Keesokan harinya, Jungkook sudah mendapat sebuah ledekan dari para penghuni asrama. Siapa lagi kalau bukan keenam hyungnya. Pagi-pagi sudah saja pipinya memerah akibat setiap kata yang dilontarkan untuknya. Rasanya seperti Jungkook ingin sekali pergi segera dari bangunan besar itu atau paling parah, ia ingin menghindar jauh dari mereka.
"Ah! Namjoon hyung! Aku ingin jatuh cinta!" Park Jimin merengek layaknya seorang anak kecil yang ingin dibelikan balon. Tak ingin kalah, Taehyung bersuara, "Aku juga mau jatuh cinta! Aku menyukai Joohyun noona!"
Suara-suara rengekan itu mungkin akan terdengar menggemaskan kalau nadanya diperdengarkan di dengan para penggemar. Tapi, itu akan terdengar memalukan (bahkan) menjijikkan di telinga Jungkook. Jelas saja, ia tahu kalau mereka sedang meledek Jungkook. Apalagi setelah acara—terpaksa—mengakui.
.
Sudah hampir sepuluh menit Jungkook dipandang penuh curiga oleh enam laki-laki di hadapannya. Demi apapun, kepalanya sudah berputar memikirkan apa yang telah dilakukan sebelumnya sampai para hyungnya mengelilingi dan memintanya untuk bicara. Jungkook bahkan tak melakukan hal yang aneh-aneh yang menyebabkan sebuah masalah besar.
"Kau tahu kenapa kami memintamu untuk bicara?" Tanya Namjoon yang dijawab gelengan dari Jungkook. Punggungnya bersandar karena merasa sedikit pegal. "Kau itu mencurigakan. Dan kau sangatlah aneh."
"Apa yang aneh dariku? Aku bahkan biasa saja." Jungkook menjawab. Kepalanya mendongak, memandang Namjoon yang berdiri di depannya. Tapi, tak berlangsung lama karena pemuda yang berstatus sebagai pemimpin itu duduk di sofa pojok.
"Orang yang baru pertama kali jatuh cinta itu mana mengerti soal perasaannya sendiri. Ia sedang kasmaran, hyung. Jadi wajar saja kalau ditanya, ia tak mengaku."
Suara Taehyung yang duduk di samping Jungkook disetujui oleh Jimin yang duduk di sampingnya. Begitu, ia dapatkan pula sebuah tatapan terkejut dengan mata bulat yang hampir keluar dari si pelaku.
"Kami sudah menyadarinya, Kook. Mengaku saja kalau kau menyukai Joohyun noona," kata Yoongi yang langsung menyesap iced coffee yang ia beli saat masih di perjalanan. Yang dimana tuturan kalimatnya itu langsung membuat Jungkook semakin membeku.
Semua orang disana tertawa—jelas saja, terkecuali Jungkook yang terdiam dengan wajah terkejutnya. Otaknya berputar, mencoba memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.
"Kau menyukai Joohyun noona? Si cantik dari London yang menjadi Manager kita beberapa minggu lalu?"
Kalimatnya begitu jelas. Tapi, terdengar sedikit samar di telinga Jungkook yang sedang memerah padam akibat menaham malu. "Kalian bagaimana bisa ...," Suaranya terbata, terlalu terkejut dengan tuduhan pembawa fakta atas apa yang sebenarnya dirasakan Jungkook.
"Oh, jelas saja! Kami kan sudah bersamamu sejak lama sekali!"
Betapa sempurnanya pun sudah disembunyikan, pada akhirnya diketahui juga. Jungkook tak bisa beralasan lagi. Ia sudah diketahui. Mau tak mau, Jungkook harus mengakui. Toh, kalau takdir sudah memutuskan, sudah tak bisa berkata lagi.
"Ya, begitulah."
Satu sorakan dikeluarkan, seakan begitu bahagia dan bangganya mereka atas apa yang telah diakui oleh yang paling muda. Sesuai seperti dugaan mereka. Tentang aneh tingkah laku, tentang kecurigaan yang timbul, semua dipuaskan oleh jawaban Jungkook, meski singkat.
"Aku sudah menduganya. Pasti saja jatuh cinta."
"Kau pikir kami tidak curiga akan tingkahmu, eoh? Kau yang sulit akrab dengan wanita dan tiba-tiba mudah sekali dekat dengan Joohyun noona. Bukankah itu sebuah kemajuan pesat yang amat mencurigakan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
They Call It Romance - COMPLETED
Hayran KurguSebab kisah dengan satu pihak saja yang memiliki perasaan terhadap lawannya tetap disebut dengan kisah cinta. Tapi, satu hal. Takdir dan kebetulan itu sesuatu yang berbeda. [ Red Velvet ] Irene as Bae Joohyun, [ BTS ] Jeon Jungkook, [ BTS ] Membe...