Bab VIII : Another Question Mark

499 66 5
                                    





Joohyun tidak pernah menyangka kalau William akan mudah akrab dengan para anggota BTS dan staff lain. Ia sendiri tidak mengerti. Padahal, William termasuk anak yang sulit dekat dengan orang asing selain ayah, ibu dan kerabat dekat saja. Tapi, melihat bagaimana bocah kecil itu tertawa keras ketika para uncle BTS menggoda dan melakukan kekonyolan, rasanya cukup menyenangkan.

Makan malam-di sore hari-pertama di Chicago dihabiskan untuk berkumpul bersama. Ketujuh laki-laki tampan, satu wanita dan satu orang anak laki-laki berusia dua tahun yang masih belajar bicara itu berkumpul pada restaurant hotel.

Kalau dilihat dari pandangan orang-orang tidak kenal, Joohyun akan terlihat seperti seorang ibu muda yang membawa anaknya untuk mengunjungi suami dan teman-temannya.

Sementara kenyataan bahkan tak seperti itu.

Mereka memang keluarga. Sebuah keluarga dimana tak ada cinta antara adam dan hawa seperti yang digambarkan sampai mencipta satu generasi penerus keluarga. Tidak ada.

"Apa William bisa berbahasa korea?" Tanya Taehyung penasaran. Pemuda itu masih sibuk bermain dengan botol susu milik William yang ia bantu bawakan agar tak menyusahkan Joohyun. "Aku sering penasaran. Apa anak-anak berdarah campuran yang hidup seperti orang biasa juga belajar bahasa ayah dan ibunya atau hanya anak-anak yang disorot kamera dan menjadi bintang TV saja?"

"Aku pikir semua anak berdarah campuran mempelajari kedua bahasa orang tuanya. Tidak mungkin hanya anak-anak bintang tv saja." Joohyun membenahi posisinya. Kembali, ia memangku William yang kini tengah mengantuk. Sudah cukup kenyang sampai si manis ini ingin menempel dalam pelukan Joohyun.

"Sepertinya aku harus segera mengembalikan William ke orang tuanya. Konser kalian juga dimulai beberapa jam lagi, bukan? Bersiaplah. Aku akan kembali dalam tiga puluh menit."

Satu-satunya perempuan yang berada di segerombolan laki-laki itu akhirnya bangkit dari kursi. Membawa anak dalam gendongannya pergi dari venue.

"Noona, biar aku temani. Tidak baik membiarkan wanita pergi sendiri bersama anaknya yang masih kecil. Apalagi ini negara bebas. Kejahatan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja." Jeon Jungkook. Pemuda itu sedang berusaha terlihat seperti pahlawan atau bagaimana? "Konser masih tiga jam lagi dan aku masih punya waktu untuk mengantar noona sampai kembali kemari."

Jeon Jungkook dan segala usaha untuk mendekati Joohyun.

Mereka yang di sana hanya menggelengkan kepala. Jungkook sudah terlalu kontras, terang-terangan memberi perhatian yang berbeda pada Joohyun. Bukankah seharusnya Joohyun merasakan sesuatu yang berbeda juga?

Tidak ada yang tahu. Hanya Tuhan dan Joohyun sendiri yang tahu.

.

Pada awalnya, Joohyun menolak tawaran pemuda yang kini tengah berjalan di sampingnya. Terlalu banyak risiko yang mungkin akan berakibat buruk-bahkan fatal-bagi pemuda dengan sebuah ketenaran luar biasa tersebut. Bagaimana kalau mereka tertangkap kamera seseorang? Tengah berdua di bawah langit senja milik Chicago. Parahnya, akan menjadi hal yang buruk karena William tengah dalam dekapan Jungkook.

Terlihat seperti sebuah keluarga muda di mata orang-orang yang tak mengenal industri musik Korea. Tapi, akan terlihat begitu menyakitkan juga menyeramkan di mata para penggemar Jungkook.

"Aku pikir kau lebih baik pulang, Jeon. Aku bisa pergi sendiri. Rumahnya tak begitu jauh dari persimpangan depan." Joohyun memandang pemuda tersebut. Terlihat bahwa Joohyun sedang diabaikan. Jungkook terlalu sibuk bersenandung lagu tidur untuk William.

They Call It Romance - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang