekap Joohyun. Menahan sang dara tetap bersamanya untuk beberapa saat.

Lantas dimana Taehyung dan Jimin yang sebelumnya ada di sana?

Tentu saja mereka pergi. Tanpa diminta pun, mereka akan pergi karena tak ingin mengganggu waktu Jungkook berduaan dengan Joohyun.

"Jeon, kau baik-baik saja?"

"Tidak. Aku tidak baik-baik saja."

Dan keheningan kembali. Membiarkan mereka tenggelam dalam waktu yang terus berlalu tanpa melakukan apapun selain terdiam. Joohyun tak bisa melakukan apapun. Pun tak bisa ia memberontak meski ingin. Kendali pikiran dan hatinya sedang tidak sinkron.

Joohyun benar-benar tidak mengerti kenapa Jungkook bertingkah seperti ini

"Jam berapa kita pulang?"

"Pesawat landing pukul tiga sore. Sejin bilang kita harus sudah di bandara sekitar pukul dua atau setengah tiga."

Begitu Jungkook memandang iris cokelat Joohyun, di sana pula ia bisa melihat sebuah bintang yang begitu ingin digapainya. Tentang sebuah masa yang bahagia antara dirinya dan sang dara.

Kalau saja Jungkook kenal lebih dulu dengan Joohyun. Mungkin, saat ini Joohyun takkan mengalami masalah orientasi seksualnya. Mungkin, saat ini Jungkook punya kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan hati Joohyun. Dan mungkin, harapan akan kisah cinta yang bahagia di benaknya bisa lebih besar.

Baru saja hendak kembali untuk menarik ke dalam pelukan, Jungkook sudah kehilangan gadis itu. Ia kurang cepat dalam gerakannya. Bae Joohyun sudah lebih dulu bangkit dan melarikan diri dari atas kasur. Ia bahkan sudah berdiri dan merapikan pakaiannya yang sedikit kusut. "Aku pikir tadi sudah lebih dari cukup, anak manis. Cepat bereskan barang-barangmu dan bersiaplah. Aku harus mengurus yang lain juga."

Tak ada yang dilakukan Jungkook setelah Joohyun meninggalkan ruang kamar hotelnya. Yang dilakukan laki-laki berdarah Jeon itu hanyalah diam memandangi lampu di atasnya sambil terus memikirkan, bagaimana cara menjatuhkan hati Joohyun dan membuatnya kembali menyukai laki-laki sebagaimana mestinya?

Memang, orientasi seksual seseorang bukan sesuatu yang bisa diikutcampuri oleh orang, apalagi statusnya hanyalah orang asing. Seperti Jungkook di mata Joohyun. Tak lebih daripada sebatas teman kerja. Berbeda lagi dengan Joohyun di mata Jungkook. Lebih dari segalanya; pemilik ruang tak berpintu juga tak berjendela yang dinamakan hati.

Jungkook tak ingin menyerah. Ia masih ingin memperjuangkannya. Memperjuangkan kisah cinta yang melibatkan seorang anak hawa bernama Bae Joohyun sebagai salah satu dari tokoh utama kisah cintanya. Ia tak mau berhenti di sini. Ia tak mau berhenti dengan sebuah kesia-siaan yang berujung sebuah penyesalan.

Apa yang menjadi masa lalu (sangat) kelam bagi Joohyun, akan sebaik mungkin Jungkook hilangkan. Jungkook ingin kalau kehadirannya bukan hanya sebatas kenalan atau teman kerja. Tidak. Ia juga ingin menjadi orang terdekat Joohyun. Si gadis yang menyimpan banyak rahasia dalam hidupnya.

"Aku takkan menyerah, noona. Tunggu dan lihat saja nanti."

.


Joohyun mencengkram dinding saat sekumpulan orang bergerak mengikuti kemana tujuh anak adam itu melangkah. Menabrak sampai membuat gadis bertubuh mungil itu terjatuh. Terpisah dari barisannya.

"Aish. Bisa kalian—argh." Dan gadis itu kembali tersungkur aokibat dorongan dari arah belakang. Inginnya Joohyun mengumpat. Tapi, bibirnya tertahan ketika sebuah panggilan dari satu suara yang ia kenal terdengar di telinganya. Oh, tidak. Jangan sampai Jungkook berlari menembus kerumunan dan menghampirinya.

They Call It Romance - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang