1.Taruhan

2.5K 189 78
                                    

Permainan hanya dilakukan jika semua pihak yang terlibat menyetujuinya.

Tapi bagaimana jika permainan itu sudah diatur sebelumnya?

Akankah sebuah permainan dapat mengubah hidupnya?

...

Taruhan.

"Kalau hanya main biasa, itu tidak akan seru. Bagaimana kalau kita taruhan sesuatu yang menarik?" seru Hyungseob, lelaki manis berkulit seputih susu. Kedua tangannya ia gunakan untuk terus mengocok lembaran kartu-kartu UNO.

Taruhan.

Sebuah kata yang tidak asing bagi mereka bertiga, mereka seringkali mempertaruhkan suatu barang. Namun, suasana kala itu seakan berbeda dari taruhan yang pernah mereka ajukan sebelumnya. Suatu hal telah direncanakan oleh Hyungseob, yang entah itu akan baik atau tidak. Namun kali ini targetnya adalah Park Jihoon. Pemuda berparas manis dengan dua bulatan merah yang menggemaskan. Pemuda yang terkenal tidak pernah menerima kekalahan dalam hidupnya.

Ketiga manusia yang saling mengklaim dirinya sebagai sahabat itu duduk melingkari meja kayu fasilitas kampus. Mereka baru saja menyelesaikan agenda perkuliahan hari ini. Jihoon memandang sekilas, tidak tertarik dengan apa yang ditawarkan Hyungseob padanya. Entah bagaimana jiwa bersaingnya tengah melemah.

"Taruhan?!" tanya pria berlesung pipi di sebelah Hyungseob. Mendengar pertanyaan itu, kepala Hyungseob mengangguk dengan pasti. "Kalau begitu, kali ini aku tidak akan ikut, bagaimana kalau aku kalah lagi?" tolak Guanlin, pria berkewarganegaraan Taiwan yang berstatus sebagai kekasih sosok manis Ahn Hyungseob.

Sebuah cubitan kasar berhasil mencium lengan Guanlin, pelakunya tak lain adalah kekasihnya sendiri. Manik gelap Hyungseob menatap tajam Guanlin. Memberi sinyal untuk Guanlin mengikuti permainan yang sudah dirancangnya. Hyungseob sangat menginginkan taruhan itu terjadi, entah bagaimanapun caranya. Tidak ada yang mengetahui jelas alasan di balik permainan taruhan yang begitu diinginkannya.

"Aw." Suara rintihan keluar dari bibir tebal Guanlin, telapak tangan kanannya mengusap jejak cubitan Hyungseob yang terbilang cukup keras.

Sebelah garis bibir kiri Jihoon terangkat, mengukir sebuah seringai pada wajah manisnya. Setelah melihat perilaku dua manusia di depannya ia mengerti sekarang. Ada sesuatu yang sangat diinginkan oleh Hyungseob dalam taruhan kali ini sampai dirinya harus mencubit lengan Guanlin seperti itu.

"Aku juga tidak akan ikut. Kenapa juga kita harus melakukan hal yang tidak terpuji? Kita main seperti biasa saja." Tolak Jihoon. Air mukanya masih tetap datar, memandang tak tertarik.

Ia hanya ingin menguji sejauh mana keinginan Hyungseob untuk melakukan taruhan ini.

Apa yang ia inginkan dari taruhan ini?

Apa yang mendasarinya mengajukan taruhan?

Hyungseob menyungging seringai tipis sembari memandang remeh pada wajah manis Jihoon "Ada apa denganmu Park Jihoon? Apa kali ini kau takut dengan tawaranku?" Hyungseob sangat mengetahui betul bagaimana watak sahabat kecilnya itu. Dirinya tahu di mana ia harus menyerang Jihoon. Ia hafal betul kelemahan Jihoon terletak pada sikapnya yang tidak bisa menerima, jika ada seseorang yang meremehkan dirinya. Sepertinya tak lama lagi Hyungseob akan berhasil menangkap mangsanya.

Jihoon tertawa remeh, manik cokelatnya mendelik tajam ke arah Hyungseob.

"Apa?! Kau sedang meremehkanku Tuan Ahn?"

Emosinya terpancing hanya dengan kalimat sarkas yang dilayangkan Hyungseob. Jihoon sangat tidak menyukai kalimat tersebut. Keduanya kali ini tengah berperang tatapan sengit. Sementara Guanlin, pria itu hanya bisa terdiam melihat perdebatan dua lelaki manis di depannya. Guanlin tidak ingin melibatkan dirinya di tengah perang yang berlangsung.

H(ear)t [Deepwink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang