2.Penembakan

1.5K 170 99
                                    

Kata awal itu mungkin sedikit menyebalkan baginya.

Awal yang akan membawanya merasakan hal yang bahkan tidak pernah terlintas sedikitpun di dalam pikirannya.

Awal yang akan membawanya pada satu kenyataan baru dalam hidupnya.

...

Penembakan.

Hembusan napas yang terus dikeluarkan Jihoon begitu terasa berat. Sudah sepuluh menit lamanya lelaki manis itu berdiri di depan pintu bercat cokelat. Kata-kata umpatan terus ia lontarkan, seolah tidak pernah puas untuk menghujat nasib sialnya.

Satu tarikan napas panjang sebelum tangannya meraih pegangan pintu, mendorong perlahan sampai pintu terbuka. Matanya terpejam, takut akan sesuatu yang sudah menantinya di dalam ruangan tersebut. Tercium bau asap tembakau menusuk hidung runcingnya, memaksanya untuk menahan napas beberapa detik. Kepulan asap bersatu dengan oksigen yang tak lagi jernih.

Tangan kanannya menutup akses untuk asap itu masuk ke paru-parunya. Ia memicingkan matanya, mencari sosok yang akan berurusan dengannya selama beberapa minggu ke depan.

Sekumpulan pria yang tengah asik bercengkerama satu sama lain tertangkap jelas oleh kedua manik bak galaxy milik Jihoon. Ia mengeram tak suka melihat kumpulan pria itu. Dapat terlihat jelas dari air muka Jihoon, ia benar-benar membenci semua yang berada di ruangan itu. Kumpulan yang hanya pintar berkelahi. Kumpulan yang tidak mencerminkan sisi kemahasiswaan di dalam dirinya.

Bae Jinyoung.

Sebuah nama yang seakan haram dilontarkan oleh bibir penuh Jihoon. Nama seorang pria yang menjadi ketua kumpulan orang-orang yang pintar berkelahi. Tak jarang wajah tirus milik Jinyoung selalu dihiasi luka lebam. Selinting tembakau terselip di antara belah bibir Jinyoung.

Langkah kaki mungil Jihoon mulai mendekati kumpulan itu, ia menghebuskan napasnya. Rasa sesak mulai memaksa keluar, asap tembakau pekat itu memaksa masuk mengisi paru-parunya. Ia harus segera mengakhiri ini semua sebelum paru-parunya tercemar oleh asap haram itu.

"Bae Jinyoung-ssi."

Suara Jihoon terdengar jelas dan lantang, membuat fokus dari seluruh penghuni ruangan itu tertuju pada sosok manis Jihoon.

Jinyoung, pria bersurai legam itu mengeryitkan dahinya. Tatapan tajam yang dilayangkan Jinyoung seakan membungkam seluruh manusia di dalam sana. Tak ada yang berani bersuara. Jinyoung mengapitkan tembakau miliknya di sela jarinya. Derap langkah kakinya terdengar jelas dalam keheningan yang tercipta, mendekati sosok manis yang baru saja memanggilnya dengan lantang. Sekujur tubuh Jihoon membeku di tempatnya, menatap tak kalah tajam pada Jinyoung.

Keadaannya jantungnya mulai tak baik, paru-parunya meronta meminta pasokan udara segar bukan udara yang sudah terkontaminasi asap tembakau itu. Ia menahan semuanya, tak ingin terlihat lemah di mata pria tirus itu. Luka lebam yang tercetak di beberapa bagian wajah tirusnya, seolah memperjelas bahwa dirinya adalah sosok yang sangat berbahaya.

Jihoon terus mengutuk nasib sialnya, bagaimana mungkin ia bisa bertahan menghadapi pria berandalan seperti Jinyoung? Bagaimana bisa ia dengan mudahnya menyetujui taruhan sialan yang diberikan makhluk yang mengklaim dirinya sebagai sahabatnya sendiri.

Ahn Hyungseob, kau akan mati di tanganku.

Entah sudah berapa kali ia mengumpat untuk sahabatnya itu. Yang jelas, ia hanya ingin segera menyelesaikan urusannya dengan pria di depannya.

Jinyoung sesekali menghisap penuh tembakau di tangannya, dan dengan sengaja mengepulkan asapnya pada Jihoon.

"APA KAU GILA?!" pekik Jihoon.

H(ear)t [Deepwink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang