"Noona?" Panggil Jungkook yang langsung mendapat tolehan dari sang dara. Kedua iris mereka bertemu. Untuk beberapa saat mereka berpandangan tanpa ada suara selain keheningan yang bertamu. "Boleh aku memelukmu? Sebentar saja. Aku hanya—"
Dap
Belum selesai Jungkook berkata, ia sudah mendapatkan apa yang diinginkannya. Sebuah pelukan hangat dari malaikat hatinya.
Bahkan, ketika hatinya masih berada dalam kondisi kehancuran sekalipun, Bae Joohyun adalah satu-satunya yang dibutuhkan Jungkook. Sumber atas luka hatinya itu penyembuh lukanya juga. Atau mungkin Jungkook memang sudah terjatuh terlalu dalam.
"Tingkahmu menyebalkan sekali, Jeon. Aku benar-benar tidak mengerti kenapa kau seperti ini. Kau mau cari mati denganku, eoh?"
Jeon Jungkook hanya terkekeh mendengar omelan yang masih berlanjut. Anggap saja bahwa setiap omelan Joohyun adalah sebuah alunan yang begitu membuai. Jungkook sudah mengantuk saja mendengar setiap kalimat yang diucapkan gadis itu. Dingin, tapi cukup hangat ketika dipahami.
"Kau sudah bertemu dengan teman-temanmu?" Tanya Jungkook pelan. Kali ini ia merubah posisinya. Membiarkan satu bantal menjadi penyangga kakinya, lantas menyandarkan kepalanya di dada Joohyun. Pun disana, ia bisa mendengar setiap detak jantung Joohyun. Sangat teratur. Dan Jungkook menyukai alunan tersebut,
"Aku pergi setelah mendapat izin Sejin."
Jungkook mengangguk pelan. "Apa menyenangkan melepas rindu dengan teman-teman kesayanganmu? Pasti jadi tidak ingin pulang ke Seoul, ya?"
Kekehan terdengar dari sang gadis. Membuat Jungkook juga melekuk sudut bibirnya. Memang terdengar manis atau Jungkook yang terlalu menyukai suara gadisnya itu?
"Tidak begitu menyenangkan karena Wendy harus pergi menemui dosennya. Temanku yang satu lagi pun sedang ada di Amsterdam. Jadi, hanya aku dan satu temanku saja," kata Joohyun sambil membentuk cibiran di bibirnya. Kuatkan Jungkook untuk tidak mencium bibir ranum merah muda itu.
"Lalu, kau tidak bertemu dengan kekasihmu? Bukankah dia ada di London juga?"
Tak ada suara yang tercipta setelahnya. Hanya ada denting jam yang menempel di dinding atas pintu juga deru nafas yang didampingi degup jantung. Seperti sesuatu yang salah telah dilakukan Jungkook.
Hal terakhir yang ia ingat adalah ia mendengar Joohyun meminta hubungan dengan perempuan bernama Seulgi itu mengangkiri hubungan. Atas dasar hukum alam yang tak bisa dirubah lagi, karena hubungan mereka memang seharusnya tidak pernah terjalin. Mengingat mereka adalah sama. Perempuan.
"Kami sudah berakhir. Aku dan dirinya, kami ...,"
Kegilaannya datang bersamaan dengan ambisi, dan tak ada satu pun yang akan mengganggu perbuatan seorang Jeon Jungkook pada Joohyun.
Mereka bertemu. Menghapus jarak yang memisah dan membuat kedua mata mereka tertutup atas peraduannya. Joohyun tidak membalas, tapi tidak juga menolak. Tak ada perlawanan ketika Jungkook meraup bibirnya.
Sampai Jungkook menyadari sesuatu.
Pipinya basah.
Sesuatu mengalir membasahi.
"Noona, ada apa? Uljima."
Joohyun tak menjawab. Kepalanya menunduk, tangannya menakup menyembunyikan wajahnya. Tangisnya ditahan dan Jungkook menyadari itu semua. Sesuatu yang salah terjadi.
"Setelah mereka, sekarang kau. Apa yang telah aku lakukan sampai semua terjadi seperti ini? Tidakkah kalian harusnya melihat aku sebagai seorang wanita? Hargai aku! Tidak bisakah?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
They Call It Romance - COMPLETED
FanficSebab kisah dengan satu pihak saja yang memiliki perasaan terhadap lawannya tetap disebut dengan kisah cinta. Tapi, satu hal. Takdir dan kebetulan itu sesuatu yang berbeda. [ Red Velvet ] Irene as Bae Joohyun, [ BTS ] Jeon Jungkook, [ BTS ] Membe...